Mungkin Moza adalah perempuan pertama yang mampu membuatku luluh dengan semua perlakuan manisnya. Tapi Levin dengan sikapnya yang cukup dingin pun mampu membuatku jatuh cinta. Bukan maksud hati ingin membandingkan mereka, mereka punya cara masing - masing untuk menunjukkan cintanya. Moza dengan kedewasaannya dan levin dengan sikap cemburunya.
Pagi ini Aku, Mama dan Levin tentunya berangkat menuju Surabaya dengan penerbangan pertama. Levin meminta cuti 3 hari dan aku juga pasti mengikutinya. Cafe ku cukup bisa aku percayakan dengan Tata.
"Stev, aku takut" bisik Levin, mungkin takut terdengar Mama.
"Kenapa takut sayang?"
"Gimana gak takut, ini mau ketemu Papamu loh, orang tuamu yang notabene tau hubunganmu dan Moza. Kalo sampe sana aku di gorok gimana?"
"Hahahaha, kamu tuh ada - ada aja Lev, gak mungkin lah. Kan kemarin Mama udah bilang mereka bisa menerima keadaanku. Sudah lah gak perlu takut, aku bakal tetep memilihmu walaupun lagi - lagi aku harus menentang mereka."
Aku tertawa mendengar penuturan Levina yang begitu polos, dia takut akan segala kemungkinan yang terjadi dan yang terbesar adalah penolakan dari Papa. Tapi aku yakin walau Papa keras kepala, ketika dia sudah mulai lelah, dia pun menyerah.
Seperti saat ini kami sudah sampai di Surabaya, perjalanan menuju rumah. Rindu sekali rasanya, sudah lama tidak kembali tidak banyak perbedaan di sini. Aku dan Levin langsung menuju kamarku di Lt. 2 setelah itu menemui papa di kamarnya.
"Pah, aku pulang..."
"Stevi.. Papa rindu sama kamu nak. Maafkan keegoisan Papa, jangan pergi lagi. Papa janji Papa akan ikutin semua mau kamu, kamu satu-satunya anak Papa."
"Iya Pah, Stevi gak akan kabur - kabur lagi. Kan sekarang Stevi udah pulang, jadi Papa harus sembuh yaa. Oiya Pah, kenalin ini Levina"
"Apa kabar Om? Saya Levina"
"Moza kemana Stev?"
"Moza sudah gak ada pah, dia sakit dan Tuhan lebih sayang sama dia. Aku di Jakarta nerusin semua cita - cita Moza, dan Levin datang menggantikan Moza"
"Oh, jadi kalian cinlok toh? Kok kamu mau Lev sama Stevi? Papa yakin dia belum move on. Hahaha"
"Kayaknya memang belum move on Om. Masih suka nangis sendiri soalnya"
Sepertinya Papa bisa menerima kehadiran Levin di sini. Walaupun aku yang jadi bahan sindiran mereka, tidak apa semoga ini awal yang baik. "Kamu liat kan Za? Papa udah gak galak, dia bisa terima Levin. Andai kamu masih ada" bicaraku dalam hati.
Keadaan sekarang jauh lebih baik, aku merasa sudah tidak ada beban lagi. Kedua orang tuaku sudah mengizinkan hubunganku dengan Levin dan nampaknya papa juga sangat bisa menerima kehadiran Levin, seperti sekarang ini papa sedang ngobrol dengan levin berdua dekat kolam berenang sedangkan aku dan mama sedang berbincang apa saja yang terjadi setelah kepergianku, dan satu hal yang aku baru tau bahwa Bella ke Jakarta waktu itu memang diminta Papa untuk mencari tau dimana aku dan apa saja yang terjadi kepadaku setelah kepergian Moza, tapi sepertinya yang disampaikan Bella ke Papa sudah membuat Papa jauh lebih bisa berdamai denganku.
Levin pov
"Jadi sudah berapa lama kalian bersama" Tanya om Danu Papanya Stevi.
"Baru beberapa bulan ini om, belum ada setahun" Jawabku.
"Saya tau betapa Stevi mencintai Moza, karna Moza yang membuat Stevi berani melawan kami orang tuanya. Sebelum bertemu Moza, Stevi merupakan anak yang sangat penurut dan tidak pernah sekalipun dia berani melawan orang tuanya, semenjak bertemu Moza, Stevi berubah jadi pribadi yang angkuh dan selalu berani berbicara tinggi ketika kami menanyakan soal hubungannya dengan Moza. Awalnya saya sangat tidak bisa terima dengan hubungan mereka yang memang sangat salah, tapi setelah saya meminta Bella untuk mencari Stevi dan sempat bekerja juga dengannya, saya tau saya salah menilai Moza dan keputusan Stevi untuk bersamanya. Sebenarnya saya berharap bisa bertemu dengan Moza sayangnya dia sudah tiada. Dan kamu Levin, saya ingin bertanya apakah kamu benar - benar mencintai anak saya?" Tutur om Danu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee (Completed)
Teen FictionKetika sebuah perasaan diibaratkan dengan secangkir kopi. Tak selamanya kopi itu pahit dan tak selamanya rasa itu manis Semua tergantung jenis kopi dan sebanyak apa gula yang ditambahkan.