Farsha-7. Arven Marah

39K 5.8K 728
                                    

Yang kangen?

_ _ _

FARSHA--ARVEN MARAH!
_ _ _



"Satu,"

"Dua,"

"Ti—"

"AAAAAAAAAAAA! KENAPA ADA TIKUS DI TAS GUE ANJIIRRRR!!!!"

Farsha terkekeh pelan ditempatnya. Perkiraan yang salah, masa angka ketiga aja belum keucap udah jerit duluan. Payah!

"IMELDAAAAA!!! JANGAN DILEMPAR DONG!"

"AAAA!! NGAPA TIKUSNYA LARI KEARAH GUE!!"

"PAK JAMAALLL!!"

Teriakan itu membuat Farsha tersenyum manis. Heboh satu kelas cuma gara-gara tikus?

Emang sih Farsha juga takut. Untung tadi nangkep tikusnya dibantuin si Jaya.

"FARSHAAAA!!! LO YANG MASUKKIN TIKUS KE TAS GUE!!"

"Hah? Gue? Dih, ngapain juga," ujar Farsha enteng. Gadis itu malah makan keripik singkong ditanganya.

Wajah Imelda menahan malu. Ia menghampiri meja Farsha yang memang terletak di belakang. "Sialan!! Kalau iri sama gue bilang!!" teriak Imelda keras-keras.

"Iri kenapa?" tanya Farsha mengernyit bingung.

"Hmm! Karena sering dicaci maki guru sama anak sekolah. Nggak pernah dibelain, sama otak bodoh lo itu!!"

Itu memang sangat menohok hati Farsha. Tapi gadis itu tersenyum sinis. "Oh ya? Lo kali yang iri," balas Farsha.

"Gue? Apa yang gue iri-in dari lo?"

Farsha berdiri, maju menatap tajam Imelda. "Kasih sayang atau kekayaan. Soalnya lo sok cari perhatian. Gimana dong?" ujar Farsha sambil menyeringai.

Nyatanya itu tak benar. Kalaupun Imelda kurang kasih sayang. Bagaimana dengan dirinya yang tak pernah mendapatkan itu? Mungkin jika tak ada Dara yang jadi Mama dadakanya Farsha tak pernah merasakan hal sebahagia ini dihidupnya.

"Bukanya lo yang cari perhatian ya Far? Kan nggak ada yang perhatiin lo, apalagi orang tua lo," balas salah satu siswi santai.

Farsha juga membalasnya dengan santai. "Kalau iya kenapa? Itu tujuan gue. Lo aja juga perhatiin kehidupan gue kan sekarang?"

Siswi itu bungkam. Farsha memang pintar dalam hal membolak-balikan ucapan lawan.

"Bukanya dia perhatiin lo, tapi emang karena lo jadi perhatian kali." balas cewek yang duduk dibangku paling depan. Ana namanya.

Jika ada orang yang bilang kalau biasanya orang yang duduk dibangku depan itu orang baik-baik, rajin, itu salah besar. Ini bukan hanya omongan Farsha, tapi memang itu kenyataanya. Meja penuh buku dengan kacamata yang menghiasi wajahnya? Ditambah seragam yang rapi. Berbeda dengan Farsha yang urakan. Tapi itu tak mencerminkan ucapanya, dia seolah membenci Farsha, dari dulu.

"Lah emang kalian yang terlalu kepo sama kehidupan gue kali!" balas Farsha tenang.

Memang tak semua anak dikelas ini membenci Farsha. Tapi yang mendukung hanya diam mendengarkan, karena kebanyakan dari mereka adalah orang yang punya pikiran tapi tak mampu menyampaikan. Apalagi geng Imelda yang cukup terkenal. Bisa-bisa dibully nanti.

"Gue cuma mau bilang," kata Farsha. Ia berjalan kearah pintu keluar. Sebelumnya gadis itu berbalik arah.

"Kalaupun gue nggak pernah dibela ataupun didukung sama guru, gue masih bisa senyum kan sekarang? Itu nggak ngaruh kalau nyatanya hidup gue bahagia tanpa hama hama kek lo lo semua," balas Farsha sengit.

FarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang