25

5K 248 19
                                    

Nah itu gedung besar AXP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nah itu gedung besar AXP. awalnya gedung tua dan Aryo ber-inisiatif untuk mengubah bentuknya dan mengecat warnanya. Gedung itu tidak jauh dari sekolahan SMA VELIX. Kelihatan dari depan memang kecil tapi kalo udah masuk beh... Besar, ada lorongnya ada bawah tanah juga. Mau masuk? Siap-siap jadi santapan Onyo wkwkkw.

Note : aku lagi cari cast buat temen psikopat Aryo cuma belum ketemu gimana dong :( bantu in dong -! Kalo ada boleh kirim ke dm aja. Nanti aku balas.

★★★

Semilir angin kencang membuat gadis menggemaskan itu tersadar dari lamunannya.

"Kenapa Ara malah ngelamun sih," monolognya sambil menatap ke atas untuk melihat awan yang cerah dan bewarna biru. Gadis itu sudah duduk di bangku halaman rumah sakit sambil terdiam sejenak.

"Ara," panggil seseorang wanita paruhbaya dari sana. Ara menoleh melihat sosok paruhbaya yang sudah melambaikan tangannya disebrang sana. Ara tersenyum simpul dan mendekatkan dirinya kepada wanita paruhbaya itu.

Itu adalah Safira, Mamah dari Aryo. Laki-laki yang ia cintai sejak lama.

"Loh Aryo kemana sayang?" tanya Safira. Ara tersenyum. "Tidur Mah, makanya Ara keluar cari angin sebentar—— disana sumpek banget sama bete,"

Safira terkekeh dan langsung mengajak gadis itu masuk ke dalam rumah sakit. Aryo sudah memejamkan matanya dan tertidur dengan sangat pulas. Safira tersenyum memandang anak laki-laki satu-satunya ini yang mempunyai sisi kegelapan. Safira ingin sekali memberitahu kepada Ara tetapi Aryo melarangnya dengan berbagai alasan.

Karena merasa berisik, akhirnya Aryo terbangun dari tidurnya dan menatap sang Mamahnya yang sedang mengobrol asik disana. Aryo diam menatap dua wanita itu yang sedang saling bercakap-cakap dengan gembira. Hati Aryo terasa hangat saat orang yang ia cintai itu selalu tersenyum dan bahagia karena Ara, gadis berisik dan juga gadis menggemaskan yang membuat Aryo lelah untuk hidup.

"Mah," lirih Aryo membuat mereka berdua menoleh ke arah brakar. Safira mendekatkan dirinya kepada sang anaknya yang masih lemas tak berdaya itu.

"Kapan Aryo bisa pulang?" tanyanya kepada Safira.

Safira mendengus. "Nanti kalo kaki kamu udah sembuh."

"Tapi Mah, Aryo udah gak sakit lagi. Lagian juga soal kaki nanti Aryo sembuhin yang penting Aryo udah enggak disini lagi."

Safira menghela nafasnya gusar. "Mamah akan bicarakan kepada Papah mu terlebih dahulu."

"Mah, plise.. Aryo mau pulang," rengeknya seperti anak kecil. Ara yang disana sedang duduk terkekeh kecil saat melihat Aryo merengek meminta pulang.

"Jangan ketawa!" cetus Aryo membuat Ara terdiam menahan tawanya. Ara langsung bangun dari duduknya dan menghampiri brakar itu.

"Kalo menurut Ara sih, Aryo pulang aja Mah. Lagian kan Aryo udah sembuh hanya saja kakinya yang masih pincang kaya kakek-kakek," ucapnya dengan di akhiri gelakkan ketawa. Aryo yang awalnya tersenyum kecil langsung datar saat mendengar bahwa Ara menyebutnya dengan sebutan kakek-kakek.

ICE BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang