#22. Aku mencintai merchandise ku

63 23 0
                                    

 ****

Sunmi sudah membuat keputusan, dia tidak bisa membiarkan separuh nyawanya itu berada di rumah mantannya tersebut. Dengan terburu-buru ia mempersiapkan tampilannya. Menatap pantulan wajahnya di cermin. 

Tangan menangkup wajah miliknya sendiri. "Wajah mari berkeja sama! Aku harap kau tidak berubah menjadi merah!" Lalu tangan gadis itu bergerak menuju dadanya, menepuk-nepuk dadanya sendiri. "Dan kau jantung! Ku harap kau tidak berdetang kencang! Mari kita bekerja sama melawan dia!!" Seru Sunmi tak masuk akal, dari kejauhan Haera yang sedang menatap aneh Sunmi hanya bisa bernapas jengah.

"Palingan juga balikan lagi, dasar gagal move on." Celutuk Haera lalu pergi meninggalkan Sunmi dengan dunianya sendiri.

+×+

Dan inilah saat yang ditunggu-tunggu, Sunmi kini sudah berdiri tegak didepan sebuah apertemen yang baru saja ditinggalinya sehari yang lalu. Sunmi berusaha terlihat tegas, dengan mantap ia berjalan sambil menghentakan kaki. Semua mata memandanginya dengan penuh keheranan.

Tibalah sudah, sebuah tempat perkara dimana hanya bisa menjadi saksi bisu atas kesedihan yang ia alami. Yaitu unit bernomor 445. Sebelum ia menekankan bel tersebut, Sunmi mengambil napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

"Ayok! Aku yakin kau bisa Sunmi!"

Tentu, Sunmi jadi memencet bel tersebut walau sudah dipenuhi rasa gugup yang menyelimutinya.

'Siapa?'

Benar itu adalah suara Soobin, suaranya berasal dari intercom disana. Ya dulu ia juga sering menggunakan itu sebagai alat komunikasi dengan seseorang yang memencet bel.

Sebelum ia bersuara, dia sedikit membasahkan tenggorokannya dengan air ludah sendiri, berharap tak kentara rasa gugupnya.

"Ini aku." Jawab Sunmi dengan nada sedatar mungkin, hening beberapa saat. Entah apa yang terjadi atau jangan-jangan ini adalah ide jahil dari Soobin, oke baiklah ia sudah mempersiapkan semuanya. Lima menit sudah berlalu dan segitu juga waktu yang Sunmi lakukan sambil menunggu, apa yang terjadi sehingga membuat Soobin sangat begitu lama membukakan pintu.

Tiba-tiba knop pintu itu terbuka, menampilkan badan jakung Choi Soobin. Pria itu menatap tajam Sunmi. "Kenapa gak masuk?" Celutuhnya.

Sebentar Sunmi terdiam, terdiam mematung menatap Soobin. Oh ayolah jantung bukankah kita sudah sepakat untuk bekerja sama! Bukannya berhenti berdetak, malahan semakin cepat detakannya disaat dirinya melihat tampilan bangun tidur ala Choi Soobin yang tak pernah ia lupakan.

"Bagaimana aku bisa masuk, aku tidak mengetahui passwordnya."

Soobin merotasi matanya jengah. "Oh ayolah Sunmi jangan pura-pura tidak tau." Timpalnya dan sedetik berikutnya menarik kasar pergelangan tangan Sunmi membuat gadis itu terkejut.

"Lama banget sih, senang ya nunggu di luar?" 

"Iya emangnya, kenapa salah? Gak suka?" Kini Sunmi balik menjawab, dengan nada julid yang dibuat-buat. Satu tawa lepas begitu saja dari Soobin, Sunmi menatap sini pria tersebut. Oh ayolah tidak ada yang lucu.

"Ck bisa langsung ke intinya? Aku mau pulang." Sunmi kembali bersuara lagi ketika sudah redanya gelak tawa dari figur dihadapannya, Sunmi sedang mengatur sistem kegugupan dari dalam dirinya.

Spoiled // Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang