?¿ 16

3K 217 2
                                    

Ternyata rumah gadis kecil yang bernama Quella Princessa tidak jauh dari rumahku. Hanya beda kompleks saja. Sebenarnya aku tidak langsung pulang, aku mengikutinya sampai ke rumah. Dia pasti tidak menyadari kalau aku mengikutinya. Dia keliatan terlalu menikmati es yang kuberi.

Semenjak saat itu, aku mencari tau semua tentang nya. Aku juga tidak tau kenapa aku sebegitu pedulinya kepada gadis itu. Saat aku menceritakan nya kepada mama, mama bilang kalau aku suka sama gadis kecil itu. Mama berpesan kalau menyukai seseorang, ngak boleh menyukai gadis lain.

Saat itu aku menyimpulkan bahwa, aku tidak boleh berdekatan dengan gadis lain. Semenjak saat itu pula aku berusaha bersikap dingin, terutama pada gadis yang ingin dekat dengan ku.

Aku kira, setelah SMP aku dan dia akan berada di satu sekolah. Ternyata tidak, kami beda sekolah. Andai saja umurnya ada di atas ku, mungkin aku akan mencari tahu dimana dia sekolah dan aku akan mendaftar di sekolah itu juga. Sayangnya, aku lebih tua darinya satu tahun.

Saat SMA, aku sudah menduga bahwa kami akan satu sekolah. Dan ternyata dugaan ku benar dia sekolah di sekolah yang sama dengan ku, dia berada di kelas XA1 sedangkan aku ada kelas XIA1.

Ternyata tidak mudah mendekatinya. Sudah banyak cowok yang berusaha mendekati nya, tapi dia seperti memasang tembok yang sangat tinggi agar tidak ada cowok manapun yang bisa mendekatinya.

Entah sudah yang ke berapa kalinya aku ingin menemuinya langsung, tapi dewi fortuna tidak pernah mendukung ku. Selalu saja ada kendala. Yang bisa kulakukan hanya memotret nya secara diam-diam.

Aku sudah sangat sering mengirim nya surat, agar dia mau menemui ku saat pulang sekolah di kafe dekat sekolah. Tapi, dia seolah tidak peduli. Aku tau dia selalu membaca surat yang aku beri, tapi setelah dia membacanya dia akan memasukkan surat itu ke dalam tasnya.

Masih untung ke dalam tas, ketimbang di buang ke tempat sampah. Aku juga sering memberinya hadiah. Kadang berupa makanan kadang juga benda.

Aku memang tidak memiliki keberanian yang cukup untuk memberinya langsung, oleh karena itu jam enam pagi aku sudah stand by di sekolah.

Mama yang tau alasan ku cepat ke sekolah, hanya geleng-geleng kepala melihat ku. Terkadang mama juga membantu ku memasak makanan yang akan ku beri kepadanya.

"Ma, mama beneran kan kenal sama mamanya ily?"

"Iya, emang kenapa sayang?"

"Ma, mama ngak niatan gitu pura-pura ke rumah mereka. Tanya kabar mereka gimana. Trus cari tau dong ma kenapa ily bisa bersikap cuek banget sama cowok."

"Sayang, kalau kamu memang udah suka banget sama dia, kamu harus berusaha sendiri dong." Benar kata mama, masalahnya apakah selama ini yang kulakukan itu belum bisa di sebut 'usaha' ?

"Ok. Aku akan berusaha lagi. Tapi aku punya satu permintaan, mama mau kan jodohin aku sama ily?"

"Kalau yang ini mama setuju. Dia pasti masih ingat sama janji kami semasa sekolah dulu, kalau punya anak yang beda jenis bakal di jodohin"

"Mama kok ngak pernah bilang sih kalau mama sama mamanya ily udah ada janji dari dulu. Tau gini aku ngak bakal pusing deh mikirinnya lagi." Aku menghela napas lega. Untung saja mama sama mamanya ily sahabatan semasa sekolah, kan makin mulus deh. Jalannya maksudku.

-_-_-_-_-_-_-Vote-_-_-_-_-_-_-

"Kamu bener mau kuliah di luar negeri?" Entah sudah yang ke berapa kalinya mama menanyakan pertanyaan yang sama.

"Ma, mama ngak rela kalau kak Xavi pergi? Tenang ma, masih ada aku kok." Geral memasang tampang songong andalannya.

"Geral." Papa berucap seraya memperingati Geral.

"Aku pasti pulang kok ma. Apalagi pas hari pernikahan pasti pulang dong."

"Kamu ini ya udah tau mama lagi sedih malah ngomongin hal lain." Mama semakin memanyunkan bibirnya.

"Becanda ma. Bye semuanya."

Semenjak hari itu aku belum pernah pulang, bukannya aku tidak merindukan mereka hanya saja aku takut ketika aku pulang ternyata ily belum mengenalku atau bahkan dia sudah punya pacar.

Tapi aku merasa sedikit lega saat mama mengatakan bahwa mama dan mamanya ily sudah sepakat akan menjodohkan kami. Walaupun aku belum tahu apakah ily sudah tahu seperti apa calon suaminya ini.

Aku berjanji kepada mama bawa aku akan pulang sebulan sebelum hari pernikahan kami. Dan akhirnya hari yang paling aku tunggu tiba juga. Hari pernikahanku dengan Quella Princessa.

Walaupun sepanjang acara Ela tersenyum, aku tahu senyumnya adalah palsu. Sebenarnya, ingin sekali aku mengeluarkan ekspresi senang tapi aku mengurungkan niatku saat tahu Ela tersenyum palsu.

Ela pergi tanpa permisi kepada siapapun. Aku juga tidak berniat berlama-lama di pesta ini jadi kuputuskan untuk mengikuti Ela yang sudah masuk ke dalam kamar hotel yang akan kami tempati selama dua hari ke depan.

Kami menjalani hari-hari pernikahan kami dengan biasa aja tanpa ada perkembangan apapun. Setiap malam ada banyak cobaan yang kualami. Aku juga pria normal, tapi aku belum siap untuk mengutarakan isi hatiku. Mungkin saja Ela belum siap menjalankan kewajibannya.

Pernikahan kami sudah menjalani bulan ke 6, dan sudah berapa kali aku memberikan alasan kepada Ela bahwa aku sedang berada di luar negeri untuk melakukan pekerjaan ku. Padahal sebenarnya aku tidak berada di luar negeri aku hanya berada di luar kota untuk sekedar refreshing.

Terlalu banyak godaan yang kualami setiap harinya sehingga aku butuh refreshing otak. Apalagi setelah dia menceritakan pria yang ada di masa lalunya yang ternyata adalah aku.

Sebenarnya aku ingin Ela mencintaiku bukan karena aku adalah pria yang ada di masa lalunya tapi karena aku adalah suaminya. Bukankah pantas bahwa seorang istri mencintai suaminya begitu pula dengan seorang suami mencintai istrinya.

Aku tidak memiliki cara lain lagi selain memberikan pilihan untuknya membuka sebuah rapot dan rapot itu adalah rapotku semasa SD. Aku tahu Ela sangat penasaran dengan isi rapotnya tapi entah apa yang dia pikirkan dia tetap keukukuh menandatangani surat yang aku beri.

Mungkin Ela tidak tahu bahwa surat itu bukan asli dari pengadilan, surat itu adalah palsu. Bagaimanapun caranya aku akan tetap mempertahankan pernikahan ini dan tidak akan ada kata perceraian. Setelah Ela menandatangani surat nya aku langsung merobeknya dan membuangnya ke tempat sampah.

Setelah hari itu aku pernah memergoki Ela yang sedang membuka laptopku entah apa yang dia lihat di laptop itu.

Saat aku pulang dari luar kota, kali ini benar aku memang sedang mengerjakan tugas di luar kota tapi tetap saja aku berbohong karena aku mengatakannya kepada Ela bahwa aku sedang memiliki tugas ke luar negeri.

Aku sangat lelah dan ingin beristirahat. Sebelum aku menuju alam mimpi, aku melihat Ella yang ternyata sedang mengobrak-abrik isi tasku mungkin dia sedang mencari pakaian kotor. Dia menemukan rapot yang ku simpan di dalam tas kerjaku

Akhirnya author update juga. Yeyeye

Voment guys 😁😍

Why Not ?¿  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang