?¿ 26

2.3K 139 8
                                    

"Lihatlah cctv ini. Hari itu aku ke kantor. Hanya saja aku tiba saat Azura tidak berada pada mejanya, aku rasa saat itu dia ke toilet jadi dia tidak tau kalau aku sudah datang. Dan satu harian aku tidak keluar dari kantorku. Aku terlalu sibuk menekuni pekerjaanku"

"Ok bisa dipercaya."

"Dan lihat, Vidio ini editan. Aku sudah tau siapa pelakunya."

"Siapa? Musuh kamu ya?"

"Tidak. Dia salah satu sahabat kamu."

"Hah?"

"Iya Ela. Ini bukan sahabat kamu?" Dan bertepatan dengan itu, seorang gadis masuk kedalam ruangan cctv itu lengkap dengan tangannya yang sudah di borgol.

"Sherine?" Aku menutup mulutku tidak percaya. Bahkan tanpa sadar air mataku mengalir tanpa minta izin.

"Maaf" Hanya kata itulah yang Sherine ucapkan.

Tangisku pecah saat Xavi memelukku erat.

"Kenapa bisa kamu mengadu domba kami?"

"Maafkan aku Ela. Aku memiliki kelainan. Aku lesbian. Dan aku sudah menyukai mu sejak dulu."

"Hah? Huaa..." Bahkan suara tangisku makin kencang. Pengakuan apa lagi ini? Sherine lesbian? Sahabat macam apa aku ini.

"Jangan tangkap dia pak." Walaupun Sherine salah, aku tidak mungkin tega melihatnya dipenjara.

"Tidak, aku yang meminta mereka untuk menangkap ku. Dan menghukum ku sesuai peraturan."

Xavi mengangguk dan polisi membawa pergi Sherine.

"Tunggu dulu." Aku berlari dan memeluk Sherine. "Aku dan yang lain akan menjenguk mu."

"Jangan, sampai aku bebas dan sampai aku normal. Aku akan sangat merasa bersalah jika kalian datang menjenguk ku. Goodbye, see you next time."

-_-_-_-_-_-_-_-_-vote-_-_-_-_-_-_-_-_-

"Udah, makan dulu. Entar kamu sakit."

"Aku masih ngak percaya."

"Iya, kita doakan supaya dia kembali normal." Dengan telaten Xavi menyuapi ku makan. Reaksi Gladis dan Mila sama seperti reaksiku.

Mereka juga merasa gagal sebagai sahabat. Bagaimana mungkin kami tidak tau hal itu.

Sebulan berlalu sejak kejadian itu. Semuanya sudah kembali normal sampai handphone Xavi berbunyi.

"Halo ma??

"........"

"Syukuran? Siapa yang ulang tahun?"

"......."

"Ohh, iya nanti Xavi sama Ela datang."

Aku yang semula memainkan handphone jadi penasaran.

"Kenapa?"

"Nanti kita ke rumah mama. Mama mau ngerayain Debi positif hamil. Udah 2 Minggu."

"Beneran? Syukur lah." Senang sih senang, tapi merasa iri juga, kenapa Debi bisa hamil sedangkan aku yang udah hampir satu tahun belum juga hamil.

"Ngak apa-apa, jalan cerita setiap orang itu beda-beda." Mungkin Xavi menyadari perubahan raut wajahku. Di memelukku erat. Aku menyandarkan kepalaku di dada bidangnya. Sungguh nyaman sampai tak terasa hampir 15 menit kami di posisi ini.

"Pegel."

"Ups, sorry." Aku menarik diri dari pelukan Xavi.

"Becanda kok, sini lagi." Dan entah apa yang terjadi selanjut. Di lanjut di otak masing-masing aja ya. 😂

-_-_-_-_-_-_-vote-_-_-_-_-_-_-

Kami tiba pukul 19.14 makan malamnya dimulai jam 19.30. Ini bukan acara yang megah megah, hanya makan malam dengan keluarga.

"Selamat ya" ucapku seraya memeluk  Debi dan Geral secara bergantian.

"Makasih ya kak."

"Selamat." Xavi memeluk adiknya dan  bersalaman dengan Debi. Ya kali meluk bisa hancur deh dunia.

"Semoga kakak juga di berikan yang terbaik,"

"Amin."

"Ayo-ayo sini. Kita makan dulu." Itu suara papa mertua.

Makan malam dihiasi dengan perbincangan seputar perusahaan dan kehamilan. Dan akhirnya, tiba giliran aku yang di tanya.

"Ela, kamu kapan hamil?"

Ya Tuhan, aku juga pengen hamil. Tapi pertanyaannya kenapa harus kata itu. Kan bisa, 'Ela, kamu udah hamil belum?'. Lah mana aku tau aku kapan hamil. Emang yang nentuin hamil aku? Kita yang berusaha Tuhan yang menentukan.

"Maaf ma, aku belum hamil." Entahlah, aku juga tidak tau harus menjawab apa.

"Atau jangan-jangan kalian lagi KB ya? Kan gitu pasangan-pasangan sekarang, KB setahun biar nikmatin waktu berdua dulu."

"Iya ma, untung mama tau jadi kita ngak perlu repot lagi ngejelasin nya. Geral tuh, pengennya langsung punya anak." Untuk kebohongan yang satu ini aku mendukung Xavi.

"Iya dong. Lagian mama udah ngebet banget punya cucu kan ma?"

"Mama atau kamu?"

"Ihh papa tau banget deh." Bukannya menyangkal, Geral malah mengakuinya.

Ternyata acara ini tidak semenakutkan yang aku bayangkan. Saatnya aku bernafas lega, setidaknya hari ini bisa terlalui dan hari ini bisa lolos dari pertanyaan itu.

Hari ini bisa lolos, tidak tau kalau esok. Kita tunggu saja.

Akhirnya setelah sekian lama nggak up bisa juga up nya.

Buat yang mencoba sbmptn, semoga tim hijau atau biru ngak sih, terserah yang penting semoga ngak jadi tim merah nantinya. Maksudnya semoga lulussss. Semoga diterima di univ yang dinginkan.

Tinggalkan jejak kalian.

Vote ya. Gratis kok

Jangan lupa follow akun wattpad author dan akun Instagram nya juga ya .

See you next part 😍
Bye 😂

Why Not ?¿  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang