SYALAND 10 - BERANGKAT

134 16 6
                                    

Ada beberapa hal yang memang hanya diri kita yang bisa memahami, hal yang orang lain tidak akan pernah mau untuk mencoba mengerti.
-Sandra

***

"Halo, Go, udah dimana?" tanya Miranda sambil meletakkan handphone ke sisi telinganya, ia sedang menunggu Virgo untuk menjemput dirinya dan berangkat bersama-sama. Kemana? Tentu saja ke sekolah mereka.

"Ini lagi di rumah Bianca, otewe rumah lo, sabar dulu ngapa," sahut Virgo melalui sambungan telepon.

Miranda memasang wajah kesal, meski Virgo tidak bisa melihatnya, "Heh, Virgoblok, gue cuma nanya lo dimana, ya, bangsat, kok, lo jadi sewot, sih?" tanya Miranda.

Terdengar helaan napas dari ujung sana, "Iya, terserah lo, lah, terserah, nggak bakal menang gue lawan cewek, apalagi cewek kayak lo," ceplos Virgo tak sengaja.

"Maksud lo cewek kayak gue apa ha?!" bentak Miranda bertambah emosi.

Virgo menjadi gugup seketika, "Y-ya maksud gu-gue, kalo debatnya sama Miranda, ma-mana bisa menanglah. Secara kan Miranda bendahara, susah lawannya, gitu." Virgo berusaha menyusun kata sebaik-baiknya agar Miranda tidak merajuk pada dirinya.

Karena hanya Miranda yang sanggup tidak bertegur sapa dengannya selama hampir tiga minggu, dan parahnya, ia juga menghasut teman-teman yang lain untuk tidak berteguran juga dengan dirinya. Leo yang melihat Calista menjauhi Virgo pun ikut-ikutan akhirnya. Sedangkan Richo yang memang selalu tidak konek dengan aktivitas teman-temannya hanya bertingkah seperti biasanya seolah tidak ada suatu hal yang terjadi diantara mereka. Hingga akhirnya ia harus berlutut memohon kepada Miranda untuk memaafkannya. Miranda yang juga masih mempunyai hati nurani akhirnya memaafkan dirinya.

Tapi sumpah demi kura-kura terbang, kupu-kupu berenang dan gajah melompat, Virgo tidak mau lagi bermasalah dengan Miranda.

"Bantuin ngangkatin tas gue dong, Go." Terdengar suara perempuan lainnya, itu pasti suara Bianca, pikir Miranda.

"Bentar, ya, Ca," jawab Virgo.

"Udah dulu, ya, Miranda, gue mau bantuin Bianca dulu, habis itu baru jemputin lo. Oke, bye, Miranda cantik." Tanpa menunggu balasan dari Miranda, Virgo langsung mematikan sambungan teleponnya.

"Virgo setan!" umpat Miranda akhirnya.

Sementara dilain tempat Virgo tengah menghela napas lega sambil tertawa pelan.

"Udah stres, ya, lo ketawa sendiri?" tanya Bianca merasa ngeri dengan kelakuan Virgo.

"Dah lah, nggak usah di bahas. Udah habis semua ni barang-barang lo?" tanya Virgo mengalihkan pembicaraan.

Bianca tampak mengingat-mengingat, "Udah, deh, kayaknya, yuk, berangkat," ajak Bianca sambil menarik tangan Virgo.

"Jangan di tarik-tarik, dodol. Ini gue bawain tas lo berat banget setan, apaan, sih, isinya? Pergi sehari juga," omel Virgo pada Bianca.

"Ih, lo, tuh, nggak tahu cewek, ya Go? Ce-"

"Ya, mana gue tau, lah, gue kan cowok, ya kali, lawak lo," ucap Virgo memotong perkataan Bianca.

"Makanya dengerin dulu setan!" bentak Bianca.

"Nggak ada waktu, cepetan masuk mobil, Miranda udah nungguin. Gue nggak mau mati muda di tangan Miranda. Gue belum nikah, belum punya keturunan." Virgo sungguh-sungguh-sungguh lebay.

Virgo berlalu meninggalkan Bianca menuju mobil dengan mengangkut tas berat milik sahabatnya itu. Sementara Bianca terus mendumel sambil menghentak-hentakkan kakinya, merajuk.

THE SYALANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang