Bella POV
Akhirnya Keny datang juga, aku pun segera pamit dengan Levin ketika Keny sudah sampai di depan kedai ini. Aku pun membayar semua tagihan di meja Levin tadi, sebagai rasa terima kasihku karena dia sudah bersedia menemaniku. Aku pun terkesan dengan Levin, dia baru pertama kali mengenalku tapi dia mau menemaniku berjam-jam untuk menunggu Keny.
Apa jangan-jangan dia? Pikiranku penasaran jadinya.
"Hey, ngelamun aja. Mikirin apa sih kamu?" Tanya Keny mengagetkanku. Sebenarnya dia 3 tahun lebih tua dariku. Tapi dia tidak pernah mau dipanggil kakak.
"Bukan siapa-siapa kok Ken, tadi ada cewek baik banget nemenin aku nungguin kamu."
"Hati-hati, ini Jakarta banyak orang jahatnya."
"Aku sudah 22 tahun Ken, sama aja kayak Mama ih kamu May." Aku cemberut kesal.
Kami memang sangat dekat sebelum akhirnya Keny memutuskan untuk pergi dari Surabaya dan menetap di Jakarta. Aku tahu cerita tentangnya dengan Moza yang akhirnya membuat hubungan Stevi dengan orang tuanya renggang. Hanya saja aku tidak tahu versinya, karena semenjak saat itu, kami tidak saling bertukar cerita dan Keny menghilang tiba-tiba. Sampai akhirnya dia menghubungiku dan memintaku untuk bekerja sama dengannya..
Kebetulan aku baru saja menyelesaikan kuliahku, hitung-hitung mencari pengalaman. Sesampainya di apartemen Keny, aku cukup terkesan karena ini sungguh sederhana dibandingkan semua harta yang dimilikinya. Yaa memang Keny bukan anak manja yang menyombongkan harta orang tuanya. Apartemen ini hanya ada ruang tamu yang merangkap ruang tv, 1 kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur yang sangat minimalis dan satu kamar tidur. Satu kamar tidur? Itu artinya aku sekamar dengan Keny?
"Selamat datang di rumahku yang sangat minimalis ini. Kamu gak masalahkan untuk sekamar sama aku dulu? Tapi tenang aja bulan depan kita pindah kok dan kamu punya kamar sendiri nanti. Soalnnya yang sewa baru selesai kontraknya sampe awal bulan depan, gak apa-apa kan?"
"Gak perlu repot-repot, Ken. Aku gak masalah kok kalo harus sekamar sama kamu, lagi pula nanti kan aku bisa ngekost setelah terima gaji pertama aku. Gak perlu pake pindah Ken."
"Kamu itu tamu aku di sini, wajar kalo aku jamu dengan baik. Lagi pula yang akan kita tempatin itu apartemenku juga kok. Aku sengaja kontrakin soalnya aku ngerasa gede banget buat aku sendiri. Makanya aku beli yang lebih kecil dan kontrakin yang itu hehe. Oiya Bel, kamu udah makan belum? Mau aku masakin fetucini?" Jelasnya.
"Oh gitu, yaudah terserah kamu aja Ken, wah boleh tuh. Kebetulan cacing diperutku udah pada demo minta dikasih makan." Jawabku senang.
Keny menawarkan makan malam, kebetulan aku sangat lapar. Aku bersandar di pintu kulkas yang sebelumnya aku mengambil minuman kaleng yang berada di dalamnya dan melihat dengan lihainya Keny memasak. Betapa bahagianya suami Keny kelak memiliki istri yang cantik, pengusaha muda, pintar masak, mandiri dan sangat dewasa.
Selesai makan, rasa kantuk menghampiriku dengan cepat, aku langsung membereskan piring dan gelas dan kembali ke dapur untuk mencuci semua ini. Tampaknya Keny akan melanjutkan pekerjaannya. Malam-malam begini bekerja? Pantas dia masih sendiri itu karena dia yang selalu sibuk dengan pekerjaannya.
***
"Za, coba aja kamu ada disini. Mungkin aku gak akan selelah ini ngejalanin hidup aku. Aku tau kok kamu denger aku sekarang dari sana, tapi aku pengen banget peluk kamu za. Aku butuh kamu!"
Suara itu memang tidak terlalu keras, hanya saja aku terlalu sensitif dengan suara ketika aku sedang tertidur. Aku memaksakan membuka mataku dan aku melihat Keny sedang terduduk di ujung kasur melihat ke arah meja kerjanya dan memandangi foto seseorang. Siapa dia? Apa itu pacarnya Keny?
Aku pun membangunkan tubuhku dan segera duduk di sampingnya.
"Ken, kamu kenapa?" Aku mencoba untuk menenangkan Keny dan mengusap air matanya yang tidak berhenti menetes.
"Gak apa-apa Bel. Cuma lagi kangen seseorang aja." Sanggahnya sambil mengusap matanya.
"Yakin? Kamu gak mau cerita?" Tanyaku memastikan.
Keny hanya menggeleng dan tampaknya dia sangat terganggu dengan pertanyaanku, sebaiknya aku biarkan saja untuk saat ini. Mungkin dia juga butuh waktu untuk sendiri. Selain tidak ingin Keny marah, aku juga sudah sangat mengantuk.
"Yaudah, tidur aja yuk. Besok kan kita punya kerjaan." Ajakku.
Malam ini begitu banyak pertanyaan di hatiku, kenapa Keny seperti ini? Rasanya ini pertama kali dia menunjukkan wajah tidak sukanya terhadap pertanyaanku. Semenjak sudah tidak pernah berkomunikasi, Keny jadi banyak tertutup akan kehidupannya. Mungkin larangan dari orang tuanya akan hubungannya dengan Moza membuat tidak ingin terbuka.
Stevi pov
Rindu yang sangat amat menyiksa batin ini. Aku benar-benar rindu dengan kehadiran Moza, rasanya sampai detik ini tidak ada yang bisa menggantikan posisi dia.
"Za, coba aja kamu ada di sini. Mungkin aku gak akan selelah ini ngejalanin hidup aku. Aku tau kok kamu denger aku sekarang dari sana, tapi aku pengen banget peluk kamu za. Aku butuh kamu!"
Terdengar suara pergerakan di belakangku, tampaknya Bella terganggu, dia langsung bangun dan menegurku yang masih sibuk menghapus semua air mataku.
"Ken, kamu kenapa?" Tanyanya khawatir.
"Gak apa-apa Bel, cuma lagi kangen seseorang aja" Ucapku singkat.
"Yakin? Kamu gak mau cerita?" Tanyanya penasaran.
Aku hanya menggeleng, enggan untuk menjawabnya. Semenjak kejadian aku memutuskan untuk pergi dari rumah, aku memilih untuk tidak berkomunikasi lagi dengan keluargaku termasuk Bella. Sampai akhirnya beberapa hari lalu aku menghubunginya untuk mengajaknya bekerja sama denganku mengelola kafe ku dan Moza.
"Yaudah, tidur aja yuk. Besok kan kita punya kerjaan." Ucapnya lagi.
Aku hanya menatapnya dingin kali ini. Ku lihat dia merebahkan kembali badannya. Sebenarnya aku sangat tidak suka ada orang lain yang mengganggu urusan pribadi, aku cukup sensitif. Terutama itu tentang Moza. Entah sudah berapa kali aku hampir putus asa ketika aku tidak bersamanya. Rasanya hampir gila ketika kita tidak dapat bersama orang yang kita cintai.
I miss you so much Za, aku gila tanpa kamu. Aku lelah sendiri tanpa kamu. Aku kesepian. Aku butuh kamu, sayang. Lirihku.
Aku terus menangis sampai akhirnya aku pun tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee (Completed)
Fiksi RemajaKetika sebuah perasaan diibaratkan dengan secangkir kopi. Tak selamanya kopi itu pahit dan tak selamanya rasa itu manis Semua tergantung jenis kopi dan sebanyak apa gula yang ditambahkan.