"Ven."
Arven melirik Farsha sekilas dari spion motor miliknya. Melihat Farsha yang tampak bingung dan grogi untuk berbicara, cowok itu mendengus.
"Apa?" Dari nada bicara Arven sama sekali tak bersahabat, karena dia yakin jika sikap Farsha seperti ini, maka bukan sesuatu yang enak didengar di telinganya.
"Aku pulang kerumah," ujar Farsha.
"Rumah aku, boleh kan?"
Tampak bodoh jika Arven tak membolehkan hal ini. Tentu saja karena Farsha juga mempunyai kehidupan pribadi.
"Marco dimana?" tanya Arven. Cowok itu memberhentikan motornya tepat saat lampu merah yang menyala.
Farsha menggeleng, "nggak tau. Kemarin Kakak nggak pulang tuh? Asya juga nggak tau."
Arven mengernyit heran. Cowok itu menghela nafas pelan. "Heem," gumamnya menyetujui.
Wajah Farsha tampak kaget. Gadis itu memajukan wajahnya sampai sejajar dengan Arven yang memakai helm.
"Serius? Arven serius?" tanya Farsha girang. Melihat Arven mengangguk singkat, hal itu membuat Farsha dengan reflek memeluk tubuh Arven erat dari belakang.
"Sayang Arven," ujar Farsha. Kepalanya dia sandarkan ke punggung lebar cowok itu.
Arven tampak panik melihat sekeliling takut ada yang berfikiran negatif. Untungnya jalanan sepi, tak masalah jika Farsha sangat senang seperti ini.
***
"Makasih Arven," ujar Farsha sambil tersenyum manis.
Gadis itu melambaikan tanganya untuk mengantar kepergian Arven dari rumahnya.
Arven menaikkan satu alisnya bertanya. Tersenyum pelan. "Iya," ujarnya.
Sekali lagi, Farsha melambaikan tanganya kearah Arven. Senyumnya tak pernah luntur. "Dadah!"
Raut Farsha berubah bingung saat Arven malah mencopot helmnya. "Kenapa?" tanya Farsha polos.
Arven tak menjawab melainkan turun dari motor, cowok itu berjalan kearah rumah mendahului Farsha membuat Farsha mengejarnya.
Cowok itu membuka pintu rumah Farsha dengan santai, kemudian berlari kecil saat menaiki satu persatu anak tangga. Farsha yang dibelakangnya tetap mengikuti dengan tatapan bingung. Arven mau ngapain coba?
"Arven mau ngapain?" tanya Farsha, gadis itu berlari ke depan Arven yang hendak membuka pintu kamarnya. Farsha merentangkan tangan melarang. "Bilang dulu," ujar Farsha.
Arven tersenyum remeh. Menyingkirkan tubuh Farsha sekali dorongan. Bagaimana tubuh kecil itu bisa menghalanginya? Cowok itu membuka sepatunya dan dengan cepat terjun ke kasur empuk milik Farsha.
"Mau nginep," ujar Arven santai memejamkan matanya lelah.
Bibir Farsha membulat, menjawab dengan gumaman. Gadis itu membuka sepatunya, berjalan kearah Arven yang sama sekali tak terganggu. Memejamkan mata, walau Farsha tau Arven sama sekali tak tidur.
"Arven udah lama juga nggak kesini ya," ujar Farsha. Tentu saja, dia saja disuruh menginap dirumah Arven berminggu-minggu.
Tak salah kan jika Farsha selalu merasa seperti dikekang Arven.
****
BUGGHH!!
"LO SIAPA ANJIR?!"
Marco memegang sapu ditanganya. Mendengus pelan kala ternyata Arven yang tidur di kamarnya malam ini. "Lo bener-bener emang!" sentak Marco sebal.
Cowok itu membuka jaketnya. Masih menatap sinis Arven yang dengan anteng memejamkan matanya kembali tak peduli dengan kehadiran Marco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farsha
Teen FictionGadis cantik dengan sejuta rahasia. Dia tak punya keluarga, atau tak pernah dianggap oleh keluarganya. Nakal, bodoh, itu sangat melekat padanya. Sama-sama Bad. Tak ada yang tau hubungan mereka, walaupun hanya sebatas sahabat. Tapi Arven selalu ada d...