35. Empat Mata

321 25 0
                                    

"Gimana?" Colek Aulia yang sudah mengangkat kaki satunya itu.

"Jadi gini, gue udah pernah ngomong ke lu kan? yang kata hari mau di jodohin itu. Nah, gue mau lu bantuin gue, gimana caranya ngedapetin hari. Biar dia nolak perjodohan itu. Plis bisa kan?" Jelas Putri, senyum semeringah.

Aulia menggeleng, "Gue gabisa bantu sih put, lagian juga jodoh udah takdir."

Putri jongkok dan menunduk, agar bisa membujuknya. "Plis, bantuin gue. Sekali ini aja!?"

Aulia merapatkan bibirnya lalu mengganguk. "Gue bisa bantuin loh."

Mata putri berbinar-binar, terbayang-bayang wajahnya seorang pangeran di hatinya itu.

"Gimana kalo lu kerja?"

Ekspresi wajah putri berubah seketika, menghembus nafas samar. "Yakali gue kerja, kan duit gue udah banyak."

"Kerja di cafe purnama gimana? Jadi pelayan."

Putri mengerutkan dahinya, "Gila lu."

Aulia mendelik, "Gue tahu dari beberapa orang yang ngegibahin sekilas. Hari yang mengelola cafe itu. Dan juga, kadang dia sering bantu-bantu pelayan disana. Mau gak? Kalo mau gue bisa bantu."

"Ogah deh, yakali gue kerja disitu. Buat apa?"

"Justru, kalo lu kerja semakin banyak peluang untuk dapetin dia. Selain itu, lu bisa kepoin hubungan mereka udah sejauh mana."

Putri tersenyum misterius, "Gila sih, lu pinter. Lu emangnya pinter sih!"

"Deal, gue mau."
✿✿✿

"Apaansih narik-narik! Sakitt!" Tangannya Nia sedikit memerah akibat di genggam keras oleh Faul.

Faul yang wajahnya sangat putih dan glowing terkena sinar matahari membuatnya seperti matahari kedua. "Maaf." Hanya kata-kata itu yang diucapkan pada Nia.

"Gak perlu!" Wajah Nia ikutan saat melepas genggaman itu.

Ucapan maaf itu terbayang terus di kepalanya membuat Nia mendesis kesal. Bukan ia yang muak, tapi karena ia ternganggu dengan tatapan faul itu.

"Nia!" Panggil dari kejauhan. Tentu, Jirayut dan Rara yang baru saja bertemu sebelumnya.

"Gagal lagi deh rencana gue." Batin Nia, yang mengeluarkan napasnya.

"Ini, cowok kamu nia?" Ceplos Jirayut, menggulirkan matanya mengamati dari ujung kaki sampai kepalanya.

Nia merasa canggung, "Bukan, amit-amit."

BYOODE : CHASING STARS [HANGING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang