Farsha-25. Mencari Tau

12.2K 2.1K 220
                                    

Diharapkan membaca part sebelumnya :)

Mars: Temen Bara (Aldara)

*****

"Lo itu Kakak kandung Farsha," ujar Arven menatap Marco. "Mungkin."

Marco memperlihatkan muka tak bersahabat pada Arven. Cowok itu menganggap itu hanya lelucuan semata. Papanya saja bilang kalau mereka beda Ibu, kenapa Arven dengan santainya berkata seperti itu? Mereka berdiri didepan rumah megah yang mereka kunjungi saat ini.

Sampai pintu rumah dibuka memperlihatkan laki-laki dengan wajah kusutnya. "Lah si Bara," gumam laki-laki itu.

"Arven," koreksi Arven langsung sambil menyalami tangan Mars, teman Papanya dulu.

"Muka lu ama bapak lu sama," ujar Mars. Selesai Arven bersamalan, Mars mengulurkan tanganya kearah Marco yang tampak cuek tak mau menyalami.

Arven tersenyum menepuk bahu Marco. "Maklum, anak biadab," sindir Arven sampai Marco menyalami tangan Mars.

"Anaknya saha?" tanya Mars merangkul Arven masuk tanpa mempersilahkan Marco juga. Lagian, kualat sama orang tua.

"Kakaknya si Asya," ujar Arven. Cowok itu menoleh kebelakang melihat Marco yang mengikuti mereka dari belakang. Teman Papanya ini memang jahilnya keterlaluan. Ada tamu bukanya disilahkan masuk malah ditinggal.

"Tante mana?" tanya Arven.

"Arisan," jawab Mars singkat.

"Lah si Mavi ikutan?"

Mars menatap Arven kaget. "Lah si Mavi ya Allah!!" teriak Mars kaget langsung berlari ke kamar. Dia meninggalkan Mavi gara-gara membukakan pintu rumah untuk Arven tadi.

Arven duduk di sofa memperingatkan agar Marco ikut duduk. Laki-laki itu menatap Arven sebal. Tapi tak ayal mendudukan diri disamping cowok itu.

"Kenapa kesini?"

"Main lah," jawab Arven santai sambil memakan keripik yang berada didalam toples, disediakan diatas meja.

"Kenapa ngajak gue?" sinis Marco, tadi setelah kerumahnya, Arven mengajaknya pergi keluar. Dan bahkan sekarang, dia tak tau Arven membawanya kerumah siapa.

"Gak papa, lo kan nggak punya temen." Arven menelisik ke seluruh penjuru rumah. Terdapat foto besar terpampang didinding. Laki-laki berusia sekitar tiga tahun lebih muda darinya, itu anak pertama Mars. Sedangkan bayi mungil itu baru bisa jalan sekitar dua bulan yang lalu.

"Mavi muka Papa jangan dibedakin, Maviiiiii!!"

Keduanya menoleh secara bersamaan kebelakang. Menganga kala melihat wajah Mars yang putih dengan penuh bedak dan Mavi yang berada digendongan Mars memegang wadah bedak dan tertawa melihat muka melas Papanya.

Arven tertawa, cowok itu bangkit meminta Mavi agar beralih ke gendonganya. Setelah Mavi berpindah pada Arven, Mars langsung membersihkan wajahnya dari bedak.

"Kenapa kesini Ven?" tanya Mars. Laki-laki yang memakai singlet putih itu duduk santai sambil mulai menyalakan televisi.

"Main doang," ujar Arven sambil mengajak Mavi bermain. Bocah berusia satu setengah tahun itu tampak anteng berada dipangkuan Arven.

"Heleh, mau minta apa?"

Arven nyengir saat Mars sudah tau maksudnya kesini itu pasti ada yang ingin dibicarakan. "Bantuin Arven Om," ujar Arven. Cowok itu melirik Marco yang malah fokus terhadap sinetron di televisi.

"Bantuin apanih?" tanya Mars serius.

"Om tau Papanya Asya yang mana ga?"

"Kagak."

FarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang