Aku merasa sangat bosan. Ingin menulis tapi tidak ada ide apapun yang muncul di kepalaku.
Dengan iseng aku men-chat Xavi.
Xavi, aku ke kantor kamu ya.
Aku bosan di rumahTidak ada balasannya. Mungkin Xavi sedang sibuk. Tidak apalah, Xavi tidak bakal marah kalau aku datang ke sana. Tapi, gimana kalau Xavi sedang bersama pacarnya? Atau mungkin sama sekretaris nya?
Biarlah, mungkin itu akan jadi alasan agar Xavi lebih cepat membahas tentang pernikahan ini.
Aku tiba disana tepat jam makan siang. Jadi, karyawan banyak yang berlalu lalang. Mungkin mereka ingin makan siang di luar.
Aku menggunakan lift khusus CEO. Saat aku sampai, terlihat Azura yang baru berdiri dari kursi nya, mungkin dia juga ingin makan siang.
"Siang Bu, ibu mau bertemu pak Xavi ya?" Tanya Azura sopan. Atau mungkin hanya berpura-pura sopan.
"Iya, dia ada didalam kan?" Mungkin juga kan Xavi sedang makan siang.
"Ada Bu, tapi pak Xavi lagi ada tamu."
"Oh, gak papa saya tunggu di luar aja. Ntar malah ganggu lagi."
"Ok saya permisi ya Bu."
"Tunggu, tamunya perempuan atau laki-laki?" Azura menghentikan langkahnya, saat aku bertanya lagi.
"Perempuan Bu."
Setelah Azura pergi, aku duduk di sofa yang disediakan di ruangan Azura. Setelah lama menunggu, perutku semakin lapar. Sebenarnya, jika Xavi bertanya kenapa aku datang kesini, aku akan menjawab untuk mengajaknya makan siang.
Aku sudah sengaja tidak makan dari rumah. Dengan keberanian penuh, aku membuka pelan pintu ruangan Xavi. Xavi yang seperti sedang menekuni pekerjaannya dan seorang perempuan yang duduk di sofa.
"Ekhem" Aku sengaja melakukannya untuk menyadarkan mereka.
"Lo siapa?" Perempuan yang semula sibuk dengan handphone nya tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arahku.
"Seharusnya saya yang bertanya. Anda siapa?"
"Oh, lo ngak kenal sama gue?" Ya iyalah, emang situ artis apa? Sampai harus dikenal. Dia melipat kedua tangannya di dada.
Perempuan itu berdehem sebelum menjawab. "Gue itu, istri dari Xavier Agriel. Udah kenal?" Dia melihatku dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan tatapan sinis.
Astaga apakah aku serendah itu?
"Jesica" Akhirnya Xavi berbicara juga.
"Kenapa? Salah kalau aku ngaku jadi istri kamu? Bener kan? Aku juga lagi hamil anak kamu Xavi." Apa? Dia hamil anak Xavi? Aku melihat perutnya yang tidak terlalu besar, seperti baru beberapa bulan. Kenapa aku seperti tidak rela? Perempuan yang bernama Jesica dengan tidak tau dirinya mencium pipi Xavi, tepat didepan mataku. Sialan.
"Oh, maaf kalau saya ganggu waktu kalian. Permisi." Aku pergi dengan langkah seribu. Sebelum aku benar benar keluar, aku sempat membalikkan tubuhku berharap Xavi mengejarku dan menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
Tapi tidak sama sekali. Sepertinya dia tidak berniat mengejar ku ataupun menjelaskan. Emang apa yang sedang ku harapkan? Kalau Xavi tidak mengejar ku, berarti benar bahwa anak yang ada di kandungan perempuan itu adalah anak Xavi.
Aku cepat-cepat masuk kedalam lift, sampai menghiraukan salam Azura.
Sesampainya di rumah aku langsung menuju ruang kerjaku. Sepertinya ada banyak ide yang muncul di kepalaku setelah pengakuan perempuan yang bernama Jesica.
Bahkan, aku menghiraukan kicauan perutku. Aku memang sangat lapar tapi aku tidak berniat untuk makan.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 pm. Tapi aku belum berniat untuk beranjak dari dudukku. Aku terlalu hanyut dengan cerita yang baru ku tulis.
Aku membaca ulang ceritanya, dan tanpa sadar aku membaca quote yang ku cantumkan di awal part sepuluh dengan suara yang sangat lantang.
"Mencintai pacar orang itu bisa. Mencintai suami orang juga bisa. Yang nggak bisa itu merebutnya."
"Emang ada yang mau rebut suami kamu?"
"Banyak malaha- sejak kapan kamu disini?" Kenapa Xavi kayak jelangkung sih? Bisa muncul secara tiba-tiba. Datang tanpa diundang.
"Baru aja. Siapa?"
"Apanya yang siapa?" Dengan wajah super polos ku. Aku bertanya seakan aku tidak tau apa maksud pertanyaan Xavi.
"Bukannya kamu bilang, ada banyak orang yang mau rebut suami kamu? Siapa aja?"
"Oh, yang itu. Anu," Apa yang akan ku jawab.
"Itukan hanya quote," Aduh, pertanyaan apa, jawabanku apa.
"Iya tau. Emang kenapa kalau banyak orang yang mau rebut suami kamu?" Xavi berbicara tepat di depan wajah ku.
"Bu-bu-ka-kan-" Aku menepuk mulut ku pelan. Kenapa aku jadi gugup sendiri sih?
"Percayalah, walaupun ada banyak orang yang mau rebut suami kamu, suami kamu ini nggak bakal mau direbut. Karna suami kamu ini menjungjung tinggi yang namanya kesetiaan." Setelahnya Xavi mencium kening ku. Aku menganga.
"Kamu maunya yang ini juga?" Xavi menyentuh bibirku dengan jari jempolnya.
Aku yang belum sepenuhnya sadar hanya mengangguk. Saat Xavi mulai mendekatkan wajahnya, saat itu juga aku baru sadar apa yang akan Xavi lakukan.
"Sorry aku mau mandi." Dengan cepat aku mundur sedikit dan langsung berdiri.
Bisa gawat kalau hal itu sampai terjadi. Bisa-bisa aku jatuh kedalam pesona seorang Xavier Agriel.
Voment nya guys jangan lupa
ilo_man3
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Not ?¿ [END]
Teen Fiction'Perawan Janda (?)' Hmm... kedengarannya tidak terlalu buruk. Setahun lagi... tidak tidak, mungkin hanya 6 bulan lagi, maka gelar itu akan disematkan kepadaku. Start : 10-09-20 Finish : 17-05-22 Follow sebelum membaca ygy #10 perjodohan (01-08-22) ...