Infidelity

1K 120 0
                                    

Author pov

Sekarang Levin berada di dalam kamar hotel yang tak jauh dari apartnya Stevi, belum hilang rasa lelahnya karna perjalanan dari Sydney ke Jakarta, sekarang harus ditambah lelah karna kenyataan dikhianati sang kekasih.

Setelah berendam di air hangat, Levin merebahkan badannya. Sekarang dia sedang berpikir mengenai perusahaan Tuan Danu yang sekarang masih ia naungi. Teringat dia belum mengabari Bella bahwa dia telah sampai di Jakarta.

"Bel, aku udah sampe Jakarta ya." Ujar Levin ketika Bella mengangkat panggilannya.

"Kamu baru sampe? Atau udah dari tadi? Kok gak langsung ngabarin?"

"Iya maaf, aku lupa. Aku udah sampe dari tadi dan langsung ke apartnya Stevi."

"Oh kamu udah sama Stevi, yaudah. Have fun yaa, jangan berantem terus. Cuma 2 hari loh kamu di sana."

"Besok aku mau nemuin om Danu dulu Bel."

"Oh kalian mau sekalian liburan di Surabaya?"

"Bukan Bel.."

"Terus?"

Levin menghirup napas dalam-dalam untuk berjaga-jaga takut dia kehabisan udara ketika rasa sesak itu datang lagi karna menceritakan kejadian hari ini kepada Bella.

"Stevi, Bell.."

"Kenapa sama Stevi? Kamu jangan bikin aku khawatir dong!" Ucap Bella yang kini terdengar panik.

"Stevi ngeduain aku. Selama ini dia udah selingkuhin aku dengan perempuan lain. Setahun, Bell setahun!!" Jerit Levin yang kini sudah tak sanggup menahan rasa sakit dan amarahnya. Tangisannya yang sedari tadi ia tahan pun kini sudah pecah.

"Kamu yakin sama apa yang kamu omongin barusan?" Tanya Bella yang masih tidak percaya.

"Aku ngeliat dengan mata kepalaku sendiri Bell, mereka bercumbu di ruang tamu pas aku masuk apartnya Stevi. Dan Stevi sendiri yang ngaku kalo dia udah ngeduain aku selama setahun ini!!"

"Okay, okay. Kamu tenang dulu ya. Biar nanti aku minta penjelasan sama Stevi. Kamu gak perlu bahas ini ke om Danu dulu oke? Aku khawatir dia kena serangan jantung lagi. Sekarang kamu istirahat aja dulu. Tenangin pikiran kamu, biar nanti aku pesenin tiket buat balik kesini besok pagi."

"Gak usah Bel, mungkin kalo moodku udah lebih baik, besok aku mau pulang ke rumah dulu ketemu orang tuaku. Makasih banyak ya, kamu selalu ada setiap dia nyakitin aku."

"Jangan berterima kasih, kamu pun sudah aku anggap saudaraku sendiri. Istirahat ya, makan dulu kalo belum makan. Abis itu kamu tidur. Jangan nangis terus, nanti matanya makin ilang karna bengkak. Aku balik kerja lagi ya, kabarin aku kalo ada apa-apa. Bye lev"

"Iya Bel. Bye"

Levin pun kembali merebahkan badannya, dan meletakan ponsel pada meja di samping kasurnya. Kejadian tadi masih berputar di kepalanya, bagaimana bisa orang yang dia cintai menghianatinya segila itu. Ditambah kepergian Levin ke Sydney pun demi untuk membuktikan seberapa besar keinginan Levin untuk bersamanya.

Memang sejak awal Stevi tidak suka dengan keputusan Levin untuk pergi. Tapi lagi-lagi Levin meyakinkan Stevi bahwa yang dia lakukan sebagai bentuk perjuangannya untuk Stevi.

Ponsel Levin berbunyi, kali ini notifikasi chat dari Nadine. Bahkan Stevi pun tidak ada menghubunginya semenjak keluar dari apart tadi.

Nadine C. Prince

Lev?

L.Freeza

Iya, kenapa Nad?

Our Coffee (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang