Koreksi typo!
****
Arven merebahkan tubuhnya diatas kasur setelah selesai bertelfonan dengan Mars. Om nya itu memang bawel, tapi dia juga akan berterima kasih pada Mars karena telah membantunya.
Cowok itu menaruh ponselnya diatas nakas, terdiam merasa bingung. Marsel masih tak mau mengakui Farsha sebagai anaknya. Sedangkan itu sudah jelas. Dan tentang Istri, yang tercantum di data diri adalah Mama Farsha.
"VEN TURUN, ADA OM KAMUU!!"
Arven mengernyit heran mendengar Mamanya yang berteriak dari lantai bawah. Cowok itu bangkit menggaruk rambutnya.
"Om gue banyak amat dah," gumamnya sambil berjalan keluar kamar.
****
"WIDIH!" teriak Arven mendapati Omnya, Allard diruang tamu. Duduk dengan Papanya.
"Lama nggak kelihatan," ujar Arven duduk disamping Pria itu.
"Lebih enak sama Bini daripada sama ponakan kaya kamu," balas Allard ketus.
Arven mencibir, cowok itu menatap Bara yang tampak asik makan keripik ditoples. "Om, bantuin ayo," ujar Arven menatap Allard.
"Apa?"
"Itu si Farsha sama Marco," ujar Arven langsung.
Bara menatap anak laki-lakinya. "Udahlah Bang, kalau emang gak mau ngakuin ya udah. Lagian Asya juga sama kamu, jagain aja dia. Jangan nambah beban pikiran."
"Papa mah gak mudeng," balas Arven membuat Bara menatap Arven sinis.
"Tes DNA kali, ribet amat. Kamu selama ini ngapain aja? Katanya pinter," balas Allard.
"Kalau sama Papanya udah. Dan emang anaknya." ujar Arven menjawab.
"Sama si Marco, besok suruh kesini tu anak."
Arven menatap Papanya sambil terdiam. Cowok itu mengangguk paham. Meregangkan ototnya dan menyandarkan tubuhnya ke sofa. Dia bersyukur banyak orang yang membantunya kali ini.
"Mau kemana?" tanya Arven kala Om dan Papanya bangkit menaiki tangga.
"Ngurus kerjaan."
Cowok itu mendengus lalu merebahkan tubuhnya ke sofa dengan nyaman. Baru saja Arven menutup matanya, suara heboh serta dobrakan keras dipintu membuat cowok itu menghela nafas.
"MAMA DARA!! JAYA DISINI YUHUU!!"
"REVAN SAKIT ANJING!!"
"ABRA MULUT KAMU!!"
Cowok itu menoleh mendapati Dara yang melotot tajam menatap Abra yang baru saja mengumpati Revan yang menginjak kakinya.
"Mami Dara, ini si Revan nginjek kaki Ya Allah. Abra mah anak baik-baik," ujar Abra menyalimi tangan Dara.
"Baik diluar, busuk didalam," balas Revan.
Dara menggelengkan kepalanya. Sabar menghadapi tiga sahabat Arven ini yang sangat berisik. Jaya dan Revan menyalimi tangan Dara sebelum mengikuti gerakan Abra untuk duduk. Sedangkan wanita itu kembali ke dapur untuk membuatkan minuman.
Mereka mengunjungi Arven untuk bermain, sekalian merusuh. Sudah lama mereka berempat tidak kumpul seperti ini. Kalaupun iya, pasti saat sekolah. Hanya dengan waktu yang terbatas.
"Ngapain lo pada?" tanya Arven sinis.
"Nyari makan," jawab Jaya asal. Tanganya sudah mencomot roti yang tersedia diatas meja.
"Bukan penampungan orang gila. Maaf."
Revan melotot tajam pada Arven. "Gue mau ketemu Ana wee," balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farsha
Teen FictionGadis cantik dengan sejuta rahasia. Dia tak punya keluarga, atau tak pernah dianggap oleh keluarganya. Nakal, bodoh, itu sangat melekat padanya. Sama-sama Bad. Tak ada yang tau hubungan mereka, walaupun hanya sebatas sahabat. Tapi Arven selalu ada d...