?¿ 3

4.7K 351 11
                                    

Aku sudah siap untuk pergi. Tidak lupa aku membawa laptop. Tujuan utamaku pergi kesana adalah untuk mencari inspirasi. Aku ingin membuat cerita baru. Karna biasanya jika ingin membuat cerita baru aku ke kafe itu.

Sekarang masih jam empat sore. Waktu yang tepat untuk pergi. Jika jalanan tidak macet, waktu yang ku butuhkan sekitar satu jam lebih tapi, seperti yang kita ketahui, hari ingin malam Minggu jadi sudah pasti jalanan macet. Makanya aku memutuskan pergi sekarang mungkin aku akan sampai sekitar jam enam atau tengah tujuh.

Setelah dua setengah jam terjebak macet, akhirnya aku sampai juga. Aku melihat kedalam kafe, ternyata sudah hampir penuh. Aku memutuskan untuk duduk di pojok. Jika seperti ini aku tidak mau diganggu.

Tadi, sebelum pergi aku sudah memberitahu Xavi bahwa aku ingin pergi. Tapi, aku tidak memberitahu kemana aku pergi. Mungkin, dia juga tidak peduli mau aku pergi atau tidak.

Tidak lupa aku mematikan handphone agar tidak ada yang mengganggu. Padahal aku ingin sekali melihat apa balasan Xavi, tapi sepertinya dia belum melihat pesan ku.

Aku memesan minuman susu coklat. Aku belum memiliki ide untuk prolog nya. Jadi ku putuskan untuk melihat-lihat sekitar. Makin lama kafe semakin ramai saja, aku melihat kearah pintu masuk ada seseorang gadis yang baru masuk. Terlihat dia mengedarkan pandangannya.

Dia sendirian sama sepertiku. Dia mengedarkan pandangannya, sepertinya dia sedang mencari meja kosong, akhirnya dia duduk di dekat jendela yang kebetulan sedang kosong. Pesananku akhirnya sampai. Tapi, pandanganku belum teralihkan dari gadis itu. Entah kenapa sepertinya gadis itu memiliki daya tarik tersendiri.

Setelah beberapa menit ada seorang pria yang mendatangi nya. Dan aku tau bahwa pria itu adalah pemilik kafe ini. Aku sudah sangat sering kesini, jadi aku tau siapa pemilik kafe ini dan yang ku tau pemilik kafe ini masih anak SMA. Kalau tidak salah namanya Aldrick.

Mereka berbincang-bincang dan setelahnya mereka tertawa terbahak-bahak. Aku bisa melihat bahwa mereka saling menyukai. Tapi aku tidak tau apakah mereka pacaran.

Setelah melihat tawa mereka, tiba-tiba banyak ide yang muncul di otakku. Dengan cepat aku menyalakan laptop dan membiarkan jari-jari ku menari di atas keyboard. Sepertinya, mereka akan jadi pemerannya di cerita baruku ini.

-_-_-_-_-_-_-Vote-_-_-_-_-_-_-

Aku tiba di rumah jam sepuluh lewat. Saat aku hendak menaiki tangga aku dikejutkan dengan kehadiran Xavi diruang tamu. Jantungku bahkan hampir copot dari tempatnya.

"Darimana?" Aku membeku di tempat mendengar nada bicara Xavi yang sangat dingin tidak sedingin biasanya.

"Da-da-ri Ka-ka-fe sebelah." Heran, kenapa aku jadi gugup? Aku sudah seperti maling yang baru ketahuan mencuri sendal saat sholat Jumat.

Tanpa sepatah kata dia melewati ku dan masuk kedalam kamar tidak lupa dia membanting pintu hingga menimbulkan suara nyaring.

Heran kenapa dia terlihat sangat marah. Apakah aku baru saja melakukan kesalahan besar? Apa dia marah karna aku pergi? Tapi, aku sudah memberitahu nya bukan?

Tidak mungkin juga dia peduli padaku kan? Mungkin dia ada masalah di kantor dan melampiaskan kemarahannya kepadaku. Sudahlah, aku tidak peduli. Aku ingin istirahat, aku sudah lelah melawan kemacetan.

Dengan pelan aku membuka pintu aku tidak mau mengganggunya. Mungkin dia sudah terlelap. Tanpa melihatnya aku masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan wajahku dan mengganti pakaian ku.

Rencananya aku ingin mandi tapi aku takut nanti masuk angin. Ntar anginnya ngak mau disuruh keluar lagi kan makin berabe. Lagian sudah menjadi penyakit umum bagi perempuan yaitu 'malas mandi' dan hanya mandi ketika mau keluar.

Aku naik ke atas tempat tidur. Dan mulai memejamkan mata. Aku merasakan ada pergerakan. Sepertinya Xavi tidak bisa tidur. Aku meliriknya dan mengubah posisiku menjadi menghadapnya, posisinya yang semula membelakangi ku kini tengah menghadap ku dan wajahnya langsung berhadapan dengan wajahku.

Untung saja Xavi tidak membuka matanya, jadi aku bebas meneliti wajahnya. Hidung mancung, rahang tegas, alis tebal, bulu mata lentik dan tidak lupa bibir tipis yang menggoda. Perfect. Kurang lebih satu menit dia mengubah posisinya lagi.

Seketika aku memejamkan mata ketika kulihat dia mau mengubah posisinya lagi.

"Ela?" Apakah Xavi tau bahwa aku belum tidur?

"Ela, kamu udah tidur?" Tidak, aku tidak boleh menjawabnya. Aku akan berlagak seolah aku tertidur pulas.

"Sorry, semalam aku telat karna.." Xavi menggantungkan ucapannya. Apa dia sadar bahwa aku sedang pura-pura tidur? Tunggu, baru kali ingin aku mendengar Xavi menggunakan kata 'aku'.

"Ngak usah dipaksa. Saya tau kamu belum tidur 'kan?" Aku tetap memejamkan mata. Yah 'aku' diganti jadi 'saya' lagi.

Setelah beberapa saat keadaan menjadi hening. Aku mulai memberanikan diri membuka mata. Dan ternyata, Xavi sedang menatapku intens dengan tangan yang menyangga kepalanya. Sial, aku jadi malu sendiri. Kurasa wajahku sudah seperti kepiting rebus.

"Kenapa? Ada yang salah?" Aku semakin menarik selimut untuk menutupi wajahku. Disaat seperti ini tidak bisakah aku menghilang?

"Good night" Lebih baik mengucapkan selamat malam untuk mengakhiri kecanggungan ini. Tidak, mungkin hanya aku yang menganggapnya canggung.

"Too" Aku masih bisa mendengar kekehan nya.

Aneh bukan? Tadi, saat aku pulang dia menampilkan ekspresi dingin. Saat sudah di kamar, dia ingin minta maaf walaupun gak jadi sih. Trus, dia menatapku? Tatapan itu seperti tatapan seseorang yang sedang jatuh cinta. Jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu Ela.

"Ngak usah dipikirin. Udah tidur aja. Besok saya mau makan masakan kamu seperti malam kemarin." What? Jadi dia makan masakan aku yang semalam? Kenapa dia ngak bangunin aku biar kami makan bareng? Mungkinkah selera makannya akan hilang kalau makan bareng aku? Jadi, saat kami makan bareng dia hanya pura-pura selera gitu?

"Besok kita sarapan bareng!" Apa jangan-jangan dia bisa tau apa yang lagi aku pikirkan? Apakah dia punya indra keenam?

Voment nya guys jangan lupa

ilo_man3

Why Not ?¿  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang