?¿ 12

3K 217 1
                                    

Aku terbangun pukul 2.00am, rasanya ada sesuatu di perut ku. Seperti sesuatu yang membatasi pergerakan ku.

Aku menyibak selimut, disana terlihat ada tangan yang melingkari perutku dengan sempurna. Ternyata itu tangan Xavi. Apakah Xavi sadar bahwa dia sedang memelukku? Atau dia mengira bahwa aku adalah bantal guling?

Xavi seperti terusik dengan pergerakan ku yang semula membelakangi menjadi menghadapnya. Ya dia memelukku dari belakang.

Perlahan tapi pasti mata Xavi terbuka sempurna. "Kenapa?" Suaranya khas seperti seseorang yang baru bangun.

Aku diam. Apakah dia tidak sadar apa yang sedang terjadi? Atau dia sedang berpura-pura tidak tau. Sebelum berbicara aku menarik napas panjang.

"Kamu ngira aku bantal guling ya?"

"Enggak, saya tau siapa yang sedang saya peluk." Saking dekatnya jarak kami, aku bisa merasakan hembusan napas Xavi.

"Oh kirain. Soalnya baru kali ini kamu meluk aku waktu tidur."

"Kalau aku bilang aku meluk kamu tiap malam, kamu percaya?" Apa itu benar? Kenapa aku tidak tau? Apakah tiap malam tidurku terlalu nyenyak sampai aku tidak tau apa yang sedang terjadi?

"Serius?"

"Udah tidur aja, gak usah dipikirin." Xavi menarik selimut sampai ke dada. Dia semakin mengeratkan pelukannya.

Apakah aku sedang bermimpi? Aku mencubit lenganku.

"Aw..." Ini memang kenyataan.

"Ini bukan mimpi Ela."

-_-_-_-_-_-_-Vote-_-_-_-_-_-_-

Entah bagaimana ceritanya, saat ini Gladis, Mila dan Sherine sedang ada di rumahku. Entah apa yang membuat mereka memiliki niat datang kesini.

"Kalian kenapa bisa kesini? Kalau ada yang mau diomongin kenapa ngak bilang dulu?"

"Ngak ada kok. Kita pengen aja datang kesini. Belum pernah juga kan?"

"Iya Gladis benar, masa lo udah nikah hampir tiga bulan kita belum pernah mengunjungi lo." Mila membernarkan ucapan Gladis.

Sherine hanya mengangguk menandakan dia setuju dengan ucapan Gladis maupun Mila.

Aku hanya mengikuti mereka dari belakang. Kami sedang menelusuri setiap sudut rumah ini. Dan akhirnya kami duduk di bangku taman belakang.

"Semenjak lo nikah, lo jadi jarang bisa diajak ketemuan. Padahal waktu masih lajang kemana-mana pasti bisa." Gladis benar, akhir-akhir ini aku lagi sibuk banget. Entah sibuk karena apa.

"Gue sibuk banget, ngurusin rumah belum lagi-"

"Iya deh, yang urusin suami. Pasti tiap malam minta jatah ya?"

"Gladis, bisa ngak sih ngak ngomong yang aneh-aneh. Hargain privasi orang dong." Jika Gladis membahas tentang hal ini, maka Mila lah yang akan menegurnya.

"Ye, gue kan nanya doang. Emang salah?"

"Biar lo ngak nanya-nanya lagi, sono nikah. Biar lo tau gimana rasanya."

"Lagian siapa juga yang sibuk karna itu. Ngak ya, aku sibuk karna banyak cerita yang harus aku tamatin." Aku harus mencari alasan yang logis, supaya pembahasan mereka tidak mengarah ke situ lagi.

"Iya deh, yang udah jadi penulis terkenal."

"Btw, lo udah hamil belum?" Kenapa dari dulu pertanyaan Mila itu itu aja sih. Apa karna Mila lagi hamil ya? Makanya pertanyaan nya itu itu aja. Apa hubungannya coba?

"Belum."

"Kenapa? Ada masalah ya?"

"Ngak ada kok. Mungkin belum waktunya aja." Ya iyalah orang aku masih perawan. Gimana mau hamil?

Tanpa alasan, Sherine pergi begitu saja. Bahkan dia langsung pulang menggunakan mobil yang dibawa tadi.

"Kalian ngerasa aneh ngak sih? Setiap kita bahas Xavi, tuh anak selalu aja marah kalau ngak menghindar." Kami berjalan menuju ruang tamu.

"Iya, tuh anak makin hari makin menjadi-jadi. Padahal dulu semasa sekolah, dia biasa-biasa aja kan?" Dulu semasa sekolah Sherine tidak se-aneh itu, semenjak dia tau kalau aku dijodohin sama Xavi, dia jadi berubah. Dulu yang masih ceria berubah jadi murung apalagi kalau bahas Xavi.

"Mungkin dia lagi ada masalah." Aku tidak mau berpikir yang aneh-aneh.

"Atau mungkin, dia suka lagi sama Xavi." Baru aja ngak mau nethink, eh Mila malah jadi buat aku nethink lagi.

"Masuk akal juga sih. Secara Xavi kan tampan nya diatas rata-rata." Gladis meminum teh yang ku buat.

Aku hanya geleng-geleng kepala. Tapi mungkin juga sih, bukti nya banyak perempuan yang pengen nempel sama Xavi. Mungkin Sherine salah satu dari mereka.

"Ok, gimana kalau gue yang cari tau kebenaran nya?" Bila menyangkut hal-hal seperti ini, Gladis lah jago nya.

" Iya tuh, biar kita tau apa alasan Sherine kayak gitu."

Ceritanya masih nyambung ngak?
Voment nya guys jangan lupa

ilo_man3

Why Not ?¿  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang