Farsha-23. Imelda

16.7K 3.1K 631
                                    


Imelda merapihkan rambutnya yang berantakan, gadis itu menatap Cantika yang berada didepanya dengan tanda tanya. “Lo siapanya Arven?”

Cantika langsung menoleh, gadis itu tersenyum remeh menatap Imelda, padahal dia tak mengenal gadis itu sama sekali, tapi malah tiba-tiba menghampirinya dengan pertanyaan seperti tadi.

“Urusan lo apa?”

“Sahabat?” tanya Imelda, dari nadanya saja sudah seperti mengejek dan tersinggung. “Mungkin juga Arven gak bakalan nganggep lo sahabat,” ejek Imelda.

“Apalagi setelah kabar Arven deket sama Farsha. Siapa lo? Gak guna.”

Cantika menoleh dengan jengah. Kata-katanya cukup menusuk hati.“Maksud lo ngomong gitu apa? Sekarang coba denger gue, lo siapa?  Sekalipun Arven nggak nganggep gue sebagai sahabat, minimal gue bahkan lebih deket sama dia daripada sama lo. Siapa yang gak guna disini?”

Cantika hendak pergi dari hadapan Imelda, tapi gadis itu masih ingin berkata-kata. “Sejak kapan gue nganggep Farsha sebagai musuh gue? Dia sahabat gue dari dulu, lo tau.”

Setelah mengatakan itu Cantika pergi meninggalkan Imelda yang menatap tajam punggungnya. Tak peduli, Cantika masuk ke kelasnya. Dengan Jaya, Abra dan Revan yang heboh bercanda dan Arven yang menimpali sesekali.

“Darimana lo?” tanya Abra begitu melihat Cantika kembali dengan wajah kurang sedapnya karena cemberut.

“Imelda siapa?” tanya Cntika langsung.

“Kenapa emang?” tanya Jaya menimpali.

“Tadi gue sempet ngobrol sama dia, sempet baca nametagnya juga.”

“Anak kelas sebelah.” Jawab Abra.

“Satu kelas sama Farsha?” tanya Cantika kaget.

“Kenapa?” tanya Arven langsung mengerti ada yang salah.

“Ngga... bukan apa-apa.”

***

Farsha menggigiti kukunya gelisah, gadis itu memainkan pulpern ditanganya, sesekali melirik ke bawah dimana ponselnya berada, dia letakkan di atas pahanya. Daritadi ponselnya berbunyi. Nama Marco yang tertera di layar, sayangnya satu, guru Matematikanya masih duduk di depan. Bahkan tugasnya tidak dia kerjakan, selain malas da tak bisa soal ini. Matematika bidang terlemahnya. Oh tidak, semua mata pelajaran bidang kelemahan Farsha.

Dia memikirkan hal ini dari semalaman. Marco menelfonya dengan nada panik, tapi dia tak tau apa yang terjadi, yang dia harapan semuga tak berhubungan dengan Papanya, Papanya bak-baik saja kan?

“FARSHA!!!”

"Ya, Pak?” balas Farsha spontan. 

Gadis yang duduk sendiri diarea bangku paling belakang itu menjadi waswas. “Gue dari tad diem aja loh,” gumam Farsha pelan. 

Matanya menatap Guru Matematikanya yang malah diam meneliti beberapa lembar kertas diatas meja.  Matanya tampak menajam dibalik kacamata guru laki-laki yang usianya hampir setara dengan usia Papanya itu.

“APA-APAAN KAMU HAH?!”

Pria itu bangkit dari tempat duduknya, berjalan dengan membawa tiga lembar kertas ulangan membuat Farsha menggigit bibir bawahnya gelisah. Farsha mendongak menatap gurunya, tapi gebrakan kasar dimejanya membuat Farsha berjengit kaget dan takut.

Sudah Farsha bilang, sekuat apapun dia menyembunyikan kelemahanya itu tak akan sempurna.

“TIGA MINGGU INI NILAI ULANGAN MATEMATIKA KAMU RENDAH!! BAHKAN MENJADI YANG TERBURUK DIKELAS!”

FarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang