SYALAND 30 - TROUBLEMAKER

34 6 1
                                    

Orang baru, pembuat masalah baru.

***

"Woi, kalian semua tahu nggak?" tanya Richo ketika mereka melangkah bersama di koridor Cendana.

"ENGGAK."

"Anjir, nggak bisa sesekali bahagiain gue ternyata."

"MEMANG ENGGAK."

"ANAK-

"Baik dan tidak sombong." Dengan santai, Calista melangkahkan kakinya melewati Richo dengan wajah sengsaranya.

"Sabar, orang sabar pasti banyak pacar," ujar Richo menguatkan diri sendiri.

"Nggak ada orang yang mau pacaran sama orang tolol kecuali dia tajir melintir." Bianca melakukan hal yang sama dengan Calista, berjalan melewati Richo sambil mengatakan hal yang amat sangat menyakitkan.

"BUNUH AJA GUE, BUNUH!" dengan sigap, Leo langsung mengambil sikap untuk menyekik leher Richo. "WOI, LEPASIN, ANJIR! MATI GUE, BANGSAT!" Leo melepaskan kedua tangannya dari leher Richo.

"Gila, lo, hah? Bisa mati gue kalau begitu caranya, anjing!" maki Richo sambil terbatuk-batuk.

"Lah, bukannya lo yang minta dibunuh tadi? Ya, gue berinisiatif buat merealisasi permintaan lo aja, kurang baik apalagi gue coba?"

"LO-"

"Udahlah, Yo, nggak usah dilawan dia, nggak bakal kelar urusannya kalau sama dia. Udah, ayo!" Miranda menarik tangan Leo untuk segera berlalu meninggalkan Richo.

Kini, tinggallah mereka bertiga, Richo, Aurora, dan Belinda. "Lo mau dengarin cerita gue nggak?" tanya Richo setengah putus asa.

Aurora merasa kasihan juga sebenarnya, "Nanti aja, ya, Cho, di kelas aja, nanti ceritanya sama yang lain juga, ayo, Da." Mereka juga ikut-ikutan meninggalkan Richo sendirian. "Bye, Cho." Belinda mengucapkan kata selamat tinggal untuk Richo tercinta.

"Anak anjing." Umpat Richo.

Jangan tanyakan keberadaan Virgo, karena Syaland lainnya juga belum melihat batang hidung cowok tampan itu pagi ini. Bahkan Miranda kembali menyusahkan Richo dengan meminta cowok itu untuk menjemput dirinya. Mau tak mau, Richo hanya bisa pasrah dan menjemput Miranda dengan suka rela meski aslinya dia juga merasa terpaksa. Dia hanya tak mau memperburuk suasana yang memang sudah keruh diantara teman-temannya.

***

Calista melangkahkan kakinya dengan perasaan yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Memang, ia merasa bahwa kehidupannya seminggu belakangan cukup bahkan sangat membuatnya kelelahan baik fisik maupun mental. Luka di lututnya memang sudah mengering dan tidak terasa sakit lagi. Hanya saja, kondisi moodnya saat ini cukup membuat orang-orang disekitarnya, bahkan dirinya sendiri pun merasa kewalahan.

Calista selalu menjadi tempat bagi siapa saja yang ingin bercerita kisah suka dan dukanya, meminta solusi dari berbagi masalah perihal keluarga, kisah cinta, pertemanan, dan hal-hal lainnya. Dia sudah terlalu sering menghadapi masalah secara nyata maupun di dunia virtual. Bahkan ia selalu menutup kolom komentar disetiap postingan instagramnya. Bukan apa-apa, ia hanya malas mendengarkan atau sekadar membaca pikiran tidak berguna orang-orang tentang dirinya.

Calista tidak buta, ia juga merasa bahwa dirinya memiliki perasaan lebih dari sekadar teman kepada Virgo. Hanya saja, ia lebih memilih untuk menutup mata, menutup semuanya, pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi dengan hati dan pikirannya. Tak ada yang tahu, sepertinya, entahlah, dia bisa dengan mudah memberi solusi kepada orang lain tapi tak mudah untuk menasehati diri sendiri.

THE SYALANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang