Levin pov
Aku bersyukur, ternyata hidup tidak selamanya tentang kepahitan saja. Bahkan sampai ada di titik ini pun rasanya masih tidak menyangka. Seorang Levina Freeza anak perempuan lulusan SMA biasa, yang hanya bekerja sebagai peracik kopi di kedai orang, sekarang udah lulus kuliah, menjadi lulusan terbaik, mendapatkan tawaran pekerjaan di perusahaan bergengsi bahkan sudah memiliki kedai kopi sendiri di Sydney. Walau pun kedai kopi itu aku dapatkan dari Nadine sebagai hadiah kelulusanku.
But can you imagine?
Mendapatkan 3 hati dari perempuan cantik, Stevi, Bella dan Nadine? Mungkin jika hanya berkhayakl pastinya aku sering. But now? Semua benar terjadi, bahkan itu di luar daya khayalku.
Betapa beruntungnya aku dikagumi seorang Nadine Caroline Prince, anak tunggal dari pengusaha 10 besar terkaya di dunia. Jauh sebelum aku memiliki hubungan dengan Stevi.
Ah so wonderful life..
Perlu dicatat, aku mencintai Nadine bukan karena dia memiliki harta yang berlimpah atau dia sebagai pewaris tunggal dari ayahnya, aku mencintainya karena kesabaran dan cintanya yang begitu besar untukku.
Walaupun sebelumnya aku di hadapi dengan kenyataan pahit yang harus aku terima, dikhianati orang yang hampir saja menjadi pendampingku selamanya. Tapi semua itu sudah menjadi masa lalu yang tidak pantas aku ingat, bahkan semua sudah pergi bersama sosok Stevi yang benar-benar menghilang dari hidupku.
Life must go on right?
Dan sekarang, saat ini, detik ini aku menunggu wanitaku berjalan menghampiriku untuk mengucap janji setia. Semua tamu yang datang pun terlihat sangat bahagia. tidak terkecuali orang tuaku tentunya. Tanpa disangka bahkan orang tuaku langsung menyetujui hubunganku dengan Nadine, ketika kami mengatakan ingin berhubungan lebih serius. Ternyata orang tuaku juga mengetauhi hubunganku dengan Stevi sebelumnya. Mereka menyayangkan atas hubungan kami yang karam di tengah jalan, dan berharap ketika aku bersama Nadine akan selalu bahagia. Teringat pesan Mama yaitu Sebuah hubungan tidak akan langsung hancur hanya karena orang ke tiga. Tetapi hubungan itu akan langsung hancur ketika sudah tidak ada kepercayaan di dalamnya.
Ini adalah hari bahagiaku seumur hidup, Tuhan sangat bermurah hati memberikan berkah yang tiada henti untukku. Dan kini aku melihat perempuanku datang merangkul lengan Daddynya dengan gaun putih juga riasan sederhana dan senyuman yang mengembang di wajahnya. Bak bidadari, membuatku untuk kesekian kalinya terpukau dengan kecantikannya.
Kini kami sudah berdiri di hadapan pendeta untuk memulai pemberkatan kami.
"Apakah engkau Levina Freeza, bersedia menerima Nadine Caroline Prince sebagai istrimu, menemaninya saat suka maupun duka?" Tanya sang pendeta kepadaku.
"Ya, saya bersedia."
"Dan apa kah engkau Nadine Caroline Prince, bersedia menerima Levina Freeza sebagai istrimu dan menemaninya saat susah maupun senang?"
"Saya bersedia."
"Sekarang saya persilahkan kalian mengucapkan janji pernikahan."
"Hai my admirer, maaf sudah membuatmu terlalu lama menunggu, hingga akhirnya kini aku Levina Freeza mengambil engkau Nadine Caroline Prince, menjadi pendamping hidupku, menjalani suka dan duka, saat kurang mau pun lebih, membuat hidup ini jauh lebih sempurna hingga semesta memisahkan." Ujarku sambil menahan air mata bahagia ini.
"Bertemu denganmu bukanlah sebuah kebetulan, bahkan hingga detik ini aku percaya Tuhan mempertemukan kita dengan takdir yang begitu indah. Levina Freeza, I love you so much. Aku Nadine Caroline Prince, memilihmu menjadi istriku, aku berjanji untuk terus menemanimu bagaimanapun ujian yang diberikan Tuhan. Berjanji untuk membuat hidup ini jauh lebih sempurna sampai maut memisahkan"
Ucap Nadine yang juga terharu akan moment ini.
"I love you too". Ucapku tanpa suara.
Bagaimana mungkin aku tidak terharu mendengar janjinya yang begitu indah. Setelah kami selesai bertukar cincin, aku pun mengecup bibir indahnya, aku tau bahagia itu sangat nyata sekarang. Seperti kopi sepahit apa pun itu, ketika kita bahagia akan tetap manis rasanya.
***
Author pov
"Selamat ya, kalian begitu serasi. Setelah ini jangan lupa kasih cucu buat Mom sama Dad." Ucap Mr. Prince.
"Dad juga selalu serasi sama Mom, tapi kok Nadine gak punya adik lagi." Canda Levin pada ayah mertuanya.
"Kamu nih, nyesel Dad ngasih restu jadinya." Gurau Mr. Prince.
"Yah restunya jangan ditarik Dad, iya nanti aku sama Nadine bawa cucu yang lucu-lucu ke rumah ya."
Gurauan mereka mengundang tawa dari semua yang mendengar.
"Selamat ya Levin Nadine, aku terharu loh denger janji kalian tadi." Puji Bella
"Makasih Bel, tapi kamu gak tau kan betapa deg-degannya tadi, bahkan rasanya aku mau pake contekan, gugup sekali berhadapan langsung sama Bidadari Tuhan." Ujar Levin.
"Bel makasih ya, bahkan kamu nepatin janjimu untuk terus ada di samping Levin." Nadine langsung memeluk Bella dengan erat.
"Hei masa pengantennya nangis sih, jangan nangis lagi. Kalian udah aku anggep keluargaku sendiri jadi aku pun gak akan kemana-mana" Bella pun melepas pelukan Nadine dan mengusap air matanya.
Levin pun terharu atas kejadian yang dia saksikan sekarang. Dua wanita yang sangat berarti untuknya juga bisa saling mengasihi dan mengerti.
The End
Author Note :
Akhirnya cerita yang sudah berdebu ini selesai juga, setelah lebih dari 3 tahun nyangkut di work.
Terima kasih buat semua yang sudah membaca, memberi vote bahkan yang meluangkan waktunya untuk berkomentar.
Maaf kalo ada salah penulisan kata, peletakan tanda baca atau bahasa yang kurang jelas.
Maaf juga kalo ada nama atau alur cerita yang gak sengaja sama.
Kalo endingnya gak sesuai dengan ekspektasi kalian, mungkin next time akan terealisasikan di sequel selanjutnya. (Semoga)
Happily ever after
See yaa! ~
![](https://img.wattpad.com/cover/40135653-288-k276753.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee (Completed)
Teen FictionKetika sebuah perasaan diibaratkan dengan secangkir kopi. Tak selamanya kopi itu pahit dan tak selamanya rasa itu manis Semua tergantung jenis kopi dan sebanyak apa gula yang ditambahkan.