SYALAND 08 - BERSEJARAH

157 25 6
                                    

Ya, bersejarah, bersejarah untuk dikenang dan diceritakan kembali di kemudian.

***

Hari ini adalah hari rabu, Calista sudah berangkat menuju tempat olimpiadenya. Dan hari ini juga, X MIPA 1 tengah mengadakan ulangan harian Fisika.

"Kantin, kuy, laper gue," ajak Richo pada teman-temannya.

"Kuy, lah, gue juga mau ngisi amunisi. Terkuras banget energi gue mikirin itu fisika, mana gurunya nggak jelas lagi ngomong apaan," keluh Aurora.

"Ya, wajar aja, sih, otak kita pada blank semua mikirin ini fisika. Calista yang pintarnya nggak ketulungan aja benci banget sama fisika, apalagi kita," komen Miranda.

"Tapi, ya, ges, meskipun Tata benci fisika, tapi dia cinta banget sama kimia terus matematika, salut njir," ujar Richo.

"Lo dulu 'kan juga suka sama matematika, kenapa sekarang enggak?" tanya Aurora yang tahu bahwa dulu Calista dan Richo adalah rival olimpiade matematika.

"Emang dasarnya udah goblok, lucky aja pas kelas tujuh bisa pinter matematika." Bukan Richo yang menjawab, tapi Leo.

"Lo juga sama aja, waktu SMP bisa ikut olimpiade IPS, sampai SMA malah goblok ngambil jurusan IPA," komen Miranda.

"Jadi, tololan siapa? Lo atau gue?" tanya Richo aneh.

"Sama aja!" ketus Belinda.

"Waktu penjurusan gue milih IPS sumpah, gue udah lampirkan sertifikat olimpiade gue, nilai di raport juga tinggian IPS daripada IPA, tapi kenapa gitu gue bisa nyasar masuk ke IPA. IPA satu lagi, nggak jelas asli," curhat Leo.

"Kayak yang nggak tahu aja gimana IPS di sekolah kita, parah banget, nggak ngotak bobroknya. Menurut gue, sih, Bunda lo sengaja masukin lo ke IPA biar nggak bobrok kayak anak IPS sekarang," ungkap Bianca.

"Di angket gue sama Bunda ngisi IPS sumpah, Bunda juga udah tanda tangan sama dukung gue di IPS, kenapa bisa nyasar di IPA, njir." Leo masih tidak paham kenapa dia bisa berada pada kelas dengan jurusan IPA sementara jurusan yang dipilihnya adalah IPS.

"Bunda lo kan demen banget sama Tata, tuh, ya, mungkin aja Bunda lo emang sengaja masukin IPA biar lo masih bisa bareng Tata. Tapi gue nggak kebayang, deh, kalau sempat Tata milih masuk akselerasi terus lo juga ikutan dimasukin ke akselerasi sama Bunda, njir, ngeri." Miranda mulai membayangkan.

"Nggak, ya Tuhan, nggak, tolong. Nggak mampu otak gue, kapasitas berlebih, meledak, ampun-ampun." Leo berkata sambil memperagakan gaya seseorang yang sedang frustrasi dengan menarik-narik rambutnya. Hal itu sontak memancing gelak tawa orang-orang yang ada di sekitar dirinya.

"Sebelum bacotan lo tambah panjang, kita ke kantin dulu, lah, anjir, bisa mati kelaparan gue," ucap Richo berlebihan.

"Lo kalau ngomong, kok, hiperbola banget, sih? Geli orang dengerinnya," tutur Bianca.

"Tahu, nih, kalau ngomong selalu berlebihan," sahut Belinda.

"Sakingkan hiperbolanya, orang kalo lahir cuma nangis oek-oek kan? Nah, si Richo pas keluar dari rahim maknya, nangisnya nggak oek-oek aja, tapi sambil golek-golek di tanah, nendang-nendang dinding, banting-banting meja, begitu," jelas Virgo yang tentu saja tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Perkataan Virgo mendapatkan delikan dari Richo dan tertawaan dari yang lainnya.

"Sumpah, njir, gue bayangin gimana Richo pas masih bayi banting meja dan kepental lagi ke kepalanya, hahaha." Baiklah, kalau urusan bully-membully, maka Leo adalah Rajanya.

THE SYALANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang