Farsha-8. Mereka Yang Sebenarnya

36.4K 6.2K 1.7K
                                    

Komen tiap paragraf doongg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Komen tiap paragraf doongg

_ _ _

FARSHA--MEREKA YANG SEBENARNYA!

_ _ _

Kini Farsha berada didepan rumah menjulang tinggi. Tampak megah namun sepi. Pikiranya penuh keraguan untuk masuk atau tidak. Tapi hatinya yakin, ini yang sering diharapkanya kan? Hari sudah mulai malam saat Farsha mengunjungi rumah ini.

Langkah Farsha dengan pelan memasuki halaman luas. Tanaman memang tampak cantik, terlebih banyaknya bunga Lily yang ada. Senyum Farsha tersenyum manis, bunga Lily merupakan bunga kesukaan Mamanya.

"Assalamualaikum!" teriak Farsha riang, tanganya membuka pintu yang ternyata tak dikunci. Tampak sepi, memang tak ada satupun pembantu yang berada disini.

Farsha tak peduli, tapi senyum gadis itu sedikit meredup kala foto-foto Mamanya yang awalnya dipajang besar dirumah ini telah tiada.

Tangan Farsha membuka pintu kerja milik Papanya. Senyumnya tambah lebar kala melihat pria paruh baya sedang berkutat dengan berbagai berkas.

"Papa," panggil Farsha riang.

Marsel, Papa Farsha menoleh. Tampak terkejut tapi raut wajahnya kembali datar. Tak peduli pada kehadiran Farsha, kini Marsel memilih kembali fokus pada pekerjaanya.

"Papa kurusan? Papa sakit? Duh, Farsha masakin buat Papa dulu," ujar Farsha panik.

"Pergi,"

Satu kata itu mampu membuat Farsha terdiam. Memang benar apa yang sering Arven ucapkan. Mereka tak pernah menganggapnya ada, mengharapkanya.

"Asya masakin Papa ya? Asya cuma nggak mau Papa sakiiittt..." cicit Farsha pelan. Tanganya bertaut gugup, menahan rasa sesak didada agar tak menangis.

"Kamu nggak bisa artiin ucapan saya?" Marsel berdiri. Menatap Farsha tajam membuat Farsha menunduk takut.

"Pergi atau saya harus pakai cara kasar? Saya lebih baik kamu tinggal dirumah mereka selamanya daripada kembali kerumah ini!!!"

Farsha tersentak kaget. Matanya memanas, "Asya punya salah sama Papa? Asya minta maaf," ujar Farsha lirih terisak pelan.

"Ya. Satu, jangan lupakan kalau kamu bukan anak saya,"

Jleb

Isakan Farsha tambah keras. Wajahnya mendongak, bagaimana bisa Papanya mengatakan hal itu saat Farsha yakin saat ini kalau wajah mereka mirip?

"Papaa... Jangan gituu. Mama nangis disanaa.." isak Farsha mencoba berucap walaupun tangisan itu masih terdengar keras.

Marsel memalingkan mukanya cuek. "Pergi. Farsha!" ujarnya menekankan.

Farsha tertawa. Gadis itu menghapus air mata yang mengalir dipipinya. "Papa mau makan apa? Asya masakin. Sekalian masak buat Kakak juga. Asya kangen kalian tauuu," rengek Farsha manja seolah percakapan tadi tak ada apa-apanya.

FarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang