25. Pesan Ayah

362 34 0
                                    

Ruangan itu sama bagusnya dengan perpustakaan. Tertata dengan rapih, Cat temboknya berwarna putih awan, memiliki empat pendingin ruangan di setiap penjuru pojok. Serta rak-rak besi yang berisi sepatu-sepatu yang biasanya di pakai untuk latihan dan kebanyakan sepatu bekas sudah tidak terpakai lagi.

Kaca-kaca yang sangat besar mengelilingi ruangan itu. Lemari peralatan olahraga berwarna hitam pekat itu ada di sebelah kanan pintu. Dan banyak kursi-kursi berwarna merah untuk beristirahat selagi ada waktu senggang latihan.

Memang sih, ruangannya begitu besar. Pelatih dance itu hanya di bayar honor, lumayan besar. Gajihnya setara dengan dosen-dosen jurusan lainnya.

Sudah berjam-jam, latihan. Bel yang biasanya berbunyi dan menyaut-menyaut satu sama lain tapi belum juga berbunyi?

"Mungkin latihan kita, sampai disini aja. Nanti di lain waktu lagi ya." Usul Tama sembari melihat jamnya sudah menunjukkan pukul jam tiga sore.

Rara tersenyum pada Gunawan, begitupun sebaliknya. Mengambil ransel kecilnya, lalu pergi dari ruangan itu.

Aulia terdiam sebentar, di lihat dari raut wajahnya terlihat bingung. Ada yang menelponnya. Lalu, jarinya begitu lincah saat tahu bahwa ayahnya yang menelponnya.

"Halo, yah?" Sapa Aulia di telepon. Membenarkan posisi handphone dan mendekatkan ketelingannya.

"Nak, ayah sudah transfer uang buat kamu. Maaf untuk semester ini ayah belum bisa kesana ya. Semoga kamu bahagia." Ucapnya sembari menutup telponnya.

Aulia mengusap airmatanya yang sedikit menetes itu dengan sehelai kain.

Rara dan yang lain sudah keluar dari ruangan itu.

"Kok, belum pulang?" Tanya Cahu yang menghampirinya.

"Iya ini mau pulang, tadi abis ngangkat telepon ayah." Jawabnya sembari memasukan handphone kedalam tasnya.

Cahu tersenyum, biasanya sifatnya terlihat kaku saat menatap perempuan yang berpas-pasan dengannya. Namun, kali ini ia tampak pede saat menyapa Aulia.

"Mau di anter?"

"Enggak gausah kak, saya pulang sendiri aja." Aulia menolak tawarannya dengan halus.

Tama hanya memperhatikan mereka, lalu berlari mengejar Meli.

"Hati-hati ya."

"Iya kak."

Ruangan itu kembali hening, Cahu lupa menanyakan namanya siapa.

BYOODE : CHASING STARS [HANGING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang