Yang belum baca OD versi baru? Yuk baca!_ _ _
FARSHA--TENTANG FARSHA 2
_ _ _
"ARPEN! SIA PUNYA PACAR!! DIA LAGI CHATTAN ARPEN!!"
Teriakan keras itu mendengung ke seluruh rumah. Gadis cantik dengan pakaian rumahan sederhana itu berlari dengan cepat ke tempat tujuanya. Tangan kanan-nya memegang ponsel milik Sia—gadis manis yang masih SMP.
"KAKAK!! ITU BUKAN PACAR!! KAK ASYA JANGAN JAHAT!!" Farsha hanya tertawa menanggapi, ia mengiming-imingkan ponsel Sia.
Gadis cilik itu berusaha mengambil, namun tak bisa. Farsha berlari lagi dengan tertawa kegirangan.
"ARVEEENN!!""ASYA JANGAN TERIAK!!"
Dara yang sedang memasak didapur menegur gadis itu. Walau tak sekali dua kali sih.
"Mama juga teriak padahal," gumam Asya dengan cepat membuka pintu kamar. Berlari dan meloncat kekasur begitu saja.
"Kak Asya mah!" dengus Sia, gadis itu berjalan kearah Farsha yang kini tertawa mencoba membangunkan Arven yang masih tertidur pulas.
"Arpen! Bangun, kebo banget! Masih siang ini!" tangan Farsha menyembunyikan ponsel Sia diantara dia dan Arven membuat gadis itu cemberut menatap Farsha.
"Bukan pacar kakak!" kata Sia ngotot. Ia tau Farsha hanya ingin bercanda, tapi sebel juga.
"Apa dong? Selingkuhan?! Arvennn bangunn!!" teriak Farsha sekali lagi tepat ditelinga Arven.
Sia sekarang malah hanya ngakak melihat Kakaknya yang sedang tidur tapi diganggu itu.
"Penn!"
"Apasih," kata Arven pelan. Melemparkan ponsel Sia begitu saja. Kemudian mengukung gadis yang sedang tidur disampingnya itu.
"Wlek!" Sia menjulurkan lidahnya mengejek Farsha yang kini tak bisa melawan Arven. Kakaknya mah kalau meluk nggak tanggung-tanggung.
"Arven sesek!" teriak Farsha, tapi tak dipedulikan Arven. Cowok itu melanjutkan tidurnya sambil memeluk Farsha.
Farsha menghembuskan nafas kesal. "Asya mau bantuin Mama masak Arven!" kata Farsha sekali lagi.
"Hilih, bantuin ngrecokin doang!" cibir Arven dengan mata tertutup. Padahal emang Farsha bisa masak, dan Arven mengakui hal itu.
Farsha berkali-kali mencoba melepaskan kukungan Arven, "Arven minggir ih!!"
"Temenin tidur aja kenapa sih!" balas Arven sewot.
"Siang siang masa tidur! Panas!" ujar Farsha membalas. Tubuhnya tak lagi memberontak, melainkan berbalik menghadap Arven yang masih memejamkan mata walaupun bibirnya sudah berbicara.
"Yaudah temenin sih! Bawel amat," bibir Farsha mengerucut saat mendengar kalimat Arven. Ia menjauh beberapa centi.
"Gini aja, dari semalem dikekepin mulu. Kan Asya sesek," ujar Farsha polos sebelum membalikkan badanya membelakangi Arven yang tersenyum tipis.
Rumah ini seperti rumah kedua bagi Farsha, bukan! Maksudnya rumah utama bagi Farsha. Sedangkan gadis itu hanya beberapa kali datang kerumahnya sendiri. Hal itu dikarenakan larangan keras dari Arven. Juga Dara maupun Bara, mereka yang melihat tumbuh kembang Farsha dari umur 4 tahun. Bukan kedua orang itu.
Sejak SMP tidur Farsha dan Arven mulai dipisah. Kamar Farsha sendiri berada disamping kamar Arven. Tapi dari waktu itu juga sampai sekarang pasti mereka beralih profesi menjadi penyusup. Tak sekali dua kali Dara menemukan dua orang itu tersesat dikamar tetangga. Sesulit itu memisahkan walau hanya berbeda ruangan. Mereka terlalu terbiasa bersama, kapanpun dan dimanapun.
Arven bergerak maju, ia yakin Farsha sudah tidur. Dengan pelan ia memeluk gadis itu dari belakang. Ikut memejamkan mata, tak peduli nantinya Dara akan memergoki mereka.
***
"Alpen ndak au," bocah laki-laki berteriak keras menjawab Mamanya. Kakinya tetap berlari, menikmati pemandangan sore hari di danau.
"Makan dulu dong, sini! Cuma buat ngeganjel perut biar nggak laper," ujar suara lembut itu mengintrupsi. Dara, wanita itu berusaha membujuk anaknya.
"Nanti Mama," kata Arven. Dara sudah pasrah, ia kembali ke belakang. Bara yang terduduk santai disana sambil memakan camilan. Memilih menunggui Arven selesai bersenang-senang diatas karpet yang ia gelar.
Bocah itu sendiri mulai lari menjauhi orang tuanya. Pemandangan sore hari didanau memang indah. Bukan hanya mereka yang kesini, beberapa orang juga menikmati liburan sore ini. Arven bahkan sudah bermain bersama anak kecil yang bahkan tak ia kenal sebelumnya.
Tapi langkahnya terhenti kala melihat bocah perempuan rambut sepunggung mengenakan baju biru. Hanya diam dipinggir danau, karena rasa penasaranya Arven menemui gadis manis itu.
"Hallo," sapa Arven kaku, bocah perempuan tadi hanya menoleh pelan. Wajahnya pucat pasi, tampak juga samar-samar terdapat luka diujung bibirnya.
"Ngapain?" tanya Arven polos mendudukkan tubuhnya disamping bocah itu, menatap pemandangan air danau dari jarak dekat.
Merasa tak mendapat jawaban kepala Arven maju, menatap perempuan itu. "Kok nangis?" tanya Arven spontan saat melihat air mata yang mengalir deras.
"Namanya siapa?" tanya bocah itu kemudian, menatap Arven dengan pandangan berbinar serta menghapus air matanya.
"Alpen," ujar Arven pelan, masih bingung.
"Asya," bocah perempuan itu menyodorkan tanganya kearah Arven.
Bocah laki-laki itu menanggapi dengan uluran tangan juga. "Asya ngapain disini?" tanya Arven.
"Nungguin Ama," jawab Farsha riang.
"Mama kemana emang?" tanya Arven setelahnya.
"Ndak au," bocah perempuan itu menundukkan kepalanya. "Ama disini," jawabnya pelan kemudian.
"Eum," Arven tampak berpikir juga. "Papa?"
Gadis itu diam tak menjawab, tapi melihat wajah pucat serta tubuh yang kurus membuat Arven bangkit. "Asya lapel ya?" tanyanya polos. "Alpen ambilin makanan dulu, jangan kemana-mana," kata Arven memperingati. Kakinya yang mungil berlari kearah Bara dan Dara yang asik berduaan.
Arven, bocah itu kembali dengan makanan yang banyak ditanganya. Dia tertawa sebelum tawa itu berubah menjadi jeritan saat melihat Asya hampir tenggelam didanau. Yang Arven takuti saat bocah perempuan itu hanya tersenyum cerah menunggu dirinya tenggelam.
"ASYA!!"
"MAMA PAPA!!"
Bara dan Dara langsung berlari mendengar teriakan Arven. Kemudian menjerit heboh saat anaknya mendekati danau, mencoba menyelamatkan Asya.
"Bar nyebur!!" teriak Dara keras. Menarik Arven agar menjauh.
"Arven kenapa," suara lembut itu memasuki telinga Arven. Ditambah lagi elusan pelan diwajahnya.
Mata Arven terbuka perlahan. Jantungnya berdetak keras, sialan! Arven suka sekali jika memimpikan Farsha, tapi bukan dibagian itu. Matanya memejam erat, kemudian terbuka menatap Farsha sambil tersenyum manis.
"Arven ngimpiin Asya ya?" tanya Farsha polos.
Arven terkekeh, melihat jam yang sudah hampir magrib cowok itu bangkit. Mengecup hidung Farsha singkat. "Iya mimpiin Asya," jawabnya pelan. Menatap Farsha yang masih asik tiduran dikasur.
"Mandi, sholat, terus bantu Mama masak. Kita nggak makan siang tadi," kata Arven yang diangguki Farsha.
Gadis itu bangkit mencepol rambutnya asal, pergi kekamarnya untuk bersih-bersih badan. Begitu juga dengan Arven yang terdiam menatap punggung Farsha yang menjauh dari kamarnya. Mengusap wajahnya kasar.
_ _ _
Ada yang bingung?
Jadi itu ada bagian Arven mimpi ya
Vote dan komenya. Komen yang banyak wkwk
Salam sayang
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Farsha
Teen FictionGadis cantik dengan sejuta rahasia. Dia tak punya keluarga, atau tak pernah dianggap oleh keluarganya. Nakal, bodoh, itu sangat melekat padanya. Sama-sama Bad. Tak ada yang tau hubungan mereka, walaupun hanya sebatas sahabat. Tapi Arven selalu ada d...