Farsha-28. Belajar Kelompok

8.8K 1.8K 214
                                    

Farsha menghela nafas pelan. Langkah kakinya memasuki rumah besar yang beberapa minggu dudah ditinggalkanya. Gadis itu mebatap ke sekeliling, membuka sepatunya dan menaruhnya ke rak yang tersedia, alas kakinya kini berganti dengan sandal rumahan.

Tampak sepi dan gelap, tangan Farsha menjangkau sakelar lampu utama yang menghidupkan bagian ruang tamu dan sekitarnya.

"Syukur banget Kak Marco jadi baik sama gue," gumamnya mengingat Marco yang langsung menemuinya dan menyuruhnya pulang kerumah mereka.

Dan ya, tadi Farsha sempat berbincang sebentar dengan Pria yang tak sengaja ditabraknya. Entah kenapa terasa akrab, tapi Farsha yakin bahwa dia tak pernah bertemu. Atau saat dia kecil dan dia melupakanya?

Tentang Arven, Farsha masih tak berani berbicara lagi dengan cowok itu setelah meninggalkanya di rumah sakit. Dia tau Arven benar-benar peduli padanya, tapi Farsha sangat menyayangi Papanya.

Langkah kaki Farsha tampak lemas menaiki tangga, menuju kamarnya berada. Pintu bercat putih bertuliskan namanya. Berapa lama Farsha meninggalkan kamar tersayangnya itu?

"Kotor banget ih," sebal Farsha saat kamarnya seperyi gudang tak terawat. Gadis itu menghidupkan lampu, membersihkan tempat tidurnya dengan cepat.

Terakhir, Farsha membuka laci nakas. Menemukan foto Mamanya yang tersenyum sambil menggendongnya saat dia masih berumur 4 tahun. Membersihkan debu yang menutupi kaca, Farsha meletakkan foto itu diatas nakas.

Gadis itu tersenyum pelan, menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur dengan cepat.

Entah bagaimana hubunganya dengan Arven nanti, Farsha harap bisa menyelesaikan masalahnya besok.

****

Farsha membenarkan rambutnya yang berantakan, gadis itu menaruh tas di bangku. Duduk dengan tenang, matanya memandang sekeliling kelas yang sepi. Dia memang datang pagi kali ini, tapi entah kenapa rasanya malas untuk Farsha.

Berdiri, Farsha memilih keluar kelas.

"Eh," kaget Farsha menemukan Arven diluar kelasnya. Farsha memundurkan langkah agar tak terlalu dekat.

Arven mengamati Farsha teliti, dari seragam yang tak terlalu rapi, beralih ke wajah gadis itu yang pucat. "Tidur di mana lo?" tanyanya langsung.

Farsha sedikit kaget melihat nada bicara Arven yang kasar. Gadis itu mudah memahami keadaan, sehingga hanya menunduk. "Di rumah," ujarnya pelan.

Melihat gelagat Arven yang hendak pergi, Farsha dengan cepat menahan cowok itu. "Buat yang kemarin, Asya minta maaf," ujar Farsha dengan nada lirih.

"Gue ga—"

"VEN!"

Atensi mereka beralih kepada Cantika yang memegang buku pelajaran. Farsha langsung menampilkan senyum manis.

"Hai Tik," sapa Farsha ramah.

Tatapan Cantika yang semula berpusat ke Arven beralih menatap Farsha. "Oi Sya."

"Lo udah ngerjain ini?" tanya Cantika pada Arven sambil menunjuk buku tulisnya.

Arven menatap Farsha sebentar yang hanya diam menatap interaksinya dengan Cantika. Cowok itu tersenyum miring sambil melihat buku milik Cantika.

"Udah," balasnya singkat.

Cantika tersenyum sumringah. Tanpa aba-aba memegang tangan Arven dan menariknya untuk pergi.

"Contekin!"

Teriakan yang masih bisa didengar Farsha. Gadis itu tersenyum pelan menatap kearah lantai. Tanpa bertanya juga Farsha tau, Arven benar-benar marah padanya. Tapi cara Arven yang sama sekali tak menolak Cantika dan meninggalkanya sendiri, jujur membuat Farsha sakit.

FarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang