SYALAND 06 - WUJUD RASA CINTA

182 25 7
                                    

Tangisan dalam sebuah persahabatan bukan hanya sebuah bentuk sandiwara belaka, tetapi itu adalah wujud dari rasa cinta dan kasih sayang mereka kepada orang-orang berharga.

***

Richo, Belinda, dan Aurora telah tiba diparkiran restoran langganan mereka.

"Ini dua curut kebo banget, sih," ketus Richo sedikit kesal melihat kedua sahabatnya yang masih tertidur dengan pulasnya.

"Bangun, woi! Udah sampai. Lo-lo pada mau mati kehabisan oksigen gue tinggalin disini?" tanya Richo dengan sedikit berteriak.

"Duh, jangan ganggu, gue masih ngantuk," ucap Aurora tanpa membuka kedua matanya.

Sementara Belinda sama sekali tidak terusik dengan teriakan Richo dan malah membalikkan badannya mencari posisi yang lebih nyaman.

"Ya, udah terserah!" teriak Richo kali ini dengan seluruh tenaga dan dibalas dengan kibasan tangan dari Aurora dan dengkuran halus dari Belinda.

"Sialan emang!" umpat Richo sambil menutup pintu mobilnya secara kasar dan menguncinya dari luar. "Biar mampus lo pada kehabisan napas," ucap Richo kelewat kesal.

Tapi percayalah, Richo tidak benar-benar meninggalkan kedua curutnya itu. Ia hanya menunggu reaksi dari manusia-manusia laknat itu.

"BUKAIN, WOI! MAMPUS GUE! WOI, RICHO BANGSAT!" dan benar saja, tak lama setelahnya Aurora langsung berteriak seperti orang kesetanan meskipun dari luar mobil suaranya tidak begitu kedengaran.

"SESAK NAPAS GUE, ANJING, BUKAIN RICHO, SETAN!" kali ini Belinda memukul-mukul jendela mobil dengan kedua tangannya. Jika saja ia mengeluarkan energinya secara penuh, maka bukanlah suatu hal yang mustahil bahwa kaca yang cukup tebal itu akan hancur berkeping-keping.

Richo akhirnya membukakan kunci mobil itu. Aurora dan Belinda langsung beranjak keluar dari mobil yang hampir merenggut nyawa keduanya itu dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Aurora memberi tatapan mematikan kepada Richo, "LO MAU BUNUH KITA HA?!" tanya Aurora dengan nada yang tidak santai.

"Kalau gue mati, lo juga bakalan mati dibunuh sama abang gue," ujar Belinda lebih santai daripada Aurora.

"Ya, bodo amat, lah, bukan salah gue juga, lo-lo pada kebo banget. Udah di bangunin juga, nggak bangun-bangun. Seharusnya nggak gue bukain aja tadi, sampai sekarat beneran," ucap Richo dengan nada santai.

Aurora melebarkan kedua bola matanya, "LO-"

"Ges, kok, kalian belum masuk, sih?" ucapan Aurora terpotong oleh pertanyaan Miranda yang baru tiba bersama Virgo dan Bianca.

Tapi, baik Aurora, Belinda, maupun Richo, sepertinya tidak ada yang berniat untuk menjawab pertanyaan dari Miranda.

"Pada kenapa, sih?" kali ini Bianca yang bertanya.

"Tanyain tuh sama malaikat maut!" ketus Aurora sambil mengalihkan pandangannya.

"Malaikat maut?" tanya Virgo heran.

"Richo tadi ngunciin gue sama Aurora di mobil karena ketiduran, nggak di bukain kaca sama sekali. Kita-kita hampir mati kehabisan napas. Nggak ngotak banget emang," jelas Belinda pada teman-temannya.

Sementara Richo hanya bersikap acuh, seolah tidak melakukan apa-apa.

Virgo menatap Richo tajam, "Lo kalo becanda liat-liat dulu Cho, itu udah kelewatan banget. Mati anak orang ribet urusannya." tegur Virgo pada Richo.

"Terus, terus aja salahin gue. Apa-apa emang gue terus yang salah." Richo sepertinya sudah terbawa emosi.

"Emang lo yang salah, ya, mau gimana lagi. Makanya sebelum berbuat itu ngotak dulu!" balas Virgo ketus.

THE SYALANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang