29 | Prioritas Lana

3.2K 660 48
                                    

Now Playing
Kokoronashi - Gumi (Piano Vers)

Now Playing Kokoronashi - Gumi (Piano Vers)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan siapa-siapa, sih. Tapi nggak mau kehilangan dia.

_Scary Beauty_

---o0o---

Teriknya matahari tidak mengalahkan semangat dalam diriku. Pelajaran olahraga, dulu terasa beban, kini menjadi salah satu hal paling aku suka. Terutama, pelajaran voli yang sedang ku pelajari hari ini. Tawa lebar ku perlihatkan. Aku sudah lama tak tersenyum selebar ini.

Di tepi lapangan, cewek berwajah pasi itu hanya bisa menatap warna-warni keceriaan kami. Sayangnya, cewek yang tengah meluruskan kaki itu tak bisa mengikuti pelajaran olahraga akibat luka di punggung tangannya. Bahkan bergerak saja terasa sukar baginya.

Aku memudarkan senyuman ketika ku tahui cairan berwarna merah keluar dari hidungnya menodai jaket siswi tersebut. Segara ku hampiri, memintanya bertahan. Dia menggeleng, menolak saranku.

"Udah, Lan. Gue cuma kecapekan aja. Lagian, harusnya lo bahagia ngeliat warna darah merah. Siapapun yang dihantui Wati, darahnya berubah jadi hitam. Itu artinya Wati udah tenang, Lan," jelas cewek berambut panjang itu sendu. Dalam sekali pandang, aku dapat membaca isi pikirannya bahwa cewek tersebut sangat tertekan dengan keadaan.

"Shan, wajah lo nggak mengatakan lo baik-baik aja. Kalau soal perjanjian kita ke makam Wati, biar gue aja. Lo tinggal kasih tahu alamatnya," saranku membujuk orang yang ku panggil 'Shan' itu agar segera pulang ke rumahnya.

Kesekian kalinya, Shania menggelengkan kepala, tak sependapat denganku. Dia bilang, ia akan menungguku selesai pelajaran. Setengah ragu, aku mengiyakan permintaannya. Shania yang aku kira orang paling jahat seantero sekolah, hal itu tak berlaku dengan situasi sekarang.

Shania yang sekarang terlihat tak berdaya, maaf... Bisa dibilang dia layaknya zombie hidup.

Aku menelan saliva kasar, melanjutkan pelajaran olahraga yang sempat tertunda beberapa menit. Aku memantulkan bola dengan kedua tangan yang ku satukan, sesekali ku melirik Shania. Posisinya diam terpaku, bahkan aku melihatnya seolah-olah dia tak bernafas sama sekali.

Postur tubuh tegaknya, penampilan cantik tertutupi kepucatan, lengkap sudah.

Brak!

Tak fokus, bola voli seharusnya ku pantulkan, mendarat mulus di kepalaku menciptakan dengungan luar biasa. Dunia serasa berputar, Samar-samar, ku lihat sosok cowok lebih tinggi daripadaku mengenakan sayap malaikat. Aku merapalkan segala doa, alhasil cowok itu masih menatapku penuh ketulusan.

Apa ini sebuah halusinasi? Aku mengerjap mata berkali-kali memastikan penglihatanku sama dengan kenyataan. Ku edarkan pandang, cowok itu menghilang bagai abu. Hanya tersisa beberapa siswi menyaksikan ku yang masih memerintih akibat benturan keras bola mengenai kepalaku.

SCARY BEAUTY [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang