14

238 56 6
                                    

____

Keesokkan harinya Y/n semakin terlihat murung. Sesekali beberapa temannya tersenyum ketika berpapasan dengannya.

Namun tak ada balasan senyum
seindah dulu lagi. Seperti orang
yang sedang patah hati. Di koridor kampus ia berjalan dengan wajah hampa.

"Ayo lah Y/n. Aku mohon. Sekali ini." Ucap Jimin kini melangkah di samping kiri Y/n. Rayuan Jimin belum mampu meluluhkan Y/n untuk kembali jalan bersamanya nanti malam.

"Jim! Seulgi! Ingat Seulgi!" Y/n setengah membentak namun berbisik tak mau ada mahasiswa lain yang mengetahui hal ini.

"Seulgi lagi tidak ada. Dia lagi ke Busan. Mengurus sesuatu,
entah apa. Ayolah." Ajakan Jimin sedaritadi makin lama makin terdengar memaksa.

"Aku ada acara nanti malem. Lain kali ya." Y/n memandadang Jimin dengan
senyum tipisnya, kemudian
melangkah cepat meninggalkan
Jimin yang gondok ditolak
seperti ini.

Y/n pulang dengan perasaan tak beraturan ada satu tempat yang ingin ia kunjungi. Tempat itu, tempat di mana Taehyung dan Y/n pertama kali bertemu. Dilihatnya halte bis itu yang masih terlihat sepi. Y/n menghampiri halte dengan pandangan menerawang, menerawang bayangannya dulu ketika pertama melihat wajah lucu Taehyung.

Y/n duduk pada bangku yang ia duduki waktu itu. Dan di sampingnya ini, adalah bangku yang sempat Taehyung duduki juga. Seperti orang bodoh Y/n
meraba-raba bangku tersebut dan sesekali tersenyum. Seolah tak akan bertemu dengan Taehyung lagi, padahal Taehyung hanya meninggalkannya dalam waktu satu minggu. Tapi ternyata menjalani hari tanpa ada Taehyung itu terasa seperti selamanya. Tak berujung.

***

Pukul 7 malam Y/n telah berbaring di atas kasurnya. Menelungkupkan badannya, tergeletak sebuah ponsel kini di hadapannya. Y/n menatap lekat-lekat ponsel tersebut, berharap ponselnya segera menyala, bergetar, dan berbunyi. Dengan setia ia memandanginya.

1 jam berlalu, ponselnya tak
kunjung berbunyi. 2 jam, ternyata masih seperti itu.
3 jam, hatinya mulai putus asa
untuk menunggu. Mulai kecewa. Mulai sedih. Mulai tak karuan.

'Drt... Drt... Drt...'

Tiba-tiba ponselnya bergetar dan berbunyi. Setelah tiga jam
lamanya, tepat pukul 10 malam
ponsel Y/n kini berdering.

'Taehyung's Calling'

Senang bukan main, sempat
loncat-loncat tak jelas Y/n di atas kasurnya ketika melihat siapa yang kini
menghubunginya.

"Halo! Taehyung-aaahhhhh" Y/n berteriak girang loncat-loncat di atas tempat tidurnya, membuat Taehyung agak menjauhkan ponsel dari jangkauan telinganya kini.

"Y/n! Sadar!" Taehyung
sedikit mengucek telinganya yang sempat kesakitan.

"Kau jahat! Kau kemana aja! Kemarin aku menunggumu telpon lagi ternyata tidak ada. Jahat banget sih!" Ucap Y/n bertubi- tubi.

"Maaf. Aku di sini
beneran tidak ada signal, ini aja aku naik ke atas bukit. Aku seharian lelah banget, sumpah deh aku tidak bohong, tapi aku bela-belain manjat ke bukit begini... hanya untukmu." Ucap Taehyung membuat Y/n tersenyum kegirangan.

"Makasih Taehyung sayang. Aku terharu. Kau tau tidak, aku nungguin telpon dari mu dari jam tujuh malem. Hampir putus asa aku menunggunya. Aaaaaaa Taehyung aku rindu." Ucap Y/n tanpa ragu, tanpa
memikirkan lagi gengsinya.

"Cie ada yang rindu padaku." Taehyung mulai merasakan dadanya menjerit-jerit bahagia.

"Lagian kemaren aku telponin
Tidak kau angkat-angkat. Kau sudah tidur? Atau kau sempat amnesia kemaren terus lupa padaku?" Tanya Taehyung mengingat kejadian kemarin yang sangat menyebalkan.

Innocent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang