SYALAND 21 - MASALAH LAGI?

88 15 3
                                    

"Kadang gue suka ngerasa, hidup gue kayaknya memang ditakdirkan buat sengsara. Nggak pernah bahagia gue perasaan, masalah demen amat datang ke gue."
–Jericho Delvino.

***

"Gue kesal, sebal, nyesal, pokoknya gue pengen makan orang!"

"Ih, lo apa-apaan, sih, Da? Datang-datang malah teriak-teriak, nggak lihat, noh, kita jadi pusat perhatian." Aurora berkata sambil melihat sekelilingnya, dan memang benar, kini bangku mereka menjadi sorotan bagi seluruh penghuni kantin.

"Ah, bodo amat udah biasa juga. Pokoknya gue kesal, sebal!" kali ini Belinda menghentak-hentakkan kakinya di bawah meja, dan...

"WOI, KAMPRET, SAKIT GILA!" Richo meringis karena kakinya menjadi korban kegilaan Belinda.

"Rusuh banget, sih, lo, kenapa emang?" tanya Miranda.

Belinda yang sebelumnya terlihat masam, kini justru menangis.

"Ih, kenapa jadi nangis? Kenapa, sih, lo?" Bianca memandang aneh kepada Belinda. Kini mereka benar-benar menjadi pusat perhatian.

"Gue kesal sama Pak Bambang!" Belinda mulai menjelaskan.

"Kesal kenapa, sih, asu? Nggak jelas banget lo!" sepertinya Leo mulai kehilangan kesabaran.

"Tadi gue dipanggil 'kan, katanya mau dijadiin mayoret, sampai kesitu malah nggak jadi." kali ini tangisan Belinda bertambah keras.

"Kok, bisa nggak jadi, sih, Da?" Calista yang sejak tadi hanya menyimak, akhirnya ikut bertanya.

Sambil terisak, Belinda melanjutkan ceritanya, "Gue nggak bisa jadi mayoret, karena tinggi gue nggak sesuai kriteria, itu kan nggak adil namanya!"

"Ya, kalau masalahnya begitu ya mau gimana lagi, emang kenyataannya begitu." sungguh Richo benar-benar tidak mengerti dengan situasi.

"Lo kok ngomong gitu sih Cho? Gue benci sama lo!" Belinda memukul meja kantin dan beranjak pergi entah kemana.

"EH BELINDA, TUNGGUIN! Lo gimana, sih, Cho? Lihat sikon, dong, kalau gini 'kan ribet jadinya. Gue nyusulin Belinda dulu ya, jangan lupa bayarin Yo, bye." Aurora berlari mengejar Belinda yang mulai menjauh.

Leo hanya bisa mengelus dadanya, sabar Yo, orang sabar pasti banyak pacar.

Setelah Aurora berlalu mengejar Belinda, Calista pun mulai berkata, "Lo, kok, ngomongnya gitu, sih, Cho ke Belinda?" tanya Calista.

Richo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Ya, gue nggak tau juga dia bakal nge'respons begitu. Gue kan awalnya cuma mau becanda biar nggak tegang-tegang amat, eh dia malah ngamuk."

"Lo nya nggak ngotak, sih, orang udah cerita sambil nangis-nangis gitu masih aja diajak bercanda," tambah Bianca.

Hening menguasai mereka sejenak...

"Kadang gue suka ngerasa, hidup gue kayaknya memang ditakdirkan buat sengsara. Nggak pernah bahagia gue perasaan, masalah demen amat datang ke gue." Richo berkata dengan wajah seperti orang yang memiliki hutang segudang.

"Nggak gitu juga bro, eh tapi iya, sih, kayaknya. Ah, ya, eh, enggak, deh." Sungguh rasanya Richo sangat ingin membunuh Leo saat ini juga. Benar-benar menyebalkan.

"Lo mau mati, ha?"

"Santai, bos. Masih banyak dosa, nih, belum mau mati."

Bianca memutar kedua bola matanya, malas mendengarkan omongan tidak berguna dari laki-laki setengah perempuan itu.

THE SYALANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang