?¿ 17

2.9K 203 1
                                    

"Ngak mungkin. Kenapa selama ini aku nggak tau?" Aku masih belum percaya.

"Dan kenapa aku sebodoh ini?" Percaya tidak percaya ya harus.

"Itulah kenyataannya."

"Tapi tetap saja kita akan bercerai. Aku masih ingat, besok adalah sidang pertama kita."

"Itu tidak akan pernah terjadi."

"Walaupun kau adalah pria yang ada di masa laluku, tetap saja kau tidak boleh bermain-main dengan yang namanya hukum."

"Aku tidak pernah bermain-main dengan hukum. Surat itu bukan dari pengadilan, itu surat yang aku buat sendiri."

"Benarkah? Dan bodohnya aku percaya. Jadi selama ini kau membohongiku?"

"Maaf, tidak ada cara lain lagi."

"Aku tidak akan memaafkanmu sebelum kau menjawab semua pertanyaanku dengan jujur." Ada banyak pertanyaan yang berkecambuk di kepalaku.

"Baiklah aku akan menjawab semua pertanyaan mu."

"Yang pertama, kenapa kamu mau dijodohkan denganku? Alasannya karena aku adalah gadis kecil itu?"

"Bagaimana mungkin aku tidak mau dijodohkan dengan mu jika akulah yang meminta agar aku dijodohkan dengan mu."

"Benarkah? Ok, tidak perlu diperjelas lagi. Yang kedua, kenapa kamu marah ketika aku pulang telat dari cafe?" Aku masih ingat wajah marah Xavi yang sangat menyeramkan.

"Sebenarnya saat itu aku ingin mengajakmu dinner untuk menebus kesalahanku yang tidak menepati janji saat pulang dari kantor." Aku hanya mengangguk tidak ingin menanyakan lebih, mengingat masih banyak pertanyaan yang akan kutanyakan.

"Bagaimana ada banyak foto-fotoku yang ada di laptopmu? Bahkan didominasi oleh wajahku."

"Kalau kamu berpikir aku adalah 'secret admirer' mu, benar. Aku bahkan sering mengirim surat tapi kamu tidak pernah membalasnya."

Benarkah? Setiap hari ada surat di laci mejaku, pertama-tama sebenarnya aku mengabaikannya walaupun aku membacanya sih, tapi semakin lama  aku jadi punya semangat untuk berangkat pagi ke sekolah hanya untuk membaca surat itu.

"Oh ya? Ada satu pertanyaan lagi, apakah kamu tau aku tidak-"

"Itu hanya di mimpi Ela." Aku mengernyitkan dahiku. Apanya yang hanya di mimpi? Aneh.

"Aku masih ingat bagaimana caramu memanggil namaku. Aku tahu kamu sangat menikmati mimpi itu."

"Mimpi yang mana?"

"Mimpi di mana kamu merasakan kesakitan walaupun setelahnya tidak lagi, dan kamu terbangun saat kamu terjatuh dari tempat tidur." Apakah maksud Xavi mimpi yang itu ? Mimpi yang mengubah ku dari gadis menjadi wanita? Mimpi erotis itu.

"Mimpi yang mana? Aku nggak tahu, aku terlalu sering jatuh dari atas tempat tidur." Aku tidak boleh asal menyimpulkan, mungkin maksud Xavi mimpi lain.

"Benarkah kamu lupa? Atau kamu berniat untuk mengulangi mimpi itu? Mari kita praktekkan." Xavi senyum menggoda, senyum yang baru kali ini aku lihat.

"Ah kamu makin lama makin gaje, sana tidur lagi aku masih ada kerjaan." Cepat-cepat aku berjalan menuju pintu.

"Benarkah kamu tidak mau melakukannya? Padahal aku sudah puasa selama 6 bulan." Jadi benar mimpi yang Xavi maksud adalah mimpi itu.

Aku menarik nafas panjang dan berbalik lagi. Aku tidak mau lagi berpura-pura seakan aku tidak tahu apa maksud perkataan Xavi.

"Kamu kan masih capek, kamu istirahat aja dulu masih ada hari lain kok. Lagian aku lagi halangan." Untuk kalimat yang terakhir aku berbohong. Bukannya aku tidak mau melakukan kewajibanku sebagai istri, hanya saja naskah ceritaku deadline-nya malam ini. Kalau aku tidak menyelesaikan naskahnya malam ini, maka aku harus siap kena amuk si bos.

"Baiklah, aku akan mengumpulkan semua kekuatanku untuk besok pagi."

"Gimana kalau besok pagi aku masih halangan?" Aku ingin tahu apa jawaban Xavi. Apakah dia akan menunjukkan wajah kecewanya?

"Benarkah? Bukankah dua hari yang lalu kamu sudah selesai halangan?" What? Dari mana Xavi tahu?

"Dari mana kamu tahu? Apakah kamu mengintipku?" Aku menyipitkan mataku agar Xavi merasa terintimidasi. Tapi bukannya merasa terintimidasi malah aku yang merasa malu.

"Aku menghafalnya. Dan satu lagi apakah salah seorang suami mengintip istrinya?" Jlep. Auto merah dong muka ini.

"Aku pergi dulu." Dengan langkah seribu aku keluar dari kamar. Kalau lama-lama di sana mungkin wajahku akan semakin merah.

Sebelum aku benar-benar menutup pintu kamar aku mendengar kekehan Xavi. Suami laknat memang, tertawa diatas penderita orang lain.

-_-_-_-_-_-_-Vote-_-_-_-_-_-_-

"Good morning my wife." Tanpa malu Xavi memandangku sambil tersenyum manis.

"Too." Aku tidak berani menggunakan embel-embel 'my husband' untuk memanggilnya. Tidak lupa aku juga tersenyum kepadanya. Kami sudah seperti pasangan yang dimabuk cinta. Cem anak abg gitu.

Aku mengangguk dengan pasti, saat aku melihat arti dari tatapan Xavi. Aku tidak ingin membuatnya berpuasa lagi. Sudah cukup aku membuatnya berpuasa selama 6 bulan.

Saat Xavi melihat anggukan ku, dia tersenyum dan langsung melancarkan aksinya.

Sebenarnya semalam aku mau update, aku udah ngetik panjang kali lebar kali tinggi. Tapi tulisan yang aku ketik mendadak hilang. Jadinya aku ngulang lagi deh, aku sok-sokan deh padahal gak ada yang nanya. Maafkan diriku ini.

Voment nya guys jangan sampai lupa.

ilo_man3

Why Not ?¿  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang