Aku memasuki ruang kerja, ini bukan ruang kerja yang ada di rumah. Aku sedang berada di perusahaan si bos, biasanya kalau aku akan menyerahkan naskah cerita yang sudah selesai atau jika ada panggilan dari si bos, maka aku akan datang ke perusahaan ini.
Saat aku masuk, hal pertama yang aku lihat adalah setangkai bunga Lily putih. Aku jadi teringat akan seseorang.
Saat aku masih berumur sembilan tahun aku bertemu dengan seorang. Saat itu aku baru saja membeli es krim, dan saat dijalan ada tiga anak laki-laki yang sedang main kejar-kejaran.
Salah satu dari mereka menyenggol lengan ku dan seperti tebakan kalian, es yang ada di tangan ku jatuh dan meleleh di atas aspal. Malang sekali nasibku. Padahal aku udah rela membelinya ke kompleks sebelah. Aku ingin membelinya lagi tapi aku membawa uang pas-pasan.
Aku tidak bisa menahan air mata dan seketika tangis ku pecah. Aku menangis sesenggukan sambil berjalan. Dari arah berlawanan ada seseorang yang menghampiri ku.
"Ily kenapa?"
"A...ku...hiks...bukan ily...ta-di-hiks-es-ku jatuh."
"Udah gantinya ini aja. Jangan nangis lagi ya ily." Dia menyodorkan es nya padaku dan kuterima dengan senang hati.
Saat itu aku bertanya-tanya, kenapa dia memanggilku 'ily'?
"Aku udah bilang nama aku bukan ily. Nama aku itu Ela, Quella Princessa."
"Nama kamu susah di ucapin. Yah panggil ily aja, kamu juga suka bunga Lily kan?" Saat itu aku heran, dari mana dia tau aku menyukai bunga lily? Dan ternyata saat ini aku menyelinap bunga Lily di rambutku. Pantas saja.
"Udah ya aku pergi dulu. Bye ily." Dia berlari menuju perempuan dewasa yang berjarak sekitar tujuh meter dari tempatku berpijak.
Dan karya pertama ku terinspirasi dari kejadian itu. Karya pertama ku menceritakan tentang anak perempuan yang bertemu dengan anak laki-laki sewaktu mereka masih kecil. Si perempuan sering mencari tentang keberadaan si laki-laki, tapi dia tidak pernah bertemu lagi dengan si laki-laki. Sampai saat orang tuanya ingin menjodohkan dia, saat itulah dia berhenti untuk mencari si laki-laki.
Si perempuan berfikir mungkin mereka tidak jodoh. Saat si perempuan di pertemukan dengan laki-laki yang ingin dijodohkan dengannya, saat itu dia menyadari bahwa wajahnya sangat mirip dengan seseorang yang pernah dia cari.
Tanpa rasa malu dia bertanya dan menjelaskan bahwa dia pernah bertemu dengan seorang dimasa kecilnya. Dan ternyata benar, laki-laki yang ingin dijodohkan dengannya ternyata laki-laki yang pernah dia cari. Laki-laki itu juga mengakui nya.
Aku juga ingin kisahku sama seperti tokoh novel itu. Terdengar klise bukan cerita tersebut. Aku ingin seseorang yang dijodohkan dengan ku adalah dia laki-laki yang memiliki panggilan khusus untukku. Setelah bertemu dengan Xavi dan setelah aku mengetahui bahwa Xavi adalah orang yang akan dijodohkan dengan ku aku sangat kecewa mengingat wajah Xavi tidak ada mirip-miripnya dengan anak kecil itu. Aku juga menyesal mengapa saat bertemu anak laki-laki itu, aku tidak bertanya siapa namanya.
Itulah alasan mengapa aku ingin pernikahan ini hanya kontrak. Dan setelah enam bulan atau satu tahun, kami akan bercerai dengan baik-baik.
Dan setelah itu, aku akan berusaha lagi untuk mencari keberadaan laki-laki itu.
"Kapan naskahnya siap kalau kerjaanmu melamun terus hah?" Ini si bos datang-datang langsung ngomel.
"Sorry bos, entar lagi juga bakal siap kok." Aku tersenyum semanis gula. Biar ngak kena damprat lagi.
-_-_-_-_-_-_-Vote-_-_-_-_-_-_-
Setelah empat jam berkutat dengan laptop, aku ingin berendam. Tulang-tulangku sangat pegal mengingat selama empat jam tidak berpindah tempat sama sekali.
Saat ku pastikan Xavi belum pulang dari kantor, aku melepas satu persatu pakaian ku. Aku mulai masuk ke dalam bathtub, yang sebelumnya sudah kuisi.
Saat aku merebahkan tubuhku, dari ujung kaki sampai leher semua tertutupi oleh busa. Tidak lupa aku menyetel musik yang volumenya kecil. Sesekali aku bersenandung kecil sambil menikmati betapa indahnya hidup ini.
Tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah sosok Xavi yang tidak memakai atasan.
"Akhhh..." Entah aku berteriak karna aku yang telanjang atau karna Xavi yang top less.
"Sorry sorry." Xavi langsung keluar. Untung saja tubuhku tertutupi busa. Andai saja aku tau Xavi ada dirumah mungkin aku akan menutup pintu dan mungkin aku tidak akan berendam.
Aku tidak lagi melanjutkan berendam. Aku harus cepat-cepat mandi. Setelah selesai, ternyata aku lupa membawa baju ganti, aku melihat lemari yang ada di kamar mandi. Ternyata, hanya ada handuk bahkan bathrobe saja tidak ada. Oh iya aku lupa tadi pagi aku baru saja mencucinya.
Dengan terpaksa aku menggunakan handuk. Sebelum keluar aku mengintip dari celah pintu untuk melihat apakah Xavi masih ada di kamar. Ternyata dia tidak ada. Mungkin dia mandi di bawah.
Aku berjalan dengan hati-hati. Saat aku sudah hampir mencapai lemari pakaian, tiba-tiba Xavi muncul entah dari mana dan mengejutkan ku. Aku membalikkan tubuhku dan memegang erat handuk yang mambalut tubuhku, takut nanti handuknya jatuh.
Xavi tidak mengatakan apapun, dia berjalan melewati ku dan masuk kedalam kamar mandi. Saat itulah aku baru bisa bernapas lega.
Voment nya guys jangan lupa
ilo_man3
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Not ?¿ [END]
Teen Fiction'Perawan Janda (?)' Hmm... kedengarannya tidak terlalu buruk. Setahun lagi... tidak tidak, mungkin hanya 6 bulan lagi, maka gelar itu akan disematkan kepadaku. Start : 10-09-20 Finish : 17-05-22 Follow sebelum membaca ygy #10 perjodohan (01-08-22) ...