Kenyataan lebih nikmat daripada mimpi. Semuanya diluar ekspektasi, aku tidak menyangka ternyata ini lebih indah dari mimpi itu.
Aku melirik kesamping, pemandangan yang sangat indah melihat Xavi tengah tertidur pulas. Dia pasti kelelahan.
Aku berniat untuk mandi, mengingat tubuhku yang sudah lengket. Saat aku ingin menyibak selimut aku baru ingat bahwa aku tidak memakai sehelai benang pun. Aku mencari dimana pakaikan ku berada. Dan ternyata ada di sofa yang agak jauh dari keberadaan ku.
Jika aku mengambilnya dan tiba-tiba Xavi bangun sebelum aku mencapai nya, bisa ancur deh. Jika aku menggunakan selimut ini untuk menutupi tubuh telanjangku, mau tidak mau aku akan melihat tubuh telanjang Xavi. Dia juga pasti sama denganku.
Baiklah kuputuskan untuk langsung ke kamar mandi. Aku melirik Xavi sebentar untuk memastikan bahwa dia masih tertidur. Ternyata dia masih tidur. Dengan perlahan aku menyibak selimut.
"Aw..." Ternyata sakit juga. Wajar sih, kami melakukannya dua kali padahal ini yang pertama untukku tidak tau kalau Xavi.
"Kamu kenapa?" Mendengar suara Xavi, dengan gerakan kilat aku menarik selimut itu lagi untuk menutupi tubuhku. Bisa gawat kan.
"Eh, ngak kenapa kok. Kamu lanjut tidur aja." Ngak mungkin kan kalau aku berkata jujur.
Aku semakin menaikkan selimut yang sempat melorot. "Ngak usah ditutupin, aku udah liat semuanya. " Apaan sih kenapa harus diingetin sih. Kan jadi malu.
"Tutup mata kamu." Aku hanya mengikutinya. Tidak lama kemudian aku merasa seperti terbang. Dengan perlahan aku membuka kedua mataku. Dan ternyata, Xavi menggendongku ala bridal style.
Aku jadi malu, Xavi menggendongku bersama selimut yang menutupi tubuhku. Aku melirik kebawah ternyata Xavi sudah memakai celana.
Xavi menurunkan ku di samping bath tub. "Aku bisa sendiri kok."
Dia sedang mengisi bath tub. Dia menghiraukan ucapanku. Degil emang.
"Mau aku yang buka, atau kamu aja?"
"Udah kamu keluar aja, aku bisa buka sendiri kok." Aku harus bisa meyakinkannya.
"Aku hitung satu sampai tiga kalau kamu belum buka aku sendiri yang akan buka sekalian biar aku yang mandiin kamu. Satu dua tiga." Xavi berbicara dalam satu tarikan nafas.
Dan akhirnya aku menyesal kenapa aku malah bengong ketika Xavi sudah memberikan aba-aba. Semua perkataan Xavi terjadi. Dia memandikanku. Mungkin dia tau bahwa aku kesulitan.
Yang otaknya udah traveling kemana-mana, tolong kembalilah. Xavi hanya memandikanku tidak lebih dari itu.
-_-_-_-_-_-_-Vote-_-_-_-_-_-_-
Momen yang perlu disimpan di memori. Aku yang sedang duduk sambil menikmati Xavi yang sedang serius di depan kompor. Pemandangan yang langka melihat Xavi memasak untukku.
Entah keberanian darimana, aku melangkah mendekati Xavi. Aku memeluknya dari belakang dan menyender kepalaku di punggungnya. Saat aku sadar apa yang sedang aku lakukan, aku melonggarkan lilitan tanganku di perutnya berniat untuk menarik tanganku dari sana.
Tapi Xavi menarik tanganku kembali ke posisi semula. " Jangan dilepas dulu. Aku suka seperti ini, rasanya semua beban yang ada dipundakku terbang entah kemana."
Ini seperti mimpi dimana aku yang sedang memasak dan Xavi datang memelukku dari belakang.
Aku mengindahkan perkataan Xavi, aku juga nyaman dengan posisi ini. Bahkan posisi ini menghilangkan rasa sakit itu aku tidak merasakan nya lagi.
Setelah selesai makan siang, ya ini sarapan sekaligus makan siang. Kami hanya menonton TV berdua. Ya kali bertiga. Kami tidak duduk berdempetan masih ada bantal sofa sebagai penghalangnya.
Aku jadi merutuki bantal itu yang bisa-bisanya ada disana sebagai penghalang. Aku ingin bersandar di dada Xavi seperti adegan yang sedang ditayangkan di layar TV.
Xavi memindahkan bantal yang ada di tengah-tengah kami ke samping kanannya. Apakah Xavi bisa mendengar suara hatiku?
Tanpa meminta izin Xavi meletakkan kepalanya di atas pahaku. Dia menggerak-gerakan kepalanya seperti mencari posisi ternyaman.
Aku masih sok serius memperhatikan TV yang sudah berganti siaran menayangkan berita. Dengan keberanian penuh aku melihat kebawah, ternyata Xavi juga sudah melihat ku atau mungkin dia sudah melihatku duluan.
"Masih sakit ngak?" Aku tau apa maksud Xavi. Untuk menutupi rasa malu ku mengingat kejadian tadi pagi, aku menggeleng dengan pasti.
Setelah aku menggeleng, Xavi bangun dari posisinya dan langsung menggendong ku.
"Mari kita lanjut yang tadi pagi."
Gaskeun. Jangan kasih kendor. 😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Not ?¿ [END]
Teen Fiction'Perawan Janda (?)' Hmm... kedengarannya tidak terlalu buruk. Setahun lagi... tidak tidak, mungkin hanya 6 bulan lagi, maka gelar itu akan disematkan kepadaku. Start : 10-09-20 Finish : 17-05-22 Follow sebelum membaca ygy #10 perjodohan (01-08-22) ...