SYALAND 05 - RANGKULAN

223 29 7
                                    

'Rangkulan bisa memberikan kehangatan'

***

"Baiklah teman-teman, sebelumnya kita ngomong non formal aja, ya, biar gampang. Masalah keberangkatan kita itu, gue udah konfirmasi sama Kepala Sekolah, beliau ngusulin buat kita berangkat pagi aja dari sekolah biar nggak ribet ngumpulinnya. Kepsek juga percaya sama kita yang nggak ngaret, makanya disuruh berangkat pagi, nggak subuh, kepsek percaya kita semua orangnya ontime." Dirga langsung menyampaikan maksud dan tujuannya ketika seluruh anggota telah berkumpul di aula serbaguna.

Semua anggota tampak mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti dengan apa yang disampaikan oleh Dirga.

Bianca mengacungkan tanggannya ingin bertanya, "Emang nggak bisa, ya, Ga, diusahain buat tiga hari? Kalau cuma sehari itu capek di bus nya aja yang kerasa, capek di perjalanan. Kalau kita nginap 'kan bisa ngisi energi. Emang udah mentok mesti satu hari gitu?" ungkap Bianca.

Dirga menghela napas, "Seperti yang udah gue bilang dibroadcast tadi, Kepsek nggak kasih izin kita buat tiga hari, terlalu banyak makan waktu sekolah katanya."

"Sehari, sih, sehari, Ga, Cuma kenapa mesti kamis, sih?" tanya Virgo bermaksud menyindir kepada Dirga.

"Emangnya kalau hari kamis kenapa?" Dirga balik bertanya. "Eh, bentar, deh, Calista mana? Kok kalian nggak bareng Calista?" tanya Dirga yang tentu saja terarah pada Virgo, Miranda, dan Bianca.

"Nah, itu dia masalahnya, Ga, Tata gak bisa ikut tour ini," ujar Miranda.

"Kenapa jadi gitu? 'Kan dia yang kepengen banget kita ngadain tour ini," ungkap Dirga heran.

"Jadi gini. Ga, Tata itu ada olimpiade rabu, kamis, kalau udah gitu 'kan mana bisa dia berangkat tour bareng kita. Kayaknya dia kecewa banget itu, secara 'kan dia yang pengen banget kita ngadain tour. Emang gak bisa ganti jadwal lagi, ya? Tunggu Calista selesai olimpiade dulu," jelas Bianca dengan tenang.

Dirga memijit pelipisnya, atmosfer mendadak berat disekitar mereka, "Gue nggak mau ngambil resiko buat ngusulin lagi sama Kepsek, yang ada ntar malah dibatalin karena kita terlalu banyak nuntut."

"Ya, udah, berangkat aja dengan kondisi yang ada. Kalau kita ngotot pengen bisain Tata pergi, ntar Tata marah lagi. Dia 'kan nggak suka karena urusan pribadinya yang lain jadi terbengkalai," ujar Miranda.

Akhirnya mereka hanya bisa mengagguk-anggukkan kepala, setuju dengan perkataan Bianca. Selanjutnya mereka kembali membicarakan perihal keberangkatan.

***

"Tumben banget lo bawa mobil, Cho?" tanya Aurora setelah mereka selesai melakukan perjuangannya mencari pena di kolong meja Cesio.

"Tadi 'kan gue mau ngajak pulang bareng kita semua, sekalian makan di luar gitu. Eh, ternyata, kita-kita pada punya kegiatan masing-masing, gitu." Jelas Richo.

"Terserah kalian mau apa, asal kalian jangan lupa kalau ada gue di belakang sini, gue mau bocan dulu, pening kepala gue, bye." Belinda yang duduk di kursi belakang itu pun mengambil posisi berbaring bersiap untuk menggapai mimpi indahnya.

"Dih, anjir, apaan, tuh, bocan?" tanya Richo sambil bergidik.

"Bobok cantik gitu .Richo." bukan Belinda yang menjawab, melainkan Aurora.

Richo hanya ber'oh' ria menanggapi jawaban yang Aurora berikan.

"Eh, betewe, ges, kita mau kemana, sih?" tanya Aurora lagi.

"Gue mau ngajak kalian makan dulu, gimana, mau?" Richo menjawab pertanyaan Aurora dengan pertanyaan lagi.

"Terserah-terserah, pokoknya jangan lupain gue yang disini." Belinda berkata dengan mata tertutup, ternyata dia belum sepenuhnya tertidur.

THE SYALANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang