"What the fu- apaan sih?"
"Kamu mau mengumpat ya?" Iya juga sih, sejak kapan aku hobi mengumpat? Lupakan.
"Enggak, kamu pasti salah dengar."
"Sini handphone kamu, kamu lihat apasih?" Ohh iya hampir lupa, aku hampir mengumpat karena si misterius mengirimku foto dua orang yang sedang berciuman. Siapa sih yang tidak kesal, apalagi dia mengatakan kalau si pria yang ada di foto tersebut adalah foto Xavi, kan makin kesel jadinya.
"Ngak ada, aku terkejut aja ada kucing yang baru lewat."
"Kucing?"
"Eh bukan bukan, itu tikus, eh bukan tikus kecoa maksudnya." Ini mulut ngak bisa diajak kompromi.
"Kamu lagi sakit ya? Kok makin lama kamu suka ngelantur sih." Dia meletakkan telapak tangannya di kening ku.
"Apaan sih, bete deh jadinya."
"Untung ngak panas."
"Xavi, kamu ngak kerja?" Lebih baik mengalihkan pembicaraan.
"Kan aku belum makan,"
"Yaudah makan sana, itu udah ada sarapan di meja." Aku melanjutkan pekerjaan ku yang sempat tertunda. Aku membereskan kamar kami. Tidak berantakan sih.
"Kamu ngak makan?"
"Ngak, ntar aja. Belum lapar soalnya."
"Makan a-"
"Huek-" aku berlari ke arah kamar mandi. Kenapa perut ku mual sekali.
"Huek-" Xavi sudah ada di belakang ku sambil memijat pelan leher dan kepala ku.
Aku membersihkan mulut ku di wastafel. Tidak ada apapun yang keluar dari mulut ku.
"Kamu kenapa? Kamu sakit ya? Ayo kita ke dokter." Xavi sudah ingin menggendong ku.
"Tidak perlu, mungkin aku hanya masuk angin."
"Tidak mungkin, atau jangan jangan kamu hamil ya?" Ada nada berharap disana. Semoga saja Tuhan.
"Semoga saja."
"Ayo kita cek ke dokter,"
"Tidak perlu, kita cek di rumah aja." Aku mengambil testpack yang ada di laci.
Setelah beberapa menit, ternyata hasilnya negatif.
"Mungkin testpack nya udah kadaluarsa, lebih baik kita check ke dokter saja itu lebih akurat."
"Tidak pelu, ini belum kadaluarsa. Mungkin Tuhan belum mengijinkan kita untuk memiliki anak. Bersabarlah akan ada waktunya."
"Baiklah, kali ini aku akan mengalah. Tapi lain kali kalau kamu mual lagi kita akan langsung ke dokter tidak ada penolakan." Aku hanya meliriknya tanpa berniat menjawab.
"Udah ayo, aku mendadak jadi ingin makan, jadi lapar abis muntah."
"Aku juga mendadak jadi ingin makan kamu." Xavi mengedipkan sebelah matanya.
"Tapi aku tidak berniat menghancurkan tempat tidur yang baru saja ku rapikan." Aku berjalan mendahului nya.
"Yah, yaudah kita makan bareng aja."
-_-_-_-_-_-_-vote-_-_-_-_-_-_-
"Xavi, kita kapan fitting baju?"
"Emang yang mau nikahan itu kamu? Ngak usah fitting baju, semuanya udah beres, nanti aku bakal ambil bajunya."
"Kamu ngak seru, mumpung ada kesempatan untuk fitting bersama. Dulu kan kita sendiri sendiri."
"Iya iya, ngak perlu bawa bawa yang dulu dong. Itu kan salah kamu yang ngak mau nyamain harinya." Ini gimana sih, aku mulu yang salah. Udah tau sebelum nikah aku belum tau siapa dia.
"Iya in. Yang penting sekarang kita fitting, tinggal kita loh yang belum fitting yang lain udah semua, apalagi Geral sama Deby."
"Ya iyalah yang mau nikah kan mereka gimana sih, kamu makin hari kok makin aneh sih la, atau keanehan kamu ini ciri ciri seseorang yang hamil ya?" Hamil lagi hamil, apa apa sangkut pautnya sama hamil.
Besok adalah hari yang paling membahagiakan untuk pasangan Geral dan Deby. Semoga saja mereka langgeng sampai maut memisahkan.
"Enggak, aku ngak hamil. Tadi aku udah check. Tapi hasilnya tetap negatif." Sebenarnya aku juga merasa bersalah setiap Xavi membahas tentang bayi atau tentang kehamilan.
"Udah, kita harus sabar menunggu. Berusaha sambil berdoa."
"Iya. Yaudah ayo."
"Ngak sekarang juga kali sayang, ntar malem aja."
"Hah? Ntar malam? Otak mesum, otak mesum. Ayo kita fitting baju." Punya suami kok otaknya gesrek sih? Mikirnya ke situ mulu.
Author kembali lagiii. Vote nya guys jangan sampai lupa ya gratis kok. 😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Not ?¿ [END]
Teen Fiction'Perawan Janda (?)' Hmm... kedengarannya tidak terlalu buruk. Setahun lagi... tidak tidak, mungkin hanya 6 bulan lagi, maka gelar itu akan disematkan kepadaku. Start : 10-09-20 Finish : 17-05-22 Follow sebelum membaca ygy #10 perjodohan (01-08-22) ...