Farsha-17. Kelemahan Arven

33.4K 5.1K 1.3K
                                    

Yang nunggu?

Maaf banget telat update yaa, beneran sibuk sumpah.

Happy Reading!!

****

Arven berdehem singkat, membuka jaket hitam miliknya sebelum tanganya membuka pintu rumah. Suasananya sepi, mungkin Farsha sudah tidur. Sedangkan asisten rumah tangga sedang berada dirumah Neneknya sekarang. Bukan karena kekurangan pembantu, mereka hendak mengadakan acara dirumah. Jadi dibutuhkan lebih  banyak daripada menyewa orang lain.

"Sya?" panggil Arven. Suaranya menggema keseluruh rumah yang sangat sunyi.

Pijakan kaki Arven pada tangga terdengar saat naik ke lantai atas. Tujuanya adalah memeriksa kamar Farsha, entah sudah tertidur atau menunggunya.

Saat sampai di depan pintu bercat pink dengan tulisan cantik diarea pintu membuat Arven tersenyum singkat. Tanganya dengan pelan memutar knop pintu, masuk kedalam dengan pelan.

Matanya menyipit kala ruangan Farsha gelap, mencari sakelar lampu, setelahnya menghidupkan lampu.

"Sya?" panggil Arven. Tak mendapati Farsha di kasurnya, cowok itu berjalan ragu kekamar mandi. Mengetuknya pelan tak mendapat jawaban.

"Asya?"

Ceklek

Kosong. "FARSHAA!!" Arven buru-buru keluar kamar Farsha saat tak mendapati gadis itu dimanapun.

"Asya?" gumamnya pelan membuka pintu kamarnya. Tak menutup kemungkinan bisa jadi Farsha tidur disini.

Hatinya mulai panik kala Farsha juga tak ada dikamarnya, menggeram tertahan kemudian lari kelantai bawah. Tepatnya menuju dapur.

"ASYAA!!"

Tak ada jawaban membuat Arven panik setengah mati kali ini. Matanya melihat kearah dapur yang tampak sepi, hanya ada sisa makanan mereka yang tergeletak diatas meja makan.

"Sya?" lirih Arven.

Mencari kontak Farsha dalam ponselnya, menelfonnya berkali-kali yang sama sekali tidak aktif. Andai saja dia tak bertemu Marco, atau meninggalkan Farsha sendiri.

Farsha itu tak pikir panjang, akan langsung pergi kemanapun ia mau. Dan dalam pikiran Arven kini hanya andai-andai saja.

"Sya?" panggil Arven sekali lagi bergarap ada jawaban yang keluar. Rasa tak nyaman yang tiba-tiba menjalar diahatinya membuat Arven tampak frustasi kali ini.

Cowok itu menyambar kunci motornya yang berada diatas meja. Hanya memakai kaos karena jaketnya sudah dia lepas tadi, tujuanya hendak mencari Farsha diluar sana sebelum suara ponsel miliknya yang berdering nyaring membuat Arven menghentikan langkahnya sejenak.

"Apa?" tanya Arven tanpa basa-basi.

"V-ven," ujar Revan dari sebrang sana gugup.

"Apa anjing?!" sungguh, Arven sedang panik ditambah Revan yang terlalu gugup.

Revan diam tak bergeming, sampai hembusan nafas gusar dapat didengar Arven. "A-asya kecelakaan."

Kalimat itu mampu membuat Arven mematung, detakan jantungnya bertalu-talu. Masih bingung dengan apa yang dibicarakan Revan, lebih tepatnya tak berharap dengan apa yang dibicarakan Revan.

"Apa?" tanya Arven lirih.

"Asya kekelakaan. Temen gue nolongin, dan dia langsung hubungin gue," jelas Revan, dari nadanya yang serak menandakan ucapan cowok itu tak main-main.

"Ven?" tanya Revan kala tak mendapati jawaban.

Arven ditempatnya diam, tanganya mengepal erat. Matanya terpejam sebelum membukanya pelan. "Dimana?" tanya Arven.

FarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang