Bonus mumpung lagi pertama heheKalau ada yang kurang srek sama alurnya. Komen ya, nanti tak perbaiki
_ _ _
FARSHA-- BAD COUPLE!
_ _ _
"ARVEN! SINI KAMU! KEMANA AJA SAMPAI TELAT SATU JAM?!" teriakan itu tak membuat Arven lari. Malah mendekati Bu Sri yang mencak-mencak ditempatnya. Lagian ini yang diinginkanya kan?
"Kalian itu sama aja! Yang Ibu heran, kenapa tiap hari kalau telat pasti bareng waktunya?! Kalau nggak telat juga semuanya nggak telat!!" omel Bu Sri menyeret Arven ke lapangan basket.
Arven memutar bola mata malas mengerti maksud Bu Sri. Gimana nggak bareng telatnya orang berangkatnya aja bareng terus?
"FARSHA NGAPAIN BERHENTI LARI?!"
"Capek," gadis itu berjongkok ditengah lapangan. Wajah putihnya tampak memerah. Keringat juga membasahi tubuhnya.
Cowok yang sedari tadi diseret Bu Sri itu mengumpat dalam hati. Mendingan tadi bareng aja masuknya, biar si Asya nggak kena hukuman.
"Lari 30 putaran. Habis itu bantuin Pak Jamal bersihin nih sekolah." titah Bu Sri menyeret Arven ketengah lapangan. Berdampingan dengan Farsha.
Guru itu ingin bangkit sebelum suara Arven menghentikanya. Drama dikit dulu.
"Ibu mau kemana? Biasanya juga berdiri tegak melotot didepan saya. Takut banget kalau mundur satu centi," sindir Arven sinis. Cowok itu melemparkan tas hitamnya kesembarang arah.
Bu Sri tiba-tiba berjongkok. Membuat mata Farsha membulat. "Ibu ngapain?" kata Farsha panik. Takutnya mau pingsan gitu.
"Duh Gusti, berat kepala Ibu tiba-tiba. Ngurusin kalian mulu sih, pikiranya nambah lemak,"
Arven dan Farsha memutar bola mata malas kemudian. Bu Sri itu kadang galak, kadang lembut, kadang rada gila. Kan mereka jadi makin sayang.
"Dah ah saya mau pergi, gak guna nungguin kalian panas-panasan!"
Arven mencebikkan bibirnya. "Makan gaji buta, gitu tuh!"
Farsha hendak beranjak lari lagi sebelum tarikan ditanganya menghentikan pergerakan gadis itu.
"Mau kemana?" nada yang digunakan Arven terdengar lebih lembut.
"Asya mau lari, kan dihukum juga," kata gadis itu polos.
"Duduk, biar Arven yang lari," kata Arven. Tapi mendengus tak suka kala bibir Farsha melengkung kebawah.
"Kan Asya juga kena hukuman Arpen!!" rengek Farsha tak terima.
"Duduk bocah! Orang lain kalau hukumanya digantiin seneng. Lah lo? Malah mewek!" kata Arven yang sudah kelewat kesal.
"Nggak mau!"
"Nanti pingsan," balas Arven yang sudah tau tabiat Farsha.
"Asya itu kuat, Arpen aja yang selalu nganggep Asya lemah," bibir Farsha melengkung kebawah, Arven terlalu khawatir terhadapnya.
Arven menghembuskan nafas pelan. Maju, mengelus surai kecoklatan gadis didepanya ini. "Asyanya Arven duduk bisa nggak? Nanti capek," pinta Arven lembut.
"Nanti kalau hukuman Asya digantiin sama Arpen, malah Arpen yang capek. Nanti kalau nggak kuat gendong Asya pas pingsan gimana?!"
Oke, Arven ngalah. Farsha memang terlalu keras kepala. Tapi yang mereka pikirkan hanya satu. Khawatir terhadap masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farsha
Teen FictionGadis cantik dengan sejuta rahasia. Dia tak punya keluarga, atau tak pernah dianggap oleh keluarganya. Nakal, bodoh, itu sangat melekat padanya. Sama-sama Bad. Tak ada yang tau hubungan mereka, walaupun hanya sebatas sahabat. Tapi Arven selalu ada d...