Farsha-9. Penyemangat Farsha

38K 6.1K 1.6K
                                    


Yang nunggu update??!!

Komen  tiap paragraf jangan lupa biar tambah semangat🔥

_ _ _

Pintu kamar Arven berdecit pelan. Arven masuk dengan gerakan pelan. Matanya hanya menangkap satu objek yang tertidur lemas diatas kasur.

"Makan dulu," ujar Arven lembut. Cowok itu mengelus rambut Farsha lembut.

Luka-luka ditangan dan diwajah Farsha sudah diobati. Tanganya juga banyak yang diperban. Setelahnya gadis itu hanya diam tak berbicara.

Kemarin, setelah membawa Farsha pulang, anak rumah tentu saja langsung heboh. Tapi mereka tak kaget, Farsha memang bandel. Tapi siapa anak yang tak rindu keluarganya?

Bara juga langsung marah-marah pada Arven yang membiarkan Farsha pergi sendiri begitu saja. Apalagi dengan Dara yang memangis keras. Farsha itu bagian keluarga mereka, dari dulu.

Gadis itu hanya diam membuat Arven menghela nafas lelah. "Asya?" panggilnya. Ia naik keatas kasur.

Ini sering terjadi, Farsha akan berubah menjadi pendiam. Gadis itu akan menyendiri, walau pasti Arven selalu menemaninya tidur. Beberapa orang juga ditugaskan untuk menjaga Farsha.

Tekanan mental yang dialami Farsha tak main-main. Gadis itu depresi, tapi memang puncaknya pada saat-saat seperti ini. Pernah dulu waktu kelas 10, Farsha mendapati perlakuan kasar seperti itu. Dan Farsha dengan gilanya hampir menyayat nadinya menggunakan pisau. Juga hampir bunuh diri dengan cara yang diluar dugaan mereka.

Semenjak itu penjagaan Farsha diperketat, apalagi jika terjadi seperti ini. Mereka akan selalu waspada, terlebih Arven. Kata-kata yang sama sering digunakan Farsha pada Arven. Asya capek, Asya mau nyusul Mama.

"Mama mana?"

Arven terdiam saat Farsha mengatakan itu. "Mama.. Dara?" tanyanya ragu.

"Iya," lirih Farsha. "Siapa lagi? Asya nggak punya Mama," cicit gadis itu lirih.

"Ngomong apa sih, Mama Asya ada. Dia dihati Asya," Arven menangkup pipi Farsha. Wajahnya terlihat pucat.

Senyum Farsha perlahan terukir. "Arven nyembunyiin sesuatu dari Asya? Arven udah cari tau alasan kenapa pecahnya keluarga Asya ya? Kenapa? Asya pengin tau," rengek Farsha terisak pelan memeluk Arven.

"Nggak, belum tau. Tapi nanti pastii.." ujar Arven menenangkan. Cowok itu tersenyum getir, kalaupun ia tau Arven yakin dia tak tega jika memberi tau gadis itu.

"Panggilin Mamaa.." ujar Farsha serak.

Arven merenggangkan pelukan mereka. Cowok itu bangkit, menangkup wajah Farsha. Mengecup sudut bibir gadis itu singkat. "Jangan macem-macem!" peringat Arven tajam.

Farsha hanya diam menatap punggung Arven yang menjauh dari ruangan. Banyak yang ingin disampaikan tapi tertahan ditenggorokan. Salah satu solusinya hanya dengan Dara.

Tak lama pintu kembali berdecit. Dara dengan senyum keibuanya memegang nampan berjalan kearah Farsha.

"Cariin Mama nih?" tanya Dara menggoda. Tapi yang ada malah air mata Farsha yang keluar deras dengan sendirinya.

"Makan ya? Mama suapin mau?" tawar Dara.

Farsha menggeleng lemah. Ia mengulurkan kedua tanganya meminta dipeluk yang langsung disambut Dara.

Tangis Farsha pecah di pelukan Dara. Orang yang selalu menyayanginya, merawatnya sampai sekarang. Dan dia mencintai wanita itu.

"Mama nggak suka kamu nangis kaya gini oke? Jadi berhenti nangis atau kamu buat Mama sedih sekarang," ancam Dara yang malah membuat tangisan Farsha lebih keras.

FarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang