SYALAND 25 - ORANG BAIK

78 12 8
                                    

Orang baru ternyata juga cukup seru.

***

Why?

Calista terus saja menanyakan hal itu kepada dirinya sendiri, tentang mengapa Virgo yang lebih memilih Lucy daripada ia dan Syaland lainnya. Calista melangkahkan kakinya tanpa tujuan sambil memandang kosong kearah depan.

"AWW!" Calista tersandung oleh sebuah batu yang cukup besar akibat tidak memperhatikan langkah kakinya. Calista terjatuh dengan posisi menyungkur, sehingga telapak tangan dan kedua lututnya lecet terkena goresan aspal.

"Aduh, sakit banget." mata Calista memanas, ia sudah mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata, tapi tak bisa, dan tak lama setelahnya akhirnya menangis juga.

"Mau pulang, tapi nggak bisa jalan," gumam Calista pada dirinya sendiri dan jangan lupakan isak tangisnya yang belum juga mereda.

"Calista?" seorang laki-laki menghampiri Calista yang tengah bersandar pada sebuah tiang besi, entah tiang apa itu, Calista tidak peduli.

Siapa? tanya Calista pada dirinya sendiri. Kok, suaranya kayak nggak asing, ya? Ketika Calista mengangkat kepalanya, ia bisa melihat dengan amat sangat jelas, kalau laki-laki yang memanggilnya tadi adalah,

Rio Orlando.

Ya, Calista masih sangat mengenal siapa laki-laki itu, seseorang yang sudah memenangkan pertandingan kimia dengan curangnya.

"Lonkenapa kesini? Mau ketawain gue, ya? Ya, udah ketawain aja puas-puas, gue juga nggak bisa ngapa-ngapain lagi." Calista bersusah-payah menahan air matanya agar tidak meluncur tanpa seizin pemiliknya, tapi itu semua hanya sia-sia. Air matanya kembali merembes dengan sendirinya. Mau sekuat apapun, sudah hakikatnya Calista juga seorang wanita.

Rio dengan sigap mengambil posisi jongkok di samping Calista dan menghapus air matanya. Calista tersentak kaget dengan tindakan yang dilakukan oleh Rio kepada dirinya. Ia tak menyangka bahwa Rio akan melakukan hal yang demikian kepada dirinya.

"Gue nggak bakal ketawain lo, kok, gue cuma mau bantu lo aja, pasti lutut sama tangan lo sakit banget, ya?" tanya Rio. Calista memalingkan wajahnya agar tidak bertatapan langsung dengan Rio namun ia tetap menganggukkan kepalanya.

"Bisa jalan?" tanya Rio lagi sambil berusaha melunakkan hati Calista, sementara Calsita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sakit," gumam Calista pelan.

"Gue antar pulang, mau?" tawar Rio yang kembali membuat Calista kaget tak menyangka.

"Ta-tapi, gue nggak kuat jalan. Lo boleh pergi aja, tinggalin gue disini," ungkap Calista yang kembali dibanjiri oleh air mata. Sejenak, Calista memejamkan kedua matanya, kepalanya mulai pusing karena terus-terusan menangis.

Calista merasakan tubuhnya melayang di udara, dan seketika Calista membelalakkan matanya. Ternyata,

Rio sedang menggendong dirinya!

"L-lo ngapain? Turunin gue cepat!" desak Calista namun tak urung menghancurkan keinginan Rio untuk membantu dirinya.

"Udah, mending lo diam aja, gue anterin pulang pake mobil gue, mau, ya?" itu lebih mirip sebuah paksaan daripada pertanyaan.

Calista yang sejujurnya memang tidak tahu ingin melakukan apa lagi, hanya mengangguk pasrah dengan apa yang akan terjadi nantinya.

"Tenang aja, lo nggak berat, kok." Ungkap Rio yang sepertinya tahu tentang apa yang dipikirkan oleh Calista. Calista memilih untuk diam saja, tak lagi mau membebankan pikirannya.

THE SYALANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang