41. Amplop

657 38 4
                                    

Kini, Rara membukakan matanya perlahan menyoroti dinding-dinding atap yang berwarna putih terang. Lampu juga sudah mulai meredup.

Melepas selimut dari badannya dan berkata, "Gue lupa kalo sekarang gue harus ngerjain mata kuliah besok." Ucapnya, turun dari tangga kasurnya.

"Ra, kenapa?" Tanya Aulia masih mengantuk yang setengah sadar.

"Gue harus ngerjain mata kuliah gue hari ini. Harus banget!" Kerasnya, yang memilah-milah buku di mejanya hingga berantakan.

Aulia yang kaget mendengar ucapannya langsung membuka matanya lebar-lebar.
"Hah? Hari ini kuliah emang?"

"Iya, ga kerasa kan? Kita udah dua minggu trainee di asrama loh." Jawabnya, Rara masih sibuk mencari buku-bukunya tanpa sadari ia melihat amplop berwarna coklat di halaman bukunya yang terjatuh.

Amplop nya jatuh tepat mendarat di kaki Nia yang sempat dari kamar mandi. Sehelai handuk menutupi tubuhnya.

Rara yakin ada sesuatu di amplop coklat yang belum sempat dibaca, "Gue aja."

Amplop coklat itu akhirnya berhasil di genggamannya Rara. Dan menyelipnya lagi di buku mata kuliahnya itu.

"Apaan itu?" Nia berusaha ingin tahu tentang amplop itu.

Buku-buku yang sudah ditemukan olehnya, langsung dimasukan kedalam tas.
"Bukan apa-apa kok. Gue mandi dulu ya."

"Aneh banget kalo gaada apa-apa. Giliran gue coba cari tahu hasilnya fail." Suara hati Nia.

Pagi-pagi gini biasanya Putri masih tertidur pulas di ranjangnya. Tapi, sekarang kemana dia? Kok batang hidungnya tidak keliatan. Matanya Aulia melirih ke seluruh ruangan.

"Eh putri kemana?" Tanya Aulia sambil terbaring rebahan diranjang tempat tidurnya itu.

"Mana gue tahu, gue aja pas pagi mau mandi orangnya gaada." Jawab Nia, dengan notasi cepat dan kencang.

Aulia memasang wajah yang cemberut, "Lu juga lagi mau kemana pagi-pagi."

"Kan mau ke kampus dodol. Kita hari ini kan kuliah lagi, lu mau nya enak-enak disini gitu?"

"Eh iya, mungkin Putri udah di kampus duluan soalnya kemaren dia bilang ke gue mau ketemu sama seseorang gitu." Jelas Aulia tersenyum.

"Seneng lu kalo Putri deket sama orang?" Sewot Nia yang mulai mendekati Aulia.

"Seneng lah, kan dia temen gue."

Nia menelan ludah sebentar, "Bukan masalah itunya pea. Kita kan mau jadi idola besar, yang namanya idola kan gaboleh yang namanya pacaran apalagi kalo sampe begituan."

"Duh duh pikirannya jauh amat. Gue pelorotin anduk lu nih?" Bantah Aulia, yang mulai tertawa terbahak-bahak.

Nia teriak-teriak bagai orang yang kehilangan akal. Merapatkan badannya lalu menutupi dengan kedua tangannya, berlari ke arah lemarinya untuk memakai baju. "Gila lo, aul." Desis nya.

Aulia hanya memandangi tingkahnya Nia, tertawa-tawa hingga bergema di kamar mereka. "Ada-ada aja sih loh tingkahnya."

30 menit kemudian

Rara baru saja keluar dari kamar mandi, dengan menyanyi-nyanyi riang. Memulai hari dengan nyanyian itu sangat indah dibandingkan kehaluan yang tingkat dewa.

Tentu, bergantian dengan Aulia yang ingin memasuki kamar mandi dengan melirik sedikit, "Bangunin si meli sana gih!"

"Santui, nanti gue bangunin dia." Laga jalannnya yang bertingkah konyol menandakan bahwa Rara sedang bahagia.

Pintu kamar mandi mulai tertutup rapat

Rara menggebuk-gebuk betisnya meli, "Meli bangun mel. Hari ini kita ke kampus."

Membujuk sekali lagi dengan hentakan yang cepat, "Mell!"

Meli mengigo, "Stop jangan sentuh aku!"

"Aku bukan wanita murahan!"

"Oh my god!"

Rara kaget, "Nih anak mimpi apaan bisa-bisanya ya dia ngigo!"

"Gue ada ide." Rara mengambil gelas dan berjalan menuju dispenser depan kamarnya untuk menyirami Meli yang belum juga terbangun.

Byurrrrr!!! Suara air yang membahasi sekitar wajahnya meli

Sudah sekian kalinya menyiprati air-air ke wajahnya. Meli langsung bangun seketika, "Tegaaa kau!" Lantangnya dengan logat medan.

Rara membalasnya, "Kau nih gimana sih sekarang kan kuliah, masa kau enak-enak tidur-tiduran aja. Mau jadi apa kau?"

Meli membantah, "Tak ada kuliah-kuliah kau saja sana!" sambil mengambil posisi terbaring lagi.

Rara kembali marah-marah,
"Gila kau, hari ini ada pelajaran pak Tukul mau kau di hukum lagi?"

"Nanti kau disuruh bersihin genteng kampus."

"Disuruh ambilin ubannya pak tukul."

"Disuruh ngitung perkalian pake jari."

"Mau kau?"

"Bawel kau, aku mandi nanti."

Setelah di pikir-pikir mereka ngomong pake logat medan, Nia hanya tertawa pelan melihatnya.

"Orang sunda ngomong pake logat medan, ini lagi rara sama nya ya." Nia sekilas hanya melewati mereka yang sedang debat.

"Kuy kita ke kampus!" Aulia yang sudah rapih mengenakan baju berwarna lilac, celana kulot dan totebag berwarna putih, tidak membawa tas yang berat-berat kebetulan ada kegiatan latihan dance lagi.

"Cepet amat, mandi apaan lu? Mandi kadal?"

"Kayak gatau gua aja deh haha." Gelagak ketawa Aulia yang cukup mereka ikutan tertawa

"Gue belum mandi, gimana dong?" Kata Meli dengan lesu, mengucek-mengucek matanya yang masih terhalang belek.

"DL sih itumah, Derita lo!" Ledek Nia yang menarik tangannya Rara memberi isyarat buru-buru pergi.

"Kita duluan ya!" Kata Aulia dengan antusias.

"Yaudah deh, nanti gue nyusul. Kalian jangan langsung masuk jam pelajaran. Ke kantin atau ke perpustakaan dulu gitu."

"Iya bawel, hati-hati ya nak jangan lupa kunci pintu."  Sebelumnya Rara mengacak-acak rambutnya Meli yang sudah berantakan.

BYOODE : CHASING STARS [HANGING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang