?¿ 5

4.1K 294 2
                                    

Aku keluar dari mobil Xavi. Jangan berpikir dia yang membuka pintu, tenang aku juga tidak berharap. Aku masih memiliki tangan, jika hanya untuk membuka pintu mobil.

Aku berada di belakang Xavi, aku terperangah melihat suasana kantor Xavi yang begitu nyaman. Ada banyak pot yang berisi bunga-bunga yang berbeda setiap pot nya. Walaupun pot nya banyak, tetapi tidak merusak pemandangan. Letak pot nya juga sangat pas. 

"Pagi pak" Bukannya menjawab, Xavi hanya melirik seperti lirikan itu memberi jawaban 'iya'.

"Pagi pak, pagi Bu" Sapa seorang laki-laki yang melewati kami.

"Iya" Aku tidak seperti Xavi yang hanya melirik dan memberikan tatapan tidak suka.

"Kamu kenapa dibelakang?"

"Hah?" Kenapa memangnya kalau aku ada dibelakangnya, ada yang salah?

"Kamu harus di samping saya. Jangan dibelakang" Xavi menarik tanganku dan aku hanya pasrah. Kami berjalan beriringan menuju lift khusus CEO.

Selama di dalam lift, kami hanya diam. Saat keluar dari dalam lift kami di sambut oleh sekretaris Xavi, mungkin sih? Soalnya di novel yang aku baca biasanya itu sekretaris CEO.

"Pagi pak, pagi Bu" Dia tersenyum ke arah kami. Sama seperti tadi Xavi tidak menjawabnya.

"Iya" Aku masih tau tata krama.

"Nanti kalau kamu bosan atau ngantuk, disana ada kamar kok." Xavi mengarahkan dagunya ke arah salah satu ruangan yang ada di ruangannya.

Enak ya kalau jadi CEO, udah punya ruangan besar ada pula kamar nya. Sultan mah bebas.

"Hm, aku mau keluar aja ya, mau keliling-keliling."

"Terserah kamu" Xavi kembali menatap layar laptopnya.

Aku keluar, Azura yang menyadari kehadiran ku langsung berdiri dan membungkuk. Aku tau namanya karna di atas meja ada name tag yang bertuliskan 'Azura Bianca' .

"Mau kemana Bu?"

"Oh saya mau keluar sebentar." Ucapku dengan tersenyum.

Entah perasaan ku saja yang mengatakan bahwa Azura bukan wanita baik-baik. Entahlah, dari nama nya saja aku seperti tidak menyukainya.

Setelah aku lelah mengelilingi kantor Xavi, aku ingin kembali lagi ke ruangan Xavi, mungkin aku akan istirahat sebentar. Ternyata kantor Xavi sangat luas. Setiap orang yang melewati ku, ada yang tersenyum dan menyapa. Mungkin mereka tau bahwa aku adalah istri dari CEO  mereka.

Setelah beberapa menit berada di dalam lift aku sampai juga. Ternyata Azura tidak ada di mejanya. Kemana dia? Apakah dia ada di ruangan Xavi? Apakah Azura adalah selingkuh Xavi? Tunggu, apa yang sedang aku pikirkan? Bukankah itu adalah hak Xavi? Apa urusannya denganku kalau dia selingkuh? Malah kalau Xavi ketahuan selingkuh itu lebih baik, mungkin hal itu akan mempercepat dia membahas kontrak pernikahan.

Aku memberanikan diri membuka pintu dan pemandangan pertama yang aku lihat adalah Azura dan Xavi yang sedang berpelukan? Xavi yang masih duduk di bangkunya, Azura yang hampir jongkok dan banyak kertas yang bertebaran di lantai.

Entah kenapa rasanya sesak melihat mereka dengan posisi itu. Padahal sudah pasti Azura yang terpeleset. Lama-lama aku makin muak melihatnya.

"Sorry kalau aku ganggu" Mereka baru sadar bahwa aku ada disana, dengan gerakan cepat mereka  memperbaiki posisi masing-masing.

Dengan langkah seribu aku keluar dari ruangan itu. Sebelum pintu lift benar-benar tertutup, samar-samar aku mendengar Xavi meneriaki namaku? Untuk apa dia memanggilku? Aku juga tidak marah. Aku hanya tidak suka melihat posisi itu. Tidak suka belum tentu marah bukan?

-_-_-_-_-_-_-Vote-_-_-_-_-_-_-

Aku terbangun dengan posisi meringkuk. Aku merasakan bahwa mataku sepertinya berat. Aku memegang pipiku, sepertinya aku baru menangis. 

Aku melompat dan berlari menuju cermin. "What? Kenapa ada bekas air mata? Mataku juga bengkak. Pantas saja berat. Kenapa aku menangis? Padahal aku tidak bermimpi yang sedih. Apakah ini efek karna aku tidur siang dengan perut lapar? Mungkin juga sih!"

Aku mengambil handphone dan memesan spaghetti menggunakan aplikasi Go-Jek. Tidak sampai setengah jam makanannya pun sampai.

"Wih enak bener. Makin lama kok makin enak sih?" Aku menghabiskan semuanya dan meneguk air putih sampai kandas. Sungguh rasa laparku terbayar. Mungkin karena jam sudah menunjukkan pukul empat sore jadi aku sangat lapar.

Aku memikirkan apa yang akan aku lakukan? Mungkin membersihkan rumah akan menghabiskan waktuku. Jadi aku memutuskan untuk membersihkan rumah.

Saat aku akan mengepel lantai ruang tamu, ternyata Xavi sudah ada di sana. Padahal ini kan masih jam lima, biasanya paling cepat dia pulang jam tujuh.

"Soal yang tadi.."

"Oh gak papa, aku tau kok sekretaris kamu terpeleset."

"Kamu ngak marah?"

"Nggak, ngapain aku marah? Aku hanya nggak suka." Apa yang aku katakan? Bisa-bisa Xavi akan salah paham dengan ucapan ku tadi.

"Kamu ngak marah tapi kamu ngak suka?" Aduh kenapa malah di perjelas sih. Aku kan keceplosan.

"Nggak suka belum tentu marah kan?" Semoga Xavi tidak bertanya lagi.

"Iya. Tadi ada kertas yang jatuh ke lantai, eh saat dia datang dia jadi terpeleset deh."

"Ohhh" Aku melanjutkan pekerjaanku yang tertunda. Lagian untuk apa Xavi menjelaskan secara detail? Aku juga tidak membutuhkan detailnya.

Xavi beranjak menaiki tangga, mungkin dia lelah ingin istirahat atau dia ingin ke ruang kerjanya. Aku tidak peduli. Tunggu, kenapa Xavi tidak menanyakan kenapa mataku bengkak? Apakah dia tidak menyadari nya? Apakah sekarang aku sedang berharap Xavi menanyakan keadaanku? Sudahlah.

Akhirnya selesai juga aku membersihkan rumah. Kerja rodi ini ternyata melelahkan. Aku duduk di sofa yang ada di ruang tamu sambil menonton TV yang sedang menyiarkan berita hari ini. Mendadak, aku teringat bahwa setelah aku menikah aku belum pernah bertemu bunda. Aku juga belum ketemu sama mertua.

Aneh aja, sebelum aku menikah bunda akan selalu menanyakan kabarku begitu juga denganku. Padahal sekarang? Tidak sama sekali. Besok aku akan meminta ijin ke Xavi untuk menemui bunda dan ayah.

Aku tidak berniat lagi menonton, jadi aku akan memasak makan malam. Mungkin Xavi sudah lapar, kalau aku sih belum secara aku baru makan.

Setelah selesai dengan urusan masak, aku menuju kamar ingin mandi. Badanku terasa lengket. Mungkin efek kerja rodi tadi.

Saat aku memasuki kamar, Xavi tidak ada di sana. Dugaan ku benar Xavi pasti sedang ada di ruang kerjanya.
Tiga puluh menit kemudian aku keluar dari kamar mandi. Aku mau mengajak Xavi makan malam.

Tok..tok...tok...

"Xavi kamu ngak makan?"

Tanpa membuka pintu Xavi menjawab. "Tunggu bentar ya, kalau kamu udah lapar banget kamu duluan aja gak papa"

"Iya" Bukannya turun aku kembali ke kamar.

Voment nya guys jangan lupa

ilo_man3

Why Not ?¿  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang