Arpen, siapa yang kangen?
Lupa ngasih tau. Ana itu Sia, Anastasia ya. Cuma aku ganti nama aja agar kita lebih nyaman.
.
.
.___
"Syaa!!"
Teriakan itu menggema keseluruh penjuru rumah. Arven memakan apel ditanganya, mengamati ruang keluarga yang kosong. Farsha dimana?
"Asyaa!" teriak Arven sekali lagi.
Bau masakan yang pekat membuat cowok itu berjalan kedapur dengan semangat. Bibirnya tersunging senyum tipis melihat tiga perempuan yang berarti dihidupnya memasak bersama.
"Aasyaaaa!" teriak Arven sekali lagi agar Farsha tau keberadaanya.
"Apasih! Lagi ngiris bawang ini. Arven diem!" ujar Farsha ketus yang ditanggapi kekehan Dara dan Ana.
Arven mencibir, menarik kursi yang ada dimeja makan. Memperhatikan gerak gerik Farsha sekarang. "Mandi buruan! Katanya mau ikut main!" titah Arven.
"Main kemana Bang?" tanya Dara menatap putranya itu.
"Nongkrong Mah," jawab Arven santai.
Ana cemberut, "Ana ikut ish!" rengeknya memeluk lengan Arven.
"Bocil diem!" Arven tertawa setelah mengatakan itu. "Abang mau main sama temen-temen. Nanti malah malu lagi kamunya, main sama Arland aja sonoh!"
Ana mencebikkan bibirnya. "Bang Arland gak asik. Ham hm ham hm mulu," ujar Ana mengingat cowok yang lebih tua beberapa bulan darinya itu.
"Tapi ganteng," celetuk Farsha semangat. Arven menatap sinis gadis itu.
"Gantengan gue!" balas Arven tak suka.
"Ganteng Papa Kamu!" ujar Dara membenahi ucapanya. "Kalau Papa kamu gak ganteng kamu buluk sekarang,"
Farsha tertawa, memeletkan lidahnya mengejek. Gadis itu selesai meracik bumbu langsung lari kekamarnya. Mandi sebelum Arven ngamuk.
"Cantika katanya pulang dari Inggris," ujar Dara memulai percakapan saat Farsha sudah tidak ada.
Arven diam, santai menggigit apel miliknya. "Oh," cuma itu tanggapanya sebelum suasana mereka kembali sunyi lagi.
"Kak Cantika Mah?" tanya Ana sedikit senang.
"Iya," jawab Dara pelan. "Mamanya tadi telefon Mama," lanjut Dara menjelaskan.
"Ana kangeen ih, Kak Asya juga pasti!" ujar Ana girang.
Arven mencibir, memilih berlalu pergi kekamarnya.
___
"Bajunya ganti!" titah Arven mutlak.
Farsha menatap bajunya sendiri, ini dia hanya pake jeans yang dipadukan dengan baju hitam yang memang sedikit ketat padahal. Kebukanya dimana? Farsha mau tanya.
"Ini gak kebuka bajunya Arveen!" rengek Farsha mencibir.
Arven menatap Farsha datar. Berjalan kearah lemari gadis itu, mengobrak-abrik isinya dan mengeluarkan baju hitam miliknya yang tersimpan disini.
"Gak suka, ini aja yang gede!" ujar Arven menetapkan. Menyodorkan baju itu pada Farsha.
Farsha terdiam lemas. Meraih baju itu, berlalu kekamar mandi untuk memakainya. Farsha itu tetap sama pada sebagian besar perempuan lainya. Agak tak peduli soal baju, baginya yang terlihat kebesaran malah lebih nyaman. Dan tadi ia hanya memakai baju yang baginya sudah longgar tapi beda lagi pandangan Arven. Cowok itu akan melarang langsung secara gamblang. Suka atau tidak. Dan itu harus dituruti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farsha
Teen FictionGadis cantik dengan sejuta rahasia. Dia tak punya keluarga, atau tak pernah dianggap oleh keluarganya. Nakal, bodoh, itu sangat melekat padanya. Sama-sama Bad. Tak ada yang tau hubungan mereka, walaupun hanya sebatas sahabat. Tapi Arven selalu ada d...