?¿ 19

2.8K 193 7
                                    

"Xavi, bangun. Kamu ngak ngantor?" Aku menguncang-guncang tubuh Xavi. Bayangkan saja ini sudah jam 8.12am tapi Xavi seperti tidak ada niatan untuk bangun. Aneh aja, selama ini aku tidak pernah membangunkannya selain karena kami tidak akrab, biasa dia juga bisa bangun sendiri.

"Hm, bentar." Xavi berucap tanpa membuka matanya.

"Ini udah jam 8 lewat, bangun gih atau kamu mau aku siram pake air seember." Mungkin memberinya sedikit ancaman akan membuatnya bangun, boro-boro bangun melek aja enggak.

"10 menit lagi."

"Bangun."

"7 menit."

"Bangun."

"5 menit."

"Ini kenapa jadi tawar menawar sih. Terserah kamu kalau ngak bangun." Aku berjalan menuju pintu dan berhenti sebelum mencapainya, aku bisa dibilang istri ngak becus kalau bangunin suami aja ngak bisa.

Aku kembali lagi menghampiri Xavi, dia masih saja tidur. Aku menarik napas panjang. Bisa-bisa aku cepat tua kalau tiap pagi seperti ini, jadi inikah sifat asli Xavi?

"Xavi sayang, kamu bangun ya. Aku udah capek masak loh, masa kamu ngak mau sarapan bareng, aku mau pergi ketemu teman-teman."

"Peluk dulu sini." Sejak kapan juga Xavi semanja ini?

"Ih, apa apaan sih. Kalau aku ngak mau, kamu ngak bakal bangun gitu?"

"Hm," Irit sekali Xavi ngomong.

"Yaudah." Aku memeluknya.

"Cium kening." Apaan lagi ini, tadi meluk sekarang cium? Apakah Xavi masih waras?

"Ngak."

"Yaudah deh."

"Eh, Xavi...." Dengan langkah seribu Xavi memasuki kamar mandi.

Gini ya, semua pria itu sama aja, sama-sama ngak mau tanggung jawab. Masa aku udah baper eh malah ditinggalin.

Ya, iyalah aku baper, sebelum dia ke kamar mandi dia mencium kening dan..... bibirku? Mengingatnya saja membuat pipiku mengeluarkan semburat merah.

-_-_-_-_-_-_-Vote-_-_-_-_-_-_-

"Ini anak bunda udah ngisi belum?"

"Ngisi apaan? Bunda mah ada-ada aja."

"Itu, kamu udah hamil belum?" Dengan santainya bunda menoyor kepalaku.

"Ya belum." Aku kembali mengiris bawang merah.

"Kok belum. Kapan dong bunda gendong cucu?"

"Yah kapan kapan."

"Kamu ya, awas ya kalau nanti kakak kamu yang duluan ngasih bunda cucu, abis kamu bunda cincang."

"Hah? Emang kak Gibran mau nikah ya Bun?" Aneh aja kalau iya, masa aku ngak tau sih.

"Yah enggak."

"Ye kirain. Bukannya waktu kak Gibran tinggal setengah tahun lagi ya Bun?" Mampus kak Gibran, semoga aja ngak dapet dapet tuh biar dijodohkan.

"Iya, Gibran bilang udah hampir dapet."

"Ye semoga aja belum, biar dijodohin."

"Kamu ya sama kakak sendiri ngak ada baik-baik nya."Aku hanya menyengir.

"Ela, kamu udah tau belum kalau Geral, adiknya Xavi mau nikah?"

"Hah? Benarkah? Kok Ela ngak tau sih? Xavi juga ngak pernah bilang." Aneh aja masa adik ipar sendiri ngak tau mau nikah.

"Makanya jangan manja manjaan sama Xavi terus, eh manja manjaan tapi belum hamil."

"Bunda apaan sih, mungkin Tuhan belum ngijinin kita buat jadi orang tua."

"Ini udah setengah tahun loh."

"Baru juga enam bulan, diluaran sana ada yang udah berumahtangga lima tahun belum juga diberi anak, mereka tetap sabar kok nunggunya."

"Kamu pengen kayak mereka, nunggu sampai 5 tahun?"

"Bukan gitu maksudnya, udah ah aku pulang aja. Takut Xavi udah ada di rumah nyariin aku."

"Iya sana pulang, trus sampai dirumah bilang sama Xavi biar kalian berusaha, biar cepat hamil."

"Udah ah, makin lama bunda makin ngaco."

Untung saja supir Xavi masih ada di rumah bunda, jadi ngak perlu repot-repot. Bukannya aku manja ngak bisa bawa mobil sendiri, salahin tuh Xavi yang over protective. Masa iya mulai sekarang kemana-mana aku harus diantar supir.

"Pak kita langsung pulang aja ya. Xavi pasti udah ada di rumah."

"Iya Bu." Aku tidak perlu lagi repot-repot memikirkan makan malam, untung saja saat aku mau pulang masakan yang bunda masak udah matang yah tinggal bawa pulang aja kan simpel.

"Kamu udah lama?"

"Belum baru aja nyampe. Ini juga aku udah mau nelpon kamu." Xavi melonggarkan ikatan dasi yang ada di lehernya.

"Udah kangen ya sama aku, pake acara mau nelpon?"

"Hm, ngak juga. Ngomongin apa aja sama bunda? Sampai lupa kalau udah jam 8." Aku disana udah mulai dari jam 12 siang, ngak tau deh bisa lupa pulang. Ya iyalah dulukan rumah itu tempat berpulangku.

"Hm, ngak ngomong apa-apa. Kamu taulah kalau ngomong sama bunda ya paling mentok di 'kamu udah hamil belum?' paling itu doang."

"Kamu udah hamil?"

"Apaan sih? Ya belum lah, kamu udah kayak bunda aja. Nanya yang aneh-aneh." Kami berjalan menuju ruang makan.

"Itu bukan aneh, malah aneh kalau udah nikah tapi belum hamil."

"Udah makan dulu. Ini masakan aku sama bunda loh."

"Ok fix, setelah makan kita berusaha semaksimal mungkin."

"Usaha ngapain emang?"

"Usaha biar kamu cepat hamil."

Vote nya guys jangan lupa.

Aku minta 5 vote untuk next capt, ok

Why Not ?¿  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang