Yang kangen Arpen merapat!____
.
."Bisa dengerin gue nggak sih Sya?"
Arven berucap tajam menatap Farsha yang sedang merapihkan seragamnya sambil berkaca.
"Asya?" tekan Arven. Cowok itu berjalan masuk ke kamar Farsha. Berdiri dibelakang Farsha yang sudah cemberut melirik Arven dari kaca.
"Kenapa? Arven nyembunyiin apa dari Asya? Kenapa nggak boleh sekolaahh Arveen! Asya udah sembuh," Farsha berbalik. Menatap mata Arven tajam.
Arven menghela nafas pelan. Merangkul baru Farsha mengajaknya turun untuk sarapan. "Ada, nggak perlu tau. Tapi jangan sekolah dulu ya," pinta Arven lembut.
Farsha mengernyit. "Nggak mau, pengin sekolah," rengek Farsha pelan.
Seolah teringat sesuatu, Farsha menghalangi jalan Arven. "Hp Asya kenapa disitaa? Lupa Asya dari kemaren Hp dipegang Arpeen,"
"Em.., nanti. Nggak usah sekolah dulu baru Arven balikin,"
Tangan Arven menyibak poni Farsha yang menutupi kening gadis itu. Mengelusnya pelan, "oke?" pintanya sekali lagi.
Farsha menggeleng. Gadis itu tetap kekeh dengan pemikiranya. "Nanti minta beliin Papa Bar Bar," goda Farsha tertawa. Berlari meninggalkan Arven turun kebawah sampai ruang makan.
Arven berdecak pelan. Susah kalau gini. Tanganya merogoh ponsel miliknya yang disimpan disaku. Mengetikkan sesuatu ke Abra.
Arven: Ke rumah gue! Jemput Asya!
Setelah mengetikkan itu Arven bergerak turun yang langsung disambut heboh suara Farsha yang merengek ke Mamanya. Cowok itu tersenyum tipis, setidaknya gadis itu tak menangis lagi seperti kemaren.
"Mau sarapan apa? Roti apa nasi?" tanya Dara pada Farsha.
"Nasi Ma," ujar Farsha.
Dara langsung bergerak sigap mengambilkan nasi goreng untuk Farsha. Sedangkan Bara dan Ana sudah duduk rapi di kursi dengan makanan pilihan mereka masing-masing.
"Arven?" tanya Dara kemudian melihat anak laki-lakinya itu.
"Roti," jawab Arven singkat menempatkan diri duduk disamping Farsha.
"Masa katanya Arpen, Asya nggak boleh masuk sekolah," adu Farsha pada Dara.
Wanita itu mendelik mendengar ucapan Farsha. "Mau niru Papa kamu hah?"
"Kok aku," dengus Bara menyahuti.
"Ya iya lah! Anak siapa?" Dara menatap tajam Bara membuat pria itu mencibir.
"Anak kita," jawab Bara asal nyeplos.
Dara menghela nafas. Menatap Arven serius. "Biarin si Asya sekolah kali Bang, dari kemaren nggak berangkat," ujarnya membela Farsha.
Arven tak menanggapi membuat Bara juga berdehem pelan terdiam. Ia tau ada sesuatu terjadi menyangkut Farsha. Maka dari itu, Bara lebih memilih memihak pada Arven saat ini.
"Asya nggak usah sekolah. Ini perintah Papa!" ujar Bara tegas membuat Dara kini mengernyit pelan.
"Loh, kok gitu?" balas wanita itu sewot. Juga dengan Farsha yang mencebikkan bibirnya. Dan Ana yang malah tertawa.
"Kamu diem," ujar Bara lembut. Dara terdiam pelan. Menatap Farsha yang merengut.
"Asya mau sekolah," ujar Farsha pelan.
Arven menoleh. Menghentikan makanya lalu bangkit berdiri. "Arven berangkat," ujarnya menyalimi tangan Dara, Bara juga pamit dengan Ana.
Hal itu tentu membuat Farsha bangkit. Menyalimi mereka cepat lalu berlari menyusul Arven yang berada didepanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farsha
Teen FictionGadis cantik dengan sejuta rahasia. Dia tak punya keluarga, atau tak pernah dianggap oleh keluarganya. Nakal, bodoh, itu sangat melekat padanya. Sama-sama Bad. Tak ada yang tau hubungan mereka, walaupun hanya sebatas sahabat. Tapi Arven selalu ada d...