Yang nungguin Farsha up?
_ _ _
FARSHA--FARSHA NGAMBEK!
_ _ _
"Uh! Kak Arven kenapa ganteng banget sih ah?!" teriak salah satu siswi saat melihat komplotan Arven berjalan didepan mereka.
Jaya yang mendengar kalimat itu langsung menghampirinya. Dengan PD menyisir rambutnya kebelakang. "Kalau sama gue gantengan siapa nih?" tanyanya dengan senyum memikat.
Siswi itu seketika grogi, apalagi tatapan Arven, Vito dan Revan yang mengarah kearahnya. "Eum-, ganteng sih banget," jawabnya lirih.
"Tapi maaf ya kak! Aku udah kesetanan sama gantengnya kak Arven. Jadi kakak aku tolak," ujarnya semangat, melirik kearah Arven. Berharap dilirik balik sih, tapi apalah daya saat cowok itu hanya melengos.
"Lah siapa yang nembak lo bege!" semprot Jaya, cowok itu tertawa sambil berlalu. Salahin! Orang ganteng gini juga masih mau dikalahin sama si Arpen!
"Eh, si Asya dihukum njir! Dia nggak ngomong ke elo?" kata Revan tiba-tiba. Tanganya menunjuk kearah lapangan saat ini.
Mata Arven mengikuti arah jari Revan. Mendesis tajam melihat Farsha yang menyapu dan membersihkan sampah. Apalagi lapangan luas banget, ditambah dengan sengaja kadang ada yang membuang sampah begitu saja.
Muka pucat Farsha membuat Arven tau bahwa gadis itu sudah lemah. Mungkin tinggal tunggu saatnya untuk pingsan.
"Gu-" ucapan Arven terhenti saat menoleh kesamping, Revan sudah ngacir. Sedangkan Jaya juga sudah pergi tak kelihatan batang hidungnya.
"Mau kemana?" kata Arven tajam. Ia menarik kerah belakang Vito yang hendak kabur.
"Kebelet boker Ven! Suer deh, jangan gue kali ini," kata Vito nyengir. Seolah tau apa yang akan dilakukan Arven setelahnya.
Arven hanya memangkat satu alisnya mengejek. Satu tanganya sudah bersiap maju.
Bugh!
"Akh! Arpen sialan!" teriak Vito keras saat Arven memukul perutnya kencang. Niatnya aja sandiwara, tapi pukulanya beneran cuy!
Bugh!!
Arven dengan cepat memukul Vito berkali-kali. Banyak yang terkejut, bahkan ada yang sudah memanggil Osis. Padahal tadi masih damai-damai loh.
"Arven!" teriakan itu masuk kependengaran Arven. Cowok itu bangkit menyembunyikan senyum tipisnya. Menatap Vito dengan pandangan yang menyiratkan ucapan terima kasih. Berbeda dengan Vito yang ingin mengeluarkan umpatan sekarang.
"Ikut gue!" kata Osis itu datar. Arven juga sama, dengan santai ia mengikuti langkah laki-laki didepanya.
Mereka sampai didepan ruang Osis. "Ven! Mau lo apa?! Bikin onar terus, giliran dihukum juga nggak mau!"
"Mau," jawab Arven datar. "Gue gantiin Farsha nyapu lapangan," ujarnya membuat Osis itu terbengong.
Tak biasanya Arven menyerahkan diri seperti ini. Tapi itu malah lebih baik kan?
"Oke! Gantiin Farsha nyapu lapangan! Tu bocah juga udah gue suruh lari tadi,"
Mata Arven melotot tajam. Sialan! Lari? Dan masih harus membersihkan lapangan besar itu sendiri?
"Tunggu aja," kata Arven membuat laki-laki yang menjabat sebagai ketua Osis itu bertanya-tanya. Tunggu apa?
Arven keluar dengan tangan mengepal. Osis sialan!
Dengan sedikit berlari cowok itu menghampiri Farsha yang masih menyapu ditengah lapangan.
"JANGAN BUANG SAMPAH DISINI BISA NGGAK SIH?!" teriak Farsha keras saat salah satu siswi membuang bungkus makanan ringan ditempat yang sudah disapu olehnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farsha
Teen FictionGadis cantik dengan sejuta rahasia. Dia tak punya keluarga, atau tak pernah dianggap oleh keluarganya. Nakal, bodoh, itu sangat melekat padanya. Sama-sama Bad. Tak ada yang tau hubungan mereka, walaupun hanya sebatas sahabat. Tapi Arven selalu ada d...