SYALAND 04 - SEBUAH KISAH

213 28 7
                                    

Katanya teman yang ditemukan sewaktu SMA adalah teman terbaik untuk selamanya. Aku akui kebenaran akan hal itu, hanya saja aku ingin menambahkan bahwa teman yang sudah bersama-sama sejak lama juga bisa menjadi penenang dikala suka maupun duka, dan semoga saja itu bisa bertahan selamanya.

***

"Makan dulu, ya, Ta?" tawar Leo saat mereka berhenti di lampu merah.

"Oke, bakso aja, gimana?" aju Calista

"Di tempat biasakan?" tanya Leo.

Calista hanya menganggukkan kepalanya sebagai respons.

"Hayuk meluncur!" ujar Leo bersemangat setelah lampu jalan kembali berubah menjadi hijau, sementara Calista hanya tertawa melihat kelakuan sahabat lamanya.

***

"Sampai," ujar Leo ketika mereka tiba di tempat bakso langganan mereka. Tidak mewah, hanya sebuah tempat makan di pinggir jalan, tapi sangat menyenangkan.

"Hai, mang!" sapa Leo yang memang sudah akrab dengan pedagang bakso pinggir jalan itu.

"Eh, Leo, Calista, apa kabar? Udah lama nggak kesini," balas Mamang sambil terus melaksanakan aktivitasnya membuat pesanan dari para pelanggannya.

"Baik, kok, Mang, belakangan kita lagi sibuk banget, ngurus kegiatan di sekolah gitu," sahut Calista sambil tersenyum manis.

Mamang mengangguk-anggukkan kepalanya, "Ya, udah, deh, kayak biasakan?" tanya Mamang yang memang sudah hapal dengan pesanan Leo dan Calista.

"Yoi, Mang! Jus nya jangan lupa, ya," kata Leo yang kemudian beranjak menuju salah satu bangku yang disediakan Mamang untuk mereka menyantap makanan yang mereka inginkan.

"Yo," panggil Calista ketika mereka sudah duduk berhadapan dengan sebuah meja kecil yang menjadi penghalang diantara keduanya.

"Hem," sahut Leo yang sedang sibuk mengecek handphonenya.

Calista terdiam sejenak, "Lo ingat nggak, gimana awalnya kita bisa temenan?" tanya Calista tiba-tiba.

Leo menghentikan aktivitasnya, dan mulai mengingat-ingat masa kecil mereka," Gue nggak ingat pastinya gimana, yang gue ingat cuma kita sahabatannya dari TK," ungkap Leo.

"Kalau gitu semua orang juga tahu, tolol!" Calista menoyor kepala Leo pelan.

Leo terkekeh pelan, "Hahaha, habisnya gue nggak ingat, anjir. Coba deh lo aja yang ceritain, gue juga kepo soalnya," kata Leo.

"Sinting banget lo, kepo sama kisah hidup sendiri, nggak jelas," tutur Calista.

Leo kembali tertawa, "Hahaha, terserah lo, lah, cepat cerita," titah Leo.

Calista tampak menerawang, "Dulu lo itu orangnya ngeselin parah, Yo, sampai sekarang, sih, sebenarnya," ungkap Calista mulai menceritakan sebuah kisah yang menjadi bagian berharga dalam hidupnya.

"Malah ngejelekin, nggak asik lo!" ucap Leo pura-pura merajuk.

"Ya, gimana nggak ngeselin coba? Waktu itu kita mau latihan senam buat lomba, pas di sekolah guru-guru udah ngingetin lo buat datang latihan tepat waktu. Lo udah iya-iyain, tapi sampai sore lo malah nggak datang-datang, padahal TK kita cuma beda gang sama rumah lo, anjir. Lo jalan lewat belakang juga sepuluh menit udah nyampai, mana posisinya lo sama gue itu pemandu lagi. Awalnya 'kan juga gue nggak terlalu kenal-kenal lah sama lo, nggak sudi juga." Calista mulai menjelaskan tentang bagaimana awal dirinya bisa mengenal Leo.

"Ternyata dari kecil lo emang udah songong, ya?" tanya Leo ketika cerita Calista belum sampai setengahnya.

"Heh, lo itu yang songong! Kita udah nungguin lo hampir sejam, terus akhirnya gue yang disuruh buat manggil lo ke rumah. Aneh, sih, anak TK udah disuruh-suruh begitu, tapi karena rumah lo deket gitu, bisa lewat belakang juga, makanya gue dibiarin pergi sendiri. Sekarang gue jadi bertanya-tanya, kenapa juga dulu gue mau disuruh-suruh manggilin lo begitu."

THE SYALANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang