Sendiri lebih tenang

4.6K 469 88
                                    

Hanya karna kehilangan lo gak bakal membuat hidup gua hancur sayang... Inget, lo bukan segalanya buat gua karna gua punya banyak cadangan yang bisa mengantikan posisi lo!

***

Raya berjalan menelusuri sekitaran kebun teh yang ada didekat villa dan ia berhenti ketika ada tempat duduk yang terbuat dari bambu didepannya. Ia memutuskan untuk duduk dan memandangi perkebunan teh yang begitu luas.

Raya memejamkan mata merasakan udara embun pagi yang seakan menyejukkan hatinya. Ia suka setiap pemandangan yang ada dipuncak karna mampu menghilangkan semua rasa lelahnya ataupun beban didalam hatinya.

"Hey" sapa seseorang dari samping Raya.

Raya membuka matanya saat mendengar orang menyapanya. Ia mengerinyitkan matanya saat melihat sosok laki-laki yang tak dikenalnya berada didepannya dan tengah berada diatas sepedah.

"Iya?"

Laki-laki itu turun dari atas sepedahnya dan menjangang sepedahnya agar bisa berdiri sendiri. Ia tak sengaja tadi melihat Raya yang tengah sendirian di pinggir kebun teh milik keluargannya. Ia sedikit penasaran makanya ia menghampiri Raya yang tengah duduk sendirian.

"Maaf ganggu, tapi aku penasaran aja. Kamu kenapa sepagi ini ada disini?" tanya laki-laki itu.

"Hanya ingin menyambut sang fajar" jawab Raya.

Sosok laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arah Raya, yang bertanda mengajak berkenalan. Ia cukup tertarik dengan Raya yang memandangnya cuek dari tadi.

"Ngomong-ngomong siapa namamu? Kenalin namaku Gino anak pemilik kebun ini" ujar laki-laki itu yang katanya bernama Gino.

Raya tersenyum tipis dan membalas jabatan Gino. Tak ada salahnya 'kan menambah daftar pertemanan lagi dengan orang yang tak dikenalinnya.

"Namaku Raya, kamu tinggal dini?" tanya Raya.

"Enggak, aku tinggal di jakarta"

"Oh, sama aku juga orang jakarta. Kamu disini ngapain?" tanya Raya.

"Ada masalah diperkebunan terus sama ayahku diajak kesini untuk nemenin dia sekalian refresing"

Raya menganggukkan kepalanya paham. Ia sedikit canggung karna tak ada topik pembicaraan diantara mereka. Ia bingung mau mulai darimana, biasanya juga dia tak seperti ini.

Gino duduk disamping Raya dengan canggung. Ia tak biasa berbicara dengan perempuan ataupun memulai pembicaraan seperti ini, karna ia tak suka dekat-dekat dengan yang namanya perempuan. Tapi entah kenapa, waktu ia melihat sosok Raya, ia jadi ingin menghampirinya dan mengajaknya berbicara.

"Banyak embun kalo jam segini" celutuk Gino.

Raya melirik ke arah Gino. "Iya, dulu aku pernah ingin menjadi embun pagi untuk seseorang. Tapi sayang dia udah gak ada"

Gino menatap Raya bingung dengan ucapannya. Ia baru pertama kali ini denger orang yang ingin menjadi embun pagi, padahal tak berarti sama sekali.

"Kenapa jadi embun?" tanya Gino.

"Terkadang kita ingin menjadi berarti bagi seseorang. Seperti aku yang ingin berarti untuknya seperti embun yang selalu menyejukkan dan memberi kesan disetiap tetesannya" jawab Raya sambil tersenyum.

"Maaf sebelumnya, memangnya dia kemana?" tanya Gino.

Raya menatap kedepan saat mendengarkan pertanyaan yang diajukkan Gino. Ia sedikit menghembuskan nafas pelan sebelum menjawab pertanyaan Gino.

"Dia udah meninggal" jawab Raya.

"Oh, turut berduka cita. Maaf gua udah nanyain hal itu"

"No problem" ujar Raya.

Zeraya's Life Journey(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang