SYALAND 33 - TAK TERDUGA

24 5 2
                                    

"Sekali lagi, lo harus bisa milih sama siapa lo bakal bertahan, jangan egois. Karma is real, bruh."

-Calista Rachellina


***

Malam menjelang, menyembunyikan sinar matahari dan menggantikannya dengan sinar bulan yang menyejukkan hati. Tuhan sangat luar biasa mengatur seluruh alam semesta dengan sedemikian rupa. Langit adalah salah satu dari ciptaan Yang Mahakuasa paling luar biasa. Langit siang yang terang bersama sinar matahari serta langit malam bersama sinar bulan yang dipenuhi dengan hamparan jutaan bintang-bintang yang sangat indah untuk dipandang.

Kali ini Calista memilih untuk duduk di ayunan yang tersedia pada balkon kamarnya. Tidak melakukan apa-apa, hanya memandang langit malam bersama hembusan angin dan keheningan. Tugasnya sudah ia kerjakan setelah makan siang tadi, sehingga tidak ada hal spesifik lainnya yang akan dia lakukan.

Cukup lama terdiam tanpa melakukan apa-apa, Calista memutuskan untuk mengecek akun sosial media yang dimilikinya. mulai dari Instagram, Twitter, lalu WhatsApp. Matanya tertuju pada pesan yang dikirimkan oleh Rio sejak setengah jam yang lalu. Jangan heran kenapa Calista tidak menyadari pesan itu sedari tadi. Sudah dari dulu-dulunya Calista memutuskan untuk mematikan notifikasi pesan dari aplikasi bernama WhatsApp itu. Tentu saja karena begitu banyak group chat yang ia miliki. Calista sudah muak mendengarkan bunyi notifikasi yang selalu datang silih berganti. Cukup notifikasi dari Instagram saja, jangan WhatsApp, pikirnya.

Tanpa melihat pesan yang lainnya, jari-jari Calista seakan sudah terprogram untuk membuka pesan yang dikirimkan oleh cowok Wahidin itu.

Rio

Ta
Lagi apa?
Gimana? Bisa keluar bareng gue besok?

Calista terdiam sejenak, ia hampir saja melupakan ajakan Rio siang tadi.

Gue cuma lagi santai-santai aja

Soal besok, kayaknya gue kosong, deh

Kenapa baru dibalas?

Sorry, tadi gue nggak megang hp

Iya, gue tahu, kok

Maksud lo?

Sekarang coba lo lihat ke bawah

"Hah? Gimana, sih?" gumam Calista.

Gue mesti turun ke lantai satu gitu?

Nggak dulu kayaknya, gue lagi mager

Bukan, maksud gue, sekarang lo lihat ke bawah, dari balkon lo aja, ayo!

"Emang kenapa, sih?" rungut Calista namun tetap melaksanakan perintah Rio.

Calista melangkahkan kakinya menuju ujung balkon dan segera menundukkan kepalanya. Calista menyipitkan matanya, bahkan ia sampai mengerjapkan matanya berkali-kali ketika ada seseorang yang melambai-lambaikan tangannya dari luar pagar rumahnya. Dia tidak salah lihat, bukan?

Rio

Biasa aja, dong, mukanya

Itu beneran lo?

Ya iya, lah, siapa lagi

Sejak kapan lo ada disana?

Sejak setengah jam yang lalu

THE SYALANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang