Bullying?

10.5K 842 158
                                    

Selamat datang ke sekolah yang isinya banyak kemunafikan. Dimana lebih mementingkan teman yang sederajat daripada solidaritas sesama murid.

***

Kring,,, kring,,, kring

Suara bel istirahat berbunyi membuat semua murid-murid berhambur keluar kelas. Begitu pula dengan Raya yang memasang wajah datarnya dan mengunakan earphone miliknya. Ia selalu memasang wajah datarnya karna menurutnya mau bersikap baik atau buruk tetap saja jadi bahan omongan mereka.

"Kakakkk" teriak Arka dari belakang.

Raya berbalik dan melihat adeknya yang berlari bersama dengan cowok yang memakai kacamata bulat. Ia sedikit menaiki sebelah alisnya dan menatap Arka bingung.

"Kenapa lari-lari? Kalo jatuh gimana?" omel Raya.

Arka hanya menyengir saat mendengarkan omelan kakaknya itu. Ia mengaruk pipinya gak gatal karna ditatap datar kakaknya itu. Sebenernya ia sudah terbiasa melihat wajah datar Raya tanpa senyum.

"Arka bukan anak kecil kakak" rajuk Arka.

"Serah dah, siapa dia?" tanya Raya sambil menunjukkan ke arah cowok yang menundukkan kepalanya.

"Dia? kenalin kak namanya Aiden. Dia tadi aku tolongi saat mau dibully. Kalo dia jadi sahabat aku gak papa 'kan?"

Raya tersenyum dan mengacak rambut Arka. Adeknya sudah berani membela orang ternyata, lagian Raya juga tak membatasi Arka untuk mencari sahabat atau sekedar teman.

"Lakukan apa yang kamu suka, kakak mendukungmu" ujar Raya.

Arka tersenyum senang karna kakaknya selalu memahami dirinya. Bahkan semua yang diinginkannya pasti dikabulkan oleh Raya.

Raya menatap cowok yang sekarang menjadi sahabat Raya. Ia terlihat menundukkan kepalanya dari tadi. Apa lehernya gak capek? Pikirnya. Raya mengakat dagu cowok itu dengan jari telunjuknya.

"Kenapa nunduk?" tanya Raya.

"Sa-saya terbiasa begini" jawab Aiden.

"Panggil saya kakak seperti Arka, anggap saja saya kakak kamu mulai sekarang, dan perkenalkan nama saya Raya. Mulai besok jangan pernah menundukkan kepalamu lagi, angkat kepalamu tinggi-tinggi karna seorang raja tak pernah menundukkan kepalanya hanya karna para bedebah yang tak punya hati nurani itu" ujar Raya datar.

Aiden membulatkan matanya saat mendengar suara cewek yang diidam-idamkan oleh para cowok yang ada dikelasnya. Ia juga baru tau kalo Arka adalah adek dari cewek itu.

"Ta-tapi saya tak pantas, dan saya hanya orang miskin yang bisa sekolah disini karna beasiswa" cicit Aiden.

Raya mengacak rambut cowok didepannya. Ia terkekeh pelan mendengar suara Aiden yang tak seperti laki-laki lain, suaranya sedikit imut untuk ukuran anak laki-laki.

"Tatap mata kakak, Aiden" pinta Raya.

Aiden langsung mengakat kepalanya dan menatap bola mata berwarna abu-abu kebiruan milik Raya. Ia sedikit takjub dengan wajah cantik yang dimiliki Raya dan warna bola mata yang indah.

"Semua orang pantas untuk hidup, semua orang juga punya hak masing-masing, dan setiap orang juga sama. Tuhan kita tak pernah membeda-bedakan umatnya jadi mengapa kau harus bilang begitu. Ini hidupmu jangan pernah kau merasa sendiri dan tak pantas untuk berdiri disini. Mulai sekarang kamu punya Arka dan saya yang akan selalu bersamamu, jangan sungkan memanggil saya kakak kalo kamu lagi kesusahan"

Mata Aiden berkaca-kaca mendengar ucapan tulus dari Raya. Baru kali ini ada orang yang baik seperti Arka dan Raya. Padahal dari kecil ia sudah dijauhi karna kondisi drajat keuangan keluarganya dan penampilannya.

Zeraya's Life Journey(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang