Farsha-14. Farsha atau Cantika?

31.5K 5.3K 1.4K
                                    

Yang nungguinn??

___

"Ngapain balik sih Tik?"

Cantika menoleh sebal kearah Jaya, tanganya menggeplak lengan Jaya keras. "Gue baru balik dari London dan sambutan lo kaya gini?" sembur Cantika.

Jaya mencibir pelan, matanya menatap Arven yang hanya bermain ponsel menyandarkan tubuhnya ketembok, juga ada Abra dan Revan yang sudah bermain  batu, gunting, kertas. Yang kalah kasih duit.

Seperti sekarang, Cantika langsung mendaftar disekolah Arven. Dan sialnya kelas yang didapat sama dengan kelas Arven, cewek itu duduk disamping Jaya.

"Kangen gue sama lo, sans." ujar Jaya merangkul Cantika erat. "Tapi jangan maen-maen, sekalinya lo berulah gue juga bakal rubah sikap,"

Cantika menatap Jaya bingung. "Hah?"

Jaya tak menjawab, merangkul Cantika sambil memeriksa ponselnya. Arven yang tau maksud Jaya tersenyum miring menatap Cantika.

Dia dan Farsha kenal Cantika pada masa SD, itupun karena Cantika adalah satu-satunya teman Farsha selain Arven. Dan untuk Jaya memang cukup dekat saat SMP kelas tujuh, mereka selalu bersama. Tepat 2 bulan sebelum Cantika pergi, pasnya kelas 3 SMP mereka mulai menjalin persahabatan dengan Abra dan Revan. Sampai sekarang.

"Pen!!"

Teriakan itu membuat Arven menoleh, menurunkan satu kakinya yang semula naik ke kursi. "Sini," suruh Arven datar menarik kursi disampingnya agar lebih dekat.

Farsha, gadis itu berlari kecil menghampiri meja Arven yang tentu saja jadi perhatian orang-orang yang dikelas. Bukan seperti sebelum-sebelumnya, kini Arven maupun Farsha lebih berani tampil berdua tanpa hambatan. Sekarang, nggak tau kalau besok.

"Kantin ih, lapeerr," rengek Farsha duduk disamping Arven.

Arven tersenyum singkat, merogoh laci meja didepanya. Mengeluarkan bekal milik Farsha yang memang dititipkan kepadanya. Heran memang, berangkat bareng, sarapan satu meja tapi dititipin Arven.

Alasan Dara, Farsha itu sering kali lupa jika dibawakan bekal. Jadi lebih baik lewat perantara Arven.

"Gue enggak Ven?"

Arven dan Farsha sontak menoleh kearah Cantika. "Gak! Minta ama Jaya," ujar Arven singkat membuat Cantika tersenyum tipis.

Farsha yang gerakannya saat membuka bekal terhenti, "Tika mau?" tanya Farsha pada Cantika.

"Boleh," ujar Cantika antusias.

"Buat Farsha! Apaan sih!" tolak Arven langsung.

"Boleh, nih. Asya tuh maunya bakso. Tapi nggak enak nanti sama Mama kalau nggak dimakan. Jadi dimakan Cantika aja. Nggak papa kan?" Farsha menoleh kearah Arven yang menatap tajam kearahnya.

"Serah!" balas Arven cuek pergi begitu saja.

"Sya, nggak papa?" tanya Cantika kiuk melihat Arven yang tampak marah. Ini cuma bekal, apa yang sepesial?

Farsha menggigit bibir bawahnya cemas. Menatap Cantika sambil tersenyum manis. "Iya, buat Cantika," ujar Farsha lalu langsung tergesa mengejar Arven.

Langkah Farsha memelan saat sampai ditaman belakang sekolah, Arven duduk diam dibangku taman membuat Farsha menghampirinya.

"Marah sama Asya ya?" cicit Farsha menunduk dalam.

Arven menatap Farsha datar, menyodorkan satu kotak nasi goreng yang dibelinya. "Baksonya nanti dibeliin," ujar Arven lembut menarik tangan Farsha agar duduk disampingnya.

FarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang