SYALAND 35 - APOLOGY

29 5 1
                                    

"Maaf untuk semuanya. Maaf udah marah-marah sama lo, maaf udah bentak lo, maaf udah bikin lo nangis, maaf udah bikin lo sakit."

-Leonardo Erfando

***

"Kenapa turun lagi, Yo?" tanya mama ketika Leo melangkah menuruti tangga lantai dua.

Leo menghela napas gusar, "Maafin Leo, Ma."

Mama menaikkan sebelah alisnya bingung, "Kenapa malah minta maaf?"

Leo sudah siap untuk menerima konsekuensi dimarahi atau bahkan dibenci oleh Mama. "Maaf tadi Leo bentak Tata, Ma. Padahal Tata tadi lagi makan, tapi Leo marahin dia sampai dia nggak jadi makan. Mama boleh benci sama Leo setelah ini." Leo langsung menundukkan kepalanya, merasa sangat bersalah melihat kondisi sahabatnya saat ini.

Mama terkejut? Tentu saja. Mama membenci Leo? Tentu tidak. "Jujur, Mama sedikit kaget, nggak biasanya kamu kelepasan gini. Tapi, Mama nggak bakal benci sama kamu. Pasti ada alasan kenapa kamu bisa semarah itu sama Tata. Apapun masalah kalian, selesaikan dengan kepala dingin, Mama nggak mau ikut campur dalam urusan kalian lagi. Kalian juga berhak untuk memiliki kebebasan dan mempunyai dunia sendiri, Mama akan selalu mendukung apapun keputusan kalian." Mama mengusap sayang rambut hitam legam milik seorang remaja lelaki yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri.

Leo mengangkat kepalanya setengah tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Mama. "Mama nggak marah sama Leo? Leo udah bikin Tata jadi sakit gitu."

Mama tersenyum menenangkan, "Leo, kamu dan Tata sudah bersahabat selama lebih dari sebelas tahun. Banyak hal yang sudah pernah kalian lewati bersama, berbagi kisah suka maupun duka. Mama yakin pasti ada alasan kuat dari ini semua. Sekali lagi, apapun itu, selesaikan masalah kalian secara baik-baik, ya. Dan yang pasti jangan lupa rahasiakan hal ini dari Papa. Mama nggak bisa tanggung jawab kalau Papa sampai tahu."

Leo menganggukkan kepalanya dan langsung menghamburkan diri ke pelukan Mama. "Makasih, ya, Ma, udah mau percaya sama Leo sampai sebesar ini. Leo janji bakal selesaikan masalah ini secepatnya. Sekali lagi, makasih, ya, Ma." Mama membalas pelukan Leo dan ikut mengusap punggung tegap sahabat putrinya itu, "Iya, Leo."

Setelah dirasa cukup lama, Mama melepaskan pelukan mereka. "Sekarang, jawab pertanyaan Mama, kenapa kamu malah turun lagi?"

"Leo nggak mau ganggu mereka, Ma. Sekarang Leo mau pulang aja, Mama jangan kasih tahu Tata kalau Leo kesini, ya."

"Lho? Kenapa?"

"Nggak kenapa-napa, Ma. Pokoknya kalau Tata tanya, bilang aja Leo nggak kesini, ya."

Mau tak mau Mama hanya bisa menganggukkan kepalanya. Seperti kata Mama tadi, ia akan selalu mendukung apapun keputusan anak-anaknya. "Ya sudah, kalau memang itu yang kamu mau."

Leo tersenyum masam, "Kalau gitu, Leo pulang dulu, ya, Ma," pamit Leo.

"Ya, kamu hati-hati bawa motornya, jangan ngebut-ngebut." Mama menyampaikan sedikit pesan dan ikut mengantarkan Leo sampai kedepan.

Setelah itu Mama memutuskan untuk naik ke lantai dua, ke kamar Calista.

***

"Udah, Yo," Calista menolak suapan dari Rio, ia merasa sangat kenyang.

Rio memandang ke dalam mangkuk, "Yah, Ta, tanggung banget, dikit lagi, nih, dua suap lagi. Ayo!" Rio kembali mengarahkan sendok berisi bubur itu ke hadapan Calista.

Calista kembali menggelengkan kepalanya, "Nggak, Yo, gue udah kenyang, itu juga nggak enak," adu Calista.

"Ah, masa, sih? Jangan bohong," goda Rio

THE SYALANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang