#06. Kenangan Jaehyun

154 75 12
                                    

****

Jung Jaehyun pov

Sudah sangat lama aku tidak berada di negeri kelahiranku nan indah ini, sepertinya hampir seluruh hidup kuhabiskan di negeri orang lain. Sedikit tersirat rasa rindu pada tempat ini. 

Sedikit rindu, dan sisanya rasa benci, benci akan tempat ini dulu. Mengingatkanku kembali ke pada masa-masa yang kubenci.

Kalau bukan dia aku tidak akan bersudi datang ketempat ini. Aku pun jadi mengingat ucapanku kepada Jaemin tentang aku akan menikahinya di Seoul? aku tak menyangka menyebutkan nama kota itu dengan mulutku sendiri.

Padahal aku membenci kota dan orang-orang disini. Tetapi karena melihat senyum gadis itu membuat rasa benciku hilang. Seperti aku telah menemukan ketenangan Kota Seoul yang sejati pada senyum manisnya.

Jung Sunmi ia telah mengisi hati dan pikiranku. Wajahnya selalu muncul dan membuatku selalu tersenyum sendiri tak jelas. Ah jadi begini rasanya...

Jatuh pada sosok seorang Sunmi.

Padahal awalnya aku membencinya karena ia berkebangsaan Korea, sama sepertiku. Aku pun juga sempat membenci diriku sendiri karena berkebangsaan Korea. 

Karena aku membenci kota dan negeri ini, aku berniat meninggalkan segala ingatan, kenangan tentang tempat ini. Pada umur 16 tahun aku pergi ikut dengan sebuah komunitas pencinta Amerika, aku mendaftarkan diri dan membayar biayanya. Tak main-main harganya, terpaksa aku menjual barang-barang yang ada dirumah mulai dari Perhiasan, dekorasi rumah, alat elektronik dan alat dapur, 

Dulu diriku memang nakal, sangat nakal.

Aku tak peduli dan tidak ada siapa pun yang peduli, apa gunanya juga banyak barang menumpuk dirumah kalau ujung-ujungnya akan menjadi rongsokan tak berguna.

Dan akhirnya aku juga menjual rumah itu.

Rumah sebesar istana tetapi hanya aku yang mendiaminya?  Benar-benar diriku sangat  menyedihkan. Dulu aku tinggal sendiri dan melakukan setiap hal sendiri.

Orangtuaku? Ah itu ceritanya sangatlah panjang, hal itu bermula disaat Ayahku terobsesi kepada seorang wanita muda, dan ia meninggalkan kami berdua. Ia yang telah membuat air mata ibuku selalu turun, ibu selalu menangisi lelaki gila itu.

Dan suatu hari lelaki itu datang kehadapan kami dengan memamerkan istri keduanya yang sedang hamil. Melihat kedatangan mereka ibu semakin terpuruk hingga sakit-sakitan, sampai ibuku membuang napas terakhir, beristirahat untuk selamanya.

 Benci, aku membencinya, ya sangat membencinya, dia benar-benar tidak memiliki hati nurani. Aku benci mengapa aku juga bermarga JUNG sama seperti lelaki sialan itu. 

Aku sebatang kara, merawat dan mencari uang sendiri dengan jerih payahku.

Diriku dulu terlihat seperti pria dewasa berumur 25 tahun, dimana aku mengurus pasport, kartu identitas, dan lainnya, dengan kedua tangan ku sendiri. Terbang ke Amerika dengan komunitasku, meninggalkan segalanya dan juga aku meninggalkan ibu ku.

Menempuh pendidikan dengan dibantu oleh beasiswa membuat bebanku sedikit ringan.

Dan benar kata pepatah kerja keras tak mengecewakan hasil, aku benar-benar tak menyangka dapat mendirikan sebuah apertemen berlantai 30 yang besar di tanah Amerika, dan menjadi direktur pada perusahaan terkenal.

Aku sangat bersyukur lelaki itu meninggalkan kami, berkatnya aku bisa hidup mandiri dan sukses. Kalau saja ia tidak terobsesi dengan wanita muda itu, mungkin kini aku sedang berleha-leha dan bersenang-senang menggunakan uang kedua orangtuaku.

Spoiled // Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang